Benarkah Nenek Moyang Manusia adalah Alien dari Planet Mars?

Benarkah Nenek Moyang Manusia adalah Alien dari Mars? naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Mars adalah planet terdekat keempat dari Matahari. Namanya diambil dari nama dewa perang Romawi. Namun planet ini juga dikenal sebagai planet merah, karena penampakannya yang kemerah-merahan.

Lingkungan Mars lebih bersahabat bagi kehidupan, dibandingkan keadaan Planet Venus. Namun, keadaannya tidak cukup ideal untuk manusia. Suhu udara yang cukup rendah, dan tekanan udara yang rendah, ditambah komposisi udara yang sebagian besar karbondioksida, menyebabkan manusia harus menggunakan alat bantu pernapasan jika ingin tinggal di sana.

Misi-misi ke planet Mars sampai penghujung abad ke-20 belum menemukan jejak kehidupan di sana, meski yang amat sederhana.

Planet Mars memiliki 2 satelit, yaitu Phobos dan Deimos. Planet ini mengorbit selama 687 hari dalam mengelilingi matahari. Planet ini juga berotasi, dan kala rotasinya 25,62 jam.

Dalam mitologi Yunani, Mars identik dengan dewa perang, yaitu Aries, putra Zeus dan Hera.

Di planet Mars, terdapat sebuah fitur unik di daerah Cydonia Mensae. Fitur ini merupakan perbukitan, yang bila dilihat dari atas tampak seperti wajah manusia. Banyak orang yang menganggapnya sebagai bukti peradaban yang telah lama musnah di Mars, walaupun di masa kini telah terbukti bahwa fitur tersebut hanyalah penampakan alam biasa.

Planet Mars menjadi fokus perhatian manusia dalam rangka penjelajahan luar angkasa. Ada dua hal yang dicari tahu dari planet merah itu: apakah ada kehidupan di sana, dan apakah Mars bisa jadi koloni manusia, jika nantinya Bumi tak bisa menopang kehidupan?

Penelitian baru yang dikerjakan oleh para ilmuwan dari MIT dan Harvard ingin membuktikan apakah ada kemungkinan pohon kehidupan di Bumi punya akar di Planet Mars. Para peneliti juga menciptakan sebuah instrumen untuk membuktikan dugaan itu.

Instrumen itu dinamakan Search for Extra-Terrestrial Genom atau SETG. Instrumen yang sedang dikembangkan itu akan menelaah sampel debu dari Mars, mengisolasi materi genetik yang mungkin ada; berupa serangga atau makhluk hidup lain yang mati beberapa juta tahun lalu.

Dengan instrumen ini, para ilmuwan bisa menggunakan teknik biokimia standar untuk menganalisa setiap urutan genetik yang dihasilkan, lalu membandingkannya dengan temuan di Bumi.

"Ini proyek jangka panjang," kata peneliti dari MIT, Chris Carr, seperti dimuat Space.com. "Jika nantinya kita menemukan ada kaitan dengan Bumi, bisa jadi makhluk Bumi berasal dari Mars. Atau sebaliknya, bermula dari Bumi dan dikirim ke Mars."

Gagasan bahwa kehidupan Bumi berasal dari organisme di Mars mungkin tak ada di pikiran setiap orang. Namun, ini bukan ide gila. Sebab, meski saat ini permukaan Mars dingin, kering, dan tanpa kehidupan, ada banyak bukti planet ini lebih hangat dan basah miliaran tahun lalu.

Seperti halnya di Bumi, ketika semua kehidupan bergantung pada air, Mars kuno mungkin pernah menjadi pendukung beberapa bentuk kehidupan, mungkin bahkan sebelum Bumi. Demikian kata para peneliti.

Jika ini yang terjadi, mikroba Mars mungkin telah mengkolonialisasi Bumi, saat asteroid raksasa meluncur ke Mars dan membuat partikel-partikelnya muncrat, lalu mengalami perjalanan antar ruang. Para peneliti mengestimasi, ada 1 miliar ton bebatuan Mars yang berkelana di tahun-tahun itu.

Mikroba yang sangat kuat, sehingga mungkin beberapa dari mereka bisa selamat dari dampak asteroid, menuju rumah yang baru di planet lain. Carr menambahkan, dinamika orbital menunjukkan 100 kali lebih mudah untuk batuan Mars menuju Bumi daripada sebaliknya.

Namun, Carr mengatakan, sangat kecil kemungkinan untuk menemukan sesuatu di permukaan Mars. Cara yang bisa dilakukan adalah penggalian. "Ada dua kemungkinan, Mars memiliki kehidupan, atau tidak sama sekali. Namun kami ingin memastikannya."

Sementara, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) tak seoptimis pendapat para ilmuwan itu.

"Tidak masuk akal bahwa kehidupan di Mars terkait dengan kehidupan di Bumi, dan disebut dua planet ini berbagi genetika," kata astrobiologis dari Ames Research Center NASA di Moffett Field, California, Chris McKay. Namun, "dalam kasus apa pun, akan menjadi penting untuk menguji hipotesis ini."

Related

Science 356143202053761035

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item