Panduan Memilih Psikolog atau Psikiater Terbaik Untuk Terapi
https://www.naviri.org/2020/06/panduan-memilih-psikolog-atau-psikiater.html
Naviri Magazine - Memberanikan diri datang ke sesi terapi psikolog/psikiater untuk kali pertama biasanya bikin orang senewen. Kabar baiknya, senewen ataupun gugup bukan bagian paling buruk dari terapi. Yang terburuk justru kemungkinan terapi yang kita jalani gagal.
Mungkin kita mengira (dan berharap) pertemuan pertama bareng seorang psikolog akan langsung mengarahkan kita pada proses penyembuhan gangguan mental. Faktanya, kadang orang mesti gonta-ganti psikolog dulu, sebelum menemukan sosok yang pas.
Sesi terapi yang tidak berdampak pada kemajuan kondisi kita tentu saja bikin malas. Kita merasa buang-buang waktu, tenaga, dan duit. Bahkan, kita mungkin merasa kondisi kejiwaan jadi lebih buruk ketimbang saat pertama kali memulai terapi, karena terus-terusan kepikiran sama duit yang telanjur terbuang.
Bagi kalian yang pernah mengidap gangguan mental, pasti terdorong riset kecil-kecilan soal tenaga ahli kesehatan jiwa seperti apa yang sebaiknya kita temui. Laki-laki atau perempuan? Psikolog atau psikiater? Yang mana yang biayanya lebih terjangkau?
Kalau kondisi kejiwaan kalian butuh obat, tentu dokter kejiwaan alias psikiater harus jadi pilihan. Sementara kalau ingin konsultasi dulu dan memetakan persoalan, akan lebih baik menghubungi psikolog.
Tapi konsultasi kejiwaan tak sesederhana itu. Setelah melakukan riset, kita biasanya tetap gugup saat pertama kali akan menemui psikolog/psikiater. Nah, adakah kira-kira cara mengetahui mana psikolog/psikiater yang tepat buat kasus kejiwaan yang kita alami?
“Tujuan sesi terapi itu supaya klien bisa memahami dirinya lebih baik, dan menyadari akar permasalahannya, serta sumber daya yang dia miliki untuk mengatasi permasalahan tersebut,” kata Agatha Novi Ardhianti, psikolog di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. “Penting untuk dicatat bahwa peran psikolog adalah membantu klien mereka mengambil keputusan.”
Agatha bilang, kriteria suatu terapi gangguan mental berhasil ketika sebuah masalah, yang membuat seorang klien menemui tenaga ahli, terpecahkan. Sayangnya, kalau pemicu masalah di luar kuasa si klien, mungkin tidak secepat itu dapat diatasi.
“Tapi ketika klien memahami permasalahannya, setidaknya dia dapat mengatasinya dengan baik. Dengan begitu, dia bisa menjalani kesehariannya dengan ‘normal’. Itu berarti terapinya berhasil,” ujarnya.
Dengan parameter yang dijabarkan Agatha, tenaga ahli yang cocok setidaknya bisa mengantarkan kita pada kemajuan, sekecil apa pun. Sebagian orang mungkin perlu menjalani beberapa sesi terapi terlebih dulu, sebelum menentukan apakah sosok yang dia temui adalah tenaga ahli kejiwaan yang cocok. Bagi sebagian orang lain, mungkin perlu lebih lama lagi.