Wawancara dengan Dokter Spesialis Sunat: Fakta-fakta Seputar Sunat yang Perlu Kita Tahu

Wawancara dengan Dokter Spesialis Sunat: Fakta-fakta Seputar Sunat yang Perlu Kita Tahu, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Bagi lelaki di negara mayoritas Muslim seperti Indonesia, sunat adalah sesuatu yang tak terelakkan. Beruntunglah mereka yang sudah disunat pas masih kecil banget atau malah bayi. Kalau kamu baru melakukannya di bangku SMA, misal di usia 17 tahun, bisa dibayangkan horor yang menimpa.

Membayangkan kulit kelamin kita dipotong bisa sangat mengerikan. Kebanyakan, yang mau disunat itu karena wajib oleh agama atau berdasar alasan kesehatan, bukan karena kesenangan pribadi.

Padahal ada beberapa pertanyaan yang bikin penasaran soal sunat, misalnya bagaimana cara jadi tukang sunat? Mungkinkah kita memperbaiki hasil khitan kalau tidak suka?

Nah, kita bisa langsung tanya-tanya ke ahlinya, yaitu Purnanto. Dia adalah dokter yang khusus menangani sunat dan rutin mengkhitan orang di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Dia sudah berkarir lebih dari satu dekade. Klinik tempatnya bekerja bernama "Raja Sunatan", melayani khitan hampir setiap hari.

Bagaimana awalnya Anda bisa jadi spesialis sunat?

Awalnya saya dari dokter umum, cuma punya minat mendalami tentang sunat. Kebetulan juga saya pernah ikut kursus bedah dasar. Kalau di Jakarta marketnya untuk sunat, khususnya sunat dewasa, kan banyak. Jadi banyak peluang.

Kenapa Anda pilih jadi dokter spesialis sunat?

Karena kan setiap tahun jumlah pasiennya meningkat, selalu ada anak-anak yang baru mau disunat, orang dewasa juga ada, sih. Jadi jumlah pasien enggak akan ada habis-habisnya selama ada laki-laki di dunia ini.

Awal belajar nyunat seperti apa? Apa ada alat peraganya?

Awalnya kan saya sekolah kedokteran dulu. Terus biasa ada asistensi, saya jadi asisten dokter yang biasa nyunat orang. Di situ saya perhatikan sambil belajar. Lalu saya praktik, sambil didampingi oleh dokter yang biasa nyunat itu. Kalau alat peraga sih enggak ada, kalau sudah cukup lama jadi asisten langsung praktik aja.

Pertama kali nyunat orang, perasaannya gimana?

Ya gugup sih, karena kan itu kelamin orang. Tapi enggak geli, karena kita sebagai dokter enggak boleh ngerasa geli atau gimana. Kan niat kita untuk membantu pasien.

Kalau pertama kali nyunat sih, sudah lupa ya nyunat siapa, tapi sepertinya sih dulu waktu di UGM ada sunatan massal, saya ikut bantu. Sudah lama banget soalnya pertama kali saya nyunat, mungkin 10 tahun yang lalu.

Mana lebih susah, nyunat anak kecil atau orang dewasa?

Tergantung, kadang enak nyunat anak kecil, kadang enak nyunat orang dewasa. Kalau kita ahli, lebih enak orang dewasa, karena mereka kooperatif, jadi udah ngerti gitu. Enggak rewel. Kalau anak-anak suka tendang sana tendang sini. Selain teknik, kita juga harus pinter membujuk anak supaya mau dan enggak berontak.

Kalau anestesinya, itu sudah baal [mati rasa] gitu, separuh pekerjaan dianggap selesai. Tapi orang dewasa juga ada yang kurang kooperatif. Mungkin takut jarum, gunting, atau ngelihat darah, minta dibius total. Itu kasus langka sih, biasanya cuma bius lokal aja.

Pernahkah Anda gagal menyunat, bentuknya jadi aneh, gitu?

Kalau gagal sampai pendarahan hebat enggak pernah. Paling gagal dalam artian kulit kulupnya kepanjangan atau kependekan aja motongnya. Tapi itu kan sebenarnya enggak terlalu serius karena masih bisa diperbaiki.

Nah, kalau sampai gagal, mungkin nggak anunya kita diperbaiki lagi?

Ya kalau kulit kulupnya kependekan motongnya, kan berarti kulupnya itu masih nutupin kepala penisnya. Itu sih ya tinggal dipotong lagi kulit lebihnya. Nah, ini kalau orang dewasa, biasanya terasa ngilu kalau kepala penisnya enggak dilapisi kulit kulupnya, soalnya biasa ada kulit kulupnya, kan.

Tapi kalau motong kulit kulupnya kepanjangan, harus ada yang dijahit, karena berarti ada yang luka. Kalau kasusnya terjadi pada anak-anak sih lebih mudah ya, karena kulitnya pasti cepat menyesuaikan karena masih di masa pertumbuhan. Tapi ada juga yang gagal dalam artian ada kulit kulup yang menempel, lengket gitu, ya mungkin karena kotoran atau keringat. Jadi ya kita buka rekatannya lalu kita bersihkan.

Dari dulu penasaran nih, Dok. Adakah pasien yang ereksi pas Anda sunat?

Sebaiknya sih [kelamin] dalam keadaan lemas, karena kalau tegang itu kan pembuluh darah di penis lagi terisi banyak darah. Salah potong bisa bahaya, pendarahannya bisa gawat. Jadi kalau kebetulan waktu mau disunat penisnya sedang ereksi, kita tunggu sampai lemes.

Tapi saya pernah punya pengalaman. Waktu itu saya mau nyunat orang dewasa, saya sudah semprot penisnya dengan anestesi supaya baal, begitu saya pegang penisnya tiba-tiba ereksi. Ya mungkin karena birahinya tinggi, mungkin teringat istri atau pacarnya.

Jadi saya harus tunggu sampai lemes lagi, sampai saya tinggal keluar ruangan. Begitu sudah lemes, ternyata pengaruh baalnya sudah hilang, harus saya bius lagi. Begitu saya pegang penisnya, eh ereksi lagi. Lumayan repot karena itu terjadi berulang-ulang beberapa kali.

Nah, ini juga pertanyaan yang sejak lama kita ingin tahu. Kulit kulup itu sebenarnya disimpan para mantri dan dokter, atau gimana?

Hahahaha… ya langsung dibuang. Soalnya kan itu limbah medis. Sama seperti darah, atau kulit sehabis operasi kalau kecelakaan. Langsung dibuang aja, dimasukin ke wadah. Enggak ada proses khusus buat buang kulit kulupnya sih, karena enggak mengandung racun apa-apa, ya. Itu kan kulit manusia biasa.

Related

Male 4893416700370509012

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item