Polemik di Balik Penggunaan Teknologi untuk Mengendalikan Wabah Corona (Bagian 2)

Polemik di Balik Penggunaan Teknologi untuk Mengendalikan Wabah Corona naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Polemik di Balik Penggunaan Teknologi untuk Mengendalikan Wabah Corona - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Dalam laman Techterm dijelaskan, dilihat dari cara bagaimana suatu kegiatan digital menghasilkan jejak, ada dua jenis jejak digital: pasif dan aktif.

Jejak digital pasif merupakan jejak yang tidak sengaja ditinggalkan. Tidak ada tindakan aktif yang dilakukan si pemilik jejak dalam menghasilkan jejak digital itu. Contoh dari jejak digital pasif ialah rekaman linimasa Google Maps. Segala tujuan, rute, maupun titik-titik yang dikunjungi, terekam oleh Google Maps. Perekaman tujuan maupun rute dilakukan tanpa ada tindakan aktif si pemilik jejak digital untuk memberikannya.

Google Maps mampu merekam jejak, terutama bagi semua smartphone yang memasang aplikasi tersebut dengan mengaktifkan fitur GPS. Sayangnya, dalam laporan yang dirilis Quartz, Google dikatakan tetap mengumpulkan data lokasi meskipun fitur lokasi atau GPS dimatikan pemilik smartphone.

Tong Sun, pimpinan pada Scalable Data Analytics Research Lab yang berada di bawah naungan Xerox, menjelaskan di Wired bahwa aplikasi seperti Google Maps sanggup menawarkan “personalisasi” dengan jejak digital yang dikumpulkan.

Michael Kwet, pengajar pada Yale Law School, sebagaimana dikatakannya pada Recode, menyebut bahwa koalisi Apple-Google adalah “mimpi buruk”. Ini terjadi lantaran dua perusahaan itu sudah sangat mendominasi kehidupan digital warga dunia dan "memata-matai para penggunanya” selama bertahun-tahun.

“Di dunia yang kita bangun ini, kita sesungguhnya sekarang harus mempertimbangkan ulang nasib hidup dan ekonomi atas kepercayaan yang telah diberikan pada Apple dan Google,” tegas Kwet.

Meski diniatkan untuk menanggulangi penyebaran virus Corona, memberikan data ke mana kita pergi dan dengan siapa kita bertemu pada Apple dan Google patut dipikirkan ulang. Ada kemungkinan, dengan data pelacakan yang dimiliki, Apple dan Google akan kian menggurita selepas Corona berlalu.

CEO Apple Tim Cook, sebagaimana diwartakan The New York Times, mengatakan bahwa aplikasi ciptaannya dan Google “akan beroperasi dengan menghormati transparansi dan persetujuan pengguna”. Di sisi lain, CEO Google Sundar Pichai mengatakan “aplikasi dibuat dengan kontrol penuh oleh pengguna".

Banyak negara telah melakukan

The New York Times melaporkan Pemerintah Cina memantau warganya terkait penyebaran virus Corona melalui sub-aplikasi bernama Alipay Health Code. Alipay Health Code merupakan sub-aplikasi dari Alipay, dompet digital buatan Ant Financial, anak raksasa perusahaan e-commerce ciptaan Jack Ma, Alibaba.

Kali pertama diperkenalkan untuk warga Hangzhou, Alipay Health Code digunakan untuk mendeteksi apakah si pengguna mungkin telah terjangkit COVID-19 atau tidak. Sistem pendeteksian bermula dari kewajiban pengguna mengisi data lengkap soal dirinya.

Aplikasi akan mengumpulkan data secara real-time, misalnya, terkait perjalanan atau interaksi dengan orang-orang yang telah terjangkit COVID-19.

Digabungkan dengan data penyebaran dan korban Corona milik pemerintah, data-data itu kemudian dianalisis menggunakan big data, sistem komputer yang sanggup memproses dan menganalisis data berukuran jumbo. Hasilnya, Alipay Health Code akan mengeluarkan QR-Code dengan tiga warna berbeda: hijau, kuning, dan merah.

Hijau artinya pengguna dapat bebas bergerak. Kuning artinya pengguna disarankan untuk tinggal di rumah selama tujuh hari. Merah artinya harus karantina diri selama dua minggu.

Di provinsi Zhejiang, yang beribukota di Hangzhou, Alipay Health Code telah digunakan oleh lebih dari 50 juta warga di mana 98,2 persennya melahirkan QR-Code berwarna hijau. Perlahan, Alipay Health Code mulai diberlakukan secara nasional.

Di Korea Selatan, The New York Times melaporkan bahwa Pemerintah Korea Selatan membangun sistem pelacakan berdasarkan rekaman kamera CCTV, data geoposisi ponsel, dan data transaksi kartu kredit untuk memetakan penyebaran corona.

Di Italia, tepatnya di Lombardy, tatkala lockdown diberlakukan, gerak warganya dipantau dari data geoposisi yang dipancarkan ponsel. Dalam analisis Pemerintah Italia, 40 persen warganya disebut “terlalu banyak bergerak".

Israel pun melakukan langkah serupa. Mereka mengumpulkan cache geoposisi dari ponsel milik warganya untuk mendeteksi pergerakan. Tindakan Pemerintah Israel melakukan pemantauan berbasis teknologi, dilakukan dengan sistem yang telah mereka miliki, yang sebelumnya digunakan agen-agen Mossad untuk memata-matai lawan.

Di Singapura, sebagaimana dilaporkan Straits Times, pemerintah meluncurkan aplikasi bernama TraceTogether. Sebagaimana Alipay Health Code, aplikasi TraceTogether melacak pergerakan warga dengan memanfaatkan GPS di ponsel. Ketika seorang pengguna berada sekitar dua meter dari pengguna lainnya yang terkonfirmasi positif Corona, aplikasi akan mengeluarkan peringatan.

Tercatat, TraceTogether telah dipasang di 620.000 ponsel warga Singapura. Singapura berjanji akan memberikan kode pemrogramannya bagi negara lain yang ingin menggunakan aplikasi tersebut.

Bukan hanya Apple, Google, dan berbagai negara yang menggunakan teknologi untuk memetakan dan menghalau laju penyebaran Corona. Uber pun demikian. Di Meksiko, Uber pernah menonaktifkan akun milik satu pengemudi karena salah seorang penumpang terkena Corona. Uber juga menonaktifkan akun 200 penumpang lain yang diantar si pengemudi.

Mila Romanoff, pimpinan Global Pulse, anak organisasi PBB yang berkecimpung dalam hal data digital, menyatakan bahwa privasi memang penting, tetapi dalam keadaan darurat seperti hari ini, menyelamatkan nyawa harus lebih diutamakan.

Related

Technology 6832625584761750042

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item