Kisah Bayi Keluarga Muslim dan Hindu Tertukar, Ending-nya Mengharukan

Kisah Bayi Keluarga Muslim dan Hindu Tertukar, Ending-nya Mengharukan,  naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Kisah mengenai bayi yang tertukar dengan latar belakang keluarga yang berbeda ternyata tidak hanya ada dalam sinetron. Kisah pilu namun mengharukan ini terjadi dalam kehidupan nyata dan dialami oleh keluarga di India.

Kedua bayi itu sama-sama dilahirkan pada hari dan rumah sakit yang sama. Namun, karena kesalahan dari pihak rumah sakit, kedua bayi tersebut secara tidak sengaja tertukar.

Sejak awal, sebenarnya Salma Parbin telah merasakan kecurigaan saat akan membawa bayinya pulang dari rumah sakit di Assam, India pada 2015 lalu. Salma merasa bahwa yang dibawa pulang bukanlah putra kandungnya, dan mengatakan kecurigaannya kepada sang suami, Shahabuddin Ahmed.

"Istri saya bilang, ini bukan anak kami. Ia mengatakan, mungkin bayi kami tertukar," katanya dikutip dari BBC.

Saat itu, Shahabuddin tidak begitu merasa yakin dengan ucapan istrinya. Kendati demikian, sang istri mengatakan bahwa wajah anaknya, Jonait, tidak mirip dan mengingatkannya pada seorang ibu yang juga melahirkan bersamaan dengannya kala itu.

"Wajah Joanit mirip sekali dengannya. Matanya sama dengan mata perempuan itu. Di keluarga kami tidak ada yang memiliki mata seperti itu," ungkap Salma.

Shahabuddin akhirnya membawa masalah tersebut ke pihak rumah sakit. Ia menduga bayi mereka tertukar. Namun, pernyataan tersebut ditolak. Bahkan istrinya disebut mengalami gangguan jiwa dan perlu bantuan psikiater.

Shahabuddin tak menyerah. Ia membuat petisi agar rumah sakit mengeluarkan rincian terkait bayi yang lahir di waktu dan tempat yang sama saat Jonait lahir.

Berdasarkan data tersebut, diketahui ada tujuh bayi yang lahirnya hampir di waktu yang sama. Shahabuddin juga mendapatkan informasi terkait keluarga masing-masing bayi.

Salah satunya orang tua bernama Shewali Boro dan suaminya, Anil, yang tinggal di desa kesukuan dengan jarak sekitar 30 meter dari kediaman Shahabuddin dan Salma. Berbeda dengan keluarga Shahabuddin yang memeluk agama Islam, keluarga Shewali beragama Hindu seperti mayoritas penduduk di desa tersebut.

Shahabuddin dua kali mendatangi desa tersebut, namun ia mengaku tidak tega untuk memberitahu secara langsung kepada mereka bahwa bayinya tertukar. Akhirnya, ia memutuskan meninggalkan surat yang menjelaskan soal tersebut. Ia juga meninggalkan nomor telepon untuk dihubungi jika keluarga mereka juga merasakan hal yang sama.

Sementara Anil dan istrinya justru tidak punya kecurigaan bahwa bayi yang mereka rawat selama ini bukan anak kandungnya. Menurutnya, itu tidak masuk akal.

Namun, semua berubah saat Anil dan Shewali bertemu secara langsung dengan keluarga Shahabuddin.

"Pertama kali melihat Jonait, saya menyadari wajahnya mirip suami saya. Saya sedih dan menangis," kata Shewali.

Begitu pula dengan Salma. Saat ia melihat anak Shewali yang diberi nama Riyan, ia langsung meyakini bahwa anak laki-laki itu adalah putra kandungnya yang tertukar dengan Jonait.

Penampilan Jonait memang tidak mirip dengan kebanyakan Muslim di Assam. Jonait lebih mirip dengan penduduk di desanya, yang memiliki mata sipit karena pengaruh dari Mongolia.

Akhirnya pada akhir tahun 2015, Shahabuddin melaporkan kasus tersebut ke polisi untuk diselesaikan. Pihak kepolisian pun meminta kedua keluarga melakukan tes DNA. Hasilnya pada November 2016, membuktikan bayi mereka benar tertukar, sehingga kasus berlanjut ke pengadilan.

Keputusan pengadilan pada awal 2017 lalu meminta kedua anak ditukar ke keluarga kandungnya. Namun ikatan selama tiga tahun yang sudah terjalin antara ibu dan anak meski tak punya hubungan darah itu sulit dipisahkan. Kedua anak laki-laki itu terus menangis dan menolak dipisahkan dengan ibu dan keluarga yang selama ini mengasuhnya.

"Pengadilan mengatakan kami bisa menukar anak. Tapi kami urungkan karena telah mengasuh mereka selama tiga tahun terakhir. Kami tidak bisa melepas anak ini begitu saja," tutur Salma.

Suami Shewali juga mengatakan bahwa menukar anak yang masih begitu muda bukan keputusan bijak karena bisa melukai kejiwaannya. Itu karena anak-anak tersebut belum memahami apa yang sebenarnya terjadi pada mereka.

Pada akhirnya, kedua keluarga memutuskan untuk menyerahkan penyelesaian kasus tersebut saat Jonait dan Riyan setelah dewasa. Dan menunggu mereka tumbuh dewasa, kedua keluarga setuju untuk menjadi lebih dekat, meski memiliki latar belakang berbeda.

Mereka berjanji untuk saling bersilaturahmi dan berkunjung satu sama lain. Dengan kedekatan kedua keluarga, diharapkan juga akan menciptakan interaksi antara anak dan orang tua kandungnya.

Related

World's Fact 2966168644740541654

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item