Silaturahmi Lebaran di Tengah Wabah Corona, Mari Manfaatkan Teknologi

Silaturahmi Lebaran di Tengah Wabah Corona, Mari Manfaatkan Teknologi, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Untuk pertama kalinya, kita mengalami Ramadan dan Lebaran yang berbeda. Sejumlah tradisi khas bulan suci, misal ngabuburit, buka bersama, salat tarawih berjamaah, sampai iktikaf, tak banyak terlihat kali ini.

Pandemi COVID-19 membuat tradisi-tradisi itu tak berjalan lancar seperti Ramadan tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian, ada satu tradisi yang tak mungkin absen dalam kondisi apa pun: silaturahmi.

Istilah silaturahmi berasal dari dua kata bahasa Arab, silah dan rahiim, yang diartikan sebagai “tali persaudaraan”. Boleh dibilang, perayaan Lebaran akan mustahil dilaksanakan tanpa silaturahmi atau halalbihalal.

Konsep silaturahmi memang banyak ditemukan dalam Alquran maupun hadis, tapi semuanya tidak ada yang berhubungan dengan Idulfitri secara khusus. Inilah yang menjadikan halalbihalal pada hari Lebaran sebagai tradisi khas Indonesia.

Menurut André Möller dalam Ramadan in Java: The Joy and Jihad of Ritual Fasting (2005), halalbihalal biasa dilakukan di Indonesia dengan tujuan untuk memungkinkan semua masyarakat saling bertukar salam selamat hari raya dan saling meminta maaf.

Silaturahmi di tengah pandemi 

Semua aktivitas khas bulan Ramadan yang identik dengan keramaian boleh berhenti selama pandemi, tapi tidak dengan silaturahmi. Meski terbentur satu dan lain hal, masyarakat dunia dianjurkan untuk terus menjalin hubungan sosial dengan sesama, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial.

Pentingnya hubungan sosial ini sampai-sampai membuat WHO, Badan Kesehatan Dunia, mengubah istilah ‘social distancing’ (pembatasan sosial) menjadi ‘physical distancing’ (pembatasan fisik) pada Maret 2020.

Mereka beralasan bahwa istilah ‘social distancing’ dapat menyiratkan putusnya hubungan sosial antarmanusia. Saat terisolasi secara fisik dari orang lain, kesehatan mental seseorang bisa terganggu. WHO ingin menekankan betapa pentingnya manusia untuk tetap terhubung secara sosial.

Beberapa cara yang dianjurkan WHO untuk melangsungkan hal itu adalah melalui telepon, surat elektronik, media sosial, atau video call. Psikolog asal Stanford, Jamil Zaki, menekankan bahwa setiap orang dapat tetap terhubung secara sosial bahkan ketika terpisah jarak yang jauh.

“Sebenarnya, saya mendorong kita semua untuk berlatih 'bersosialisasi dari jauh'. Ironisnya, teknologi yang sama yang sering kita salahkan karena menyobek tatanan sosial, sekarang mungkin menjadi peluang terbaik kita untuk mempertahankannya,” kata Zaki.

Nicholas Epley, seorang behavioral scientist di Booth School of Business, menjelaskan, jika kita butuh mempertahankan hubungan sosial secara reguler melalui metode-metode komunikasi yang lebih bersifat real-time (misalnya telepon atau video call) alih-alih yang bersifat sebaliknya (seperti surel atau pesan teks). Itu dilakukan agar manusia merasa lebih terhubung secara sosial.

“Kamu harus memelihara [komunikasi] secara teratur, bahkan jika kamu mungkin enggan untuk memulai duluan. Kamu akan merasa jauh lebih baik setelah itu,” kata Profesor Epley.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

Technology 5413927958358748761

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item