Kasus Corona di Indonesia Masih Tinggi, Kenapa Terapkan New Normal?

Kasus Corona di Indonesia Masih Tinggi, Kenapa Terapkan New Normal? naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Relawan Laporcovid-19, yang juga Ketua Jurnalis Bencana dan Krisis Indonesia, Ahmad Arif, menilai, kondisi ke depan lebih tepat disebut new abnormal atau kondisi tak normal. Alasannya, pandemi yang belum mereda bukan berarti orang bisa bebas ke mal seperti saat sebelum ada wabah.

Menurut dia, bagi negara yang masuk ke new normal harus ada syaratnya. Negara harus bisa memastikan wabahnya terkendali. Di antaranya kurva melandai dan selama 14 hari ada penurunan kasus secara signifikan. “Pemeriksaan yang dilakukan itu juga harus cukup banyak. Ini belum jelas terlaksana, tapi wacananya udah kenceng,” ungkapnya.

Salah satu indikator new normal adalah penurunan angka penularan virus atau reproduction rate (RO) di bawah 1 yang berarti 1 orang penderita Corona tidak menulari orang lain. Saat ini, angka RO Indonesia adalah 2,5, artinya satu penderita bisa menularkan ke 2,5 orang.

Arif mengingatkan agar pemerintah Indonesia bisa mengendalikan wabah saat ada pembukaan tempat kerja yang dibarengi dengan jaminan penurunan persebaran virus. “Kalau wabah tidak dikendalikan, bukan lagi new normal, tapi bencana baru,” tegasnya.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 3336861037485538597

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item