Fakta-fakta di Balik ‘Info Cegatan Jogja’, Komunitas Paling Fenomenal di Facebook (Bagian 1)

Fakta-fakta di Balik ‘Info Cegatan Jogja’, Komunitas Paling Fenomenal di Facebook, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Seolah tempat verifikasi info atau divisi Lost & Found, grup Info Cegatan Jogja (ICJ) sekarang menjadi rujukan untuk hampir semua masalah dan informasi yang berhubungan dengan aktivitas di jalan raya.

Ketimbang pergi ke polisi membuat surat laporan kehilangan atau mengecek surat kabar resmi, ICJ jadi rujukan pertama. Lalu apa bedanya mereka dengan terma jurnalisme warga yang beberapa tahun terakhir ini naik daun?

Yanto Sumantri, salah satu founder ICJ menjawab, “Kami bukan fokus ke citizen journalism sebenarnya, karena kami tidak paham kaidah jurnalistik. Info Cegatan Jogja (ICJ) fokusnya lebih ke menggerakkan partisipasi publik.”

Saat ini ICJ menjadi salah satu grup media sosial paling masif dan aktif di Yogyakarta.

Secara offline, anggota mereka terbagi jadi 5 korwil: Yogyakarta, Sleman, Bantul, Gunung Kidul, dan Kulon Progo. Untuk saling mengenali teman segrup di dunia nyata, cukup lihat apakah ada sticker logo ICJ—siluet tugu Yogya dikombinasikan dengan huruf CJ yang berwarna hitam putih—di bumper motor atau dengan bertukar sapa “Salam Aspal Gronjal Lur!” yang sudah jadi ikon tersendiri dari grup ini.

Salam khas ICJ ini awalnya adalah ‘kode’ antar anggota untuk menghindari razia surat kendaraan bermotor oleh polisi, yang biasanya dilakukan di jalan-jalan besar yang aspalnya mulus. Karena itu, “Aspal Gronjal” adalah kode untuk mencari jalan alternatif, yang biasanya kondisinya tak semulus jalan raya.

“Itu perumpaan sih, kayak ada masalah lho di sana, yaudah belok yuk, ‘gronjal’ dikit nggak apa-apa,” ujar Yanto disambung tawa renyah.

Mereka juga saling memanggil dengan ‘Lur’ – kependekan dari ‘Dulur’, dalam Bahasa Indonesia ‘Saudara’. Saking ikoniknya, seruan “Salam Aspal Gronjal Lur!” pun sekarang mungkin sudah lebih populer ketimbang grup-nya.

Bagi yang sama sekali belum pernah mendengar ICJ, silahkan buka laman Facebook anda, lalu ketik di kolom pencarian Info Cegatan Jogja, dan bergabunglah, dijamin Anda tak akan menyesal.

Tak seperti forum jual beli (FJB) atau grup-grup lain yang transaksional, ICJ adalah jejaring informasi netral di mana siapa pun bisa berpartisipasi dan punya solidaritas berkelanjutan.

Mungkin bagi beberapa orang konten grup terlihat remeh atau sepele, seperti kabar razia polisi, kehabisan bensin di jalan, pelaku begal yang tertangkap, keluhan petugas kelurahan, parkir mahal, menemukan dompet di jalan, dan sebagainya. Namun jika anda sudah paham wacana yang mereka usung, niscaya akan berdecak kagum.

Jaringan yang mereka bangun sangat solid dan berkontribusi secara konkrit di lapangan. Menurut cerita Yanto, grup ini bukan lahir dari sebuah ide, melainkan karena kebutuhan untuk berbagi informasi.

“Nggak selalu tentang cegatan aja sih, topiknya sebenarnya lebih ke pemberantasan pungli (pungutan liar)-nya. Kontrol sosial, memperbaiki kinerja institusi layanan publik,” ujar Yanto yang sehari-hari masih bekerja sebagai teknisi handphone.

Menurut pengalamannya, ketika keluhan terhadap instansi pemerintah jadi viral di sosial media, penanganannya akan lebih cepat.

Puluhan postingan diunggah dan saling ditanggapi oleh anggotanya. Untuk sirkulasi konten di grup, tim ICJ punya 10 mimin alias moderator yang membagi tugas untuk memantau jalannya grup. Mereka juga punya alasan kenapa mendirikan ICJ ini di kanal Facebook.

“Walaupun mungkin dianggap usang, tapi memang yang paling relevan itu ya cuma Facebook, baik dari segi pengguna dan fitur teknisnya.” Yanto menjelaskan bahwa sebagian besar anggota ICJ adalah masyarakat kelas menengah ke bawah yang belum punya pemahaman mendalam soal internet.

“Orang kalau udah pakai Instagram atau Twitter, pasti udah paham internet. Kalau orang Facebook beda. Bisa aja mereka tahu kalau mereka Facebook-an, tapi nggak sadar kalau mereka itu lagi internetan,” ujar Yanto.

Dari segi teknis, hanya Facebook yang memungkinkan postingan dengan kapasitas karakter huruf terbanyak. Selain itu, fitur grup di Facebook membuat semua anggotanya untuk mengunggah postingan tanpa harus lewat moderator atau admin. Posisi antara anggota dan moderator grup juga jadi lebih setara, karena semua orang bisa bebas membuat postingan, mengomentari, bahkan menghapus sendiri postingan mereka.

“Kami nggak harus full power, bahkan kalau ditinggal sebenarnya sudah bisa jalan sendiri. Beda kalau fanspage kan ada channel yang harus lewat moderator,” jelas Yanto.

Baca lanjutannya: Fakta-fakta di Balik ‘Info Cegatan Jogja’, Komunitas Paling Fenomenal di Facebook (Bagian 2)

Related

News 6671435580031492464

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item