Membedah Film-film Christopher Nolan, dari Dunkirk Sampai Tenet (Bagian 1)

Membedah Film-film Christopher Nolan, dari Dunkirk Sampai Tenet, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Jika kita berbicara tentang film-film Christopher Nolan, 'twist' adalah kata yang kerap disebutkan. Film-filmnya kerap mengejutkan penonton lewat narasinya yang berkelok-kelok, seolah mengajak pikiran kita 'berdansa'. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa film Christopher Nolan tanpa twist bagaikan sayur tanpa garam alias hambar.

'Twist' di film-film Christopher Nolan sesungguhnya adalah hasil dari permainan 'waktu'. Nolan memanipulasi waktu untuk menjebak penonton dalam labirin narasi, dan memaksa mereka untuk mencari tahu 'jalan keluarnya'. Dan, jalan keluar itu, biasanya, berwujud twist yang memaksa kita untuk melihat kembali jalan cerita yang baru saja kita lalui.

Nolan memiliki berbagai cara untuk memanipulasi waktu di filmnya. Dia bisa memperlambat, mempercepat, memutarbalikkan, atau bahkan menghancurkan konsep waktu itu sendiri.

Satu hal yang pasti, cara apa pun yang ia ambil, mekanismenya selalu berupa struktur yang non linear atau puzzling. Dia seperti menginginkan penonton untuk berpartisipasi aktif dalam narasi yang ia bangun, bukan hanya sebagai figur yang disuapi cerita.

Salah satu filmnya di mana manipulasi waktu begitu kentara adalah Dunkirk. Oleh Nolan, kisah Dunkirk yang berfokus pada Operasi Dynamo di Perancis Utara tersebut ia bagi menjadi tiga timeline dengan setting berbeda: Darat, Laut, Udara.

Masing-masing setting mengambil masa "seminggu sebelum", "sehari sebelum", dan "sejam sebelum" Operasi Dynamo.

Ketiga timeline berjalan secara paralel, beririsan terhadap satu sama lain. Karakter di satu timeline, bisa muncul di timeline lainnya dengan kondisi yang jauh berbeda.

Namun, karena ketiga timeline berjalan menuju titik yang sama, cerita berujung pada satu momen di mana kita akhirnya menyadari bahwa semuanya saling melengkapi satu sama lain. Sepanjang film, kita dibuat menebak-nebak bagaimana ketiga timeline itu pada akhirnya akan bertemu.

Contoh lainnya adalah Memento, salah satu film yang mengangkat nama Nolan sebagai sutradara jenius. Film tersebut menceritakan seorang penderita short term memory loss, Leonard (Guy Pearce), yang berusaha mengungkap kasus pembunuhan istrinya.

Alih-alih menceritakan kisah pembunuhan secara runtut, Nolan membaginya menjadi dua timeline. Masing-masing timeline disampaikan dengan cara berbeda, maju dan mundur.

Timeline yang berjalan maju disampaikan dengan tampilan monokromatik. Sementara itu, timeline yang berjalan mundur disampaikan dengan tampilan berwarna. Beberapa menyebutnya sebagai "Fabula & Sujet".

Kedua timeline, sama seperti kasus Dunkirk, berjalan secara paralel. Mereka, pada akhirnya, bertemu di satu titik yang secara kronologis berada di pertengahan film. Dan, bagian tengah atau ending film tersebut mengubah pemahaman kita soal siapa Leonard sebenarnya, apa penyebab kematian istrinya.

Kepada publik, Nolan tidak pernah gamblang menjelaskan kenapa ia suka bermain-bermain dengan konsep waktu. Namun, ia pernah mengatakan bahwa hal tersebut berkaitan dengan pendekatannya dalam mengembangkan sebuah cerita. Nolan tidak membuat naskah cerita di tahap pra produksi, dia membuat diagram cerita.

"Pendekatan saya dalam membuat cerita adalah memandangnya secara matematis dan geometris. Semuanya terhitung dan tersusun rapi dengan penuh kehati-hatian," ujar Nolan.

Mengacu pada ucapan Nolan, dia memanipulasi waktu karena itulah cara paling efektif (jika tidak ingin disebut paling gampang) baginya untuk memperlakukan cerita secara matematis dan geometris.

Baca lanjutannya: Membedah Film-film Christopher Nolan, dari Dunkirk Sampai Tenet (Bagian 2)

Related

Film 5394005496772724387

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item