Anies: Perbedaan Pandangan itu Lumrah, dan Lawan itu Bukan Musuh
https://www.naviri.org/2020/08/anies-perbedaan-pandangan-itu-lumrah.html
Naviri Magazine - Gubernur DKI Anies Baswedan mengenang kisah persahabatan kakeknya, Abdurrahman Baswedan, dengan tokoh Tionghoa Liem Koen Hian, bersama Pengurus Pusat Perhimpunan Indonesia Tionghoa.
Menurut Anies, persahabatan yang dijalin para pejuang kemerdekaan dulu dilakukan tanpa melihat etnis, dan lebih bersumber pada ide, bukan hal material. Momen itulah yang juga harus diterapkan di masa sekarang.
"Sudah saatnya kita belajar lebih banyak lagi dari tokoh-tokoh pendiri bangsa, karena mereka mampu menjaga persahabatan dan berjuang bersama, walaupun punya latar belakang berbeda-beda," kata Anies dalam diskusi virtual.
Menurut Anies, dahulu para pejuang bangsa menganggap perbedaan sebagai sesuatu yang lumrah. Perbedaan juga bukan sesuatu hal untuk memecah belah.
"Mereka perjuangkan ide kepentingan itu bukan cari keuntungan, bukan cari manfaat material, bukan cari sekadar keuntungan jangka pendek, tapi ada ide gagasan," ujar Anies.
"Jadi perbedaan pandangan dianggap sesuatu yang lumrah. Di masa itu, lawan itu biasa dan lawan bukan musuh. Maka lawan enggak perlu dihabisi. Musuh yang dihabisi. Lawan itu partner," tutupnya.
Sebelumnya, Anies juga menceritakan kisah kakeknya AR Abdurrahman yang membantu Liem Koen Hian dari upaya pengejaran dari pasukan Jepang pada masa penjajahan.
Anies bercerita, sang kakek dan Liem merupakan sahabat dekat. Sampai suatu hari, sang kakek berusaha membantu Liem bersembunyi dari kejaran tentara Jepang pada saat masa penjajahan.
"Kemudian ada satu masa, di mana kakek harus sembunyikan Liem di rumahnya selama beberapa hari karena dikejar Jepang waktu itu di Jakarta," ceritanya.
"Liem ini badannya besar, dipakaikan sarung, pakai baju koko, pakai kopiah putih, biar enggak ketahuan. Jadi tinggalnya di rumah. Bayangin aja tokoh Tionghoa tinggal di rumah A.R. Baswedan peranakan Arab," tutup Anies.