Mengapa Orang Makan Ketupat dan Opor Ayam di Hari Lebaran? Ini Penjelasannya

Mengapa Orang Makan Ketupat dan Opor Ayam di Hari Lebaran? Ini Penjelasannya, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Menu istimewa lebaran biasanya sudah disiapkan jauh-jauh hari. Sebelum pergi ke tempat salat Id, biasanya memakan kue-kue kecil. Memakan kue merupakan pertanda pembatalan puasa, karena memang pada hari itu diharamkan berpuasa.

Setelah salat Id, menu utama disajikan. Setiap daerah memiliki menu istimewa masing-masing. Menu tersebut adalah persilangan tradisi yang panjang, juga hasil interaksi antara manusia dan lingkungannya.

Namun opor ayam dan ketupat tak akan terlupa. Dua perpaduan yang tidak hanya disajikan sebagai makanan, tetapi juga penuh dengan simbol-simbol.

Ayam, atau Hayam, adalah simbol dari leluhur. Hewan ini juga menjadi penanda terbitnya Matahari. Satu isyarat bahwa dalam menu opor ayam kita tidak hanya harus ingat dengan jati diri tetapi juga siap menyongsong hari-hari ke depan yang cerah dan jaya.

Sedangkan ketupat yang berbahan pelepah kelapa, merupakan tradisi semua bangsa dan agama. Agama samawi (Yahudi, Kristen, Islam) atau agama yang dasarnya adalah wahyu, sangat menghormati famili dari pohon ini, yakni kurma. Dalam banyak ritus keagamaannya, tidak jarang kurma ada di dalamnya.

Dalam konteks Jawa, menu opor ayam dan ketupat adalah bentuk akulturasi budaya yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga.

Sebelumnya, setiap ada perayaan maupun persembahan dalam tradisi, ayam adalah hewan yang dikorbankan untuk berbagai acara. Baik untuk menentukan penyakit, hari baik-buruk untuk pertanian, maupun keperluan-keperluan lainnya. Biasanya, ayam yang telah disembelih dibiarkan di tempat acara, sebagai santapan binatang lain atau jasad renik, sampai secara alami habis dan tersisa tulang belulang.

Sunan Kalijaga mengolah ayam menjadi makanan, yang setelah matang bukan dipersembahkan pada leluhur yang sudah meninggal tetapi disantap oleh manusia yang hidup.

Tidak jarang juga, opor ayam diberikan pada para tetangga, tokoh masyarakat, maupun teman, sebagai sharing poverty.

Dengan demikian, menu opor ayam dan Ketupat, tidak saja menjadi sajian untuk menghormati dan merayakan Hari Agung, tetapi juga bentuk syukur atau persembahan pada Allah sebagai ekspresi senang telah mengontrol hawa nafsu selama satu bulan.

Related

News 1370027439394305685

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item