Indonesia di Ambang Resesi, Ini Kata Presiden Jokowi dan Sri Mulyani

Indonesia di Ambang Resesi, Ini Kata Presiden Jokowi dan Sri Mulyani, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengingatkan seluruh masyarakat bahwa Indonesia saat ini tengah mengalami dua krisis. Bukan hanya krisis kesehatan karena virus corona (Covid-19), melainkan juga krisis ekonomi.

"Kita menghadapi masalah kesehatan dan ekonomi yang sangat pelik, seperti juga halnya 215 negara di dunia mengalami hal yang sama," kata Jokowi.

Pandemi Covid-19 telah membuat perekonomian dunia terpukul, bahkan negara tetangga seperti Singapura telah resmi resesi. Sebagai negara yang ikut merasakan dampak Covid-19, Indonesia pun berpotensi mengalami resesi.

Hal ini terlihat dari proyeksi terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) yang memproyeksikan ekonomi Indonesia akan terkontraksi -0,3%. Padahal sebelumnya IMF memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 0,5% tahun ini.

Resesi didefinisikan sebagai kontraksi ekonomi dalam dua kuartal beruntun pada tahun yang sama. Pada kuartal I-2020, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 2,97%. Meski menjadi catatan terendah sejak 2001, tetapi itu bisa dicapai saat negara-negara lain mengalami kontraksi. Bahkan China mengalami kontraksi sampai -6,8%.

Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan ekonomi April-Juni akan turun dalam kisaran -3,5% hingga -5,1%.

Jika kuartal III-2020 kontraksi kembali terjadi, maka Indonesia secara sah dan meyakinkan akan masuk jurang resesi. Pemerintah sendiri memperkirakan ekonomi pada kuartal III-2020 berada di kisaran -1% hingga 1,2%. Kemungkinan kontraksi masih ada, sehingga risiko resesi tidak bisa dikesampingkan.

"Secara definisi begitu (resesi). Namun kita berharap kuartal III tidak negatif," ujar Sri Mulyani.

DBS, bank terbesar di ASEAN, juga memperkirakan ekonomi Indonesia bakal minus tahun ini tepatnya di -1%. Kuartal II sepertinya akan menjadi titik nadir, dan kemudian tren pembalikan terjadi mulai paruh kedua 2020.

"Indikator ekonomi seperti ekspor, penjualan ritel, keyakinan konsumen, PMI, impor barang modal, dan sebagainya masih turun pada April dan Mei. Jadi penurunan pada kuartal II sepertinya bakal lumayan dalam, sebelum membaik pada semester II," sebut riset DBS.

Sementara itu, dengan resesi yang dialami Singapura turut membawa dampak negatif bagi Indonesia. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Perdagangan Benny Soetrisno menyebut ada sejumlah sektor yang bakal terpukul, khususnya investasi. Selama ini Singapura merupakan investor utama di Indonesia.

"Pengertian saya resesi itu yang akan terpukul pertama sektor riil. Mobilitas orang kan dibatasi," katanya.

Selain itu, sektor investasi yang masuk ke Indonesia juga bakal terpukul keras. Investor bakal lebih konservatif dalam menyimpan asetnya. Pada kuartal I-2020, Singapura adalah investor terbesar Penanaman Modal Asing (Foreign Direct Investment/FDI).

Ketika Singapura resesi, sangat sulit berharap ada arus modal yang mengalir dari negara tersebut. Akibatnya, investasi sebagai salah satu motor utama pendorong pertumbuhan ekonomi jadi sulit diandalkan.

"Kalau terpukul lembaga keuangannya, berarti investasi keluar dia akan berkurang," papar Benny.

Related

News 7524720997176234916

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item