Bagaimana Alquran Membantah Teori Evolusi Darwin
https://www.naviri.org/2020/08/bagaimana-alquran-membantah-teori.html
Naviri Magazine - Teori evolusi Darwin menyebutkan bahwa manusia berevolusi dari kera. Sementara itu, sebagian ahli mengatakan bahwa teori darwin itu bertentangan dengan penjelasan mekanisme makhluk hidup diciptakan dan diatur keberadaannya.
Evolusi tak layak disebut teori karena tidak memiliki dasar eksperimen ilmiah. Setiap makhluk sendiri, tercipta secara hakiki dan pasti.
Buku 'Sains dalam Alquran' yang ditulis Nadiah Thayyarah menyebutkan, sepanjang sejarah manusia tidak pernah ada teori tanpa sandaran yang jelas. Mestinya hal itu berlaku pula pada teori Darwin. Mekanisme penciptaan makhluk hidup juga telah dijelaskan dalam Alquran.
"Katakanlah: Berjalanlah di (muka) Bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu," Surah Al 'Ankabut Ayat 20.
Sementara dalam ayat lain, Allah berfirman di Surah Al Maidah.
"Katakanlah: ‘Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?’ Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus," Surah Al Maidah Ayat 60.
Banyak orang meyakini bahwa makna ayat itu mengisyaratkan kera menjadi asal mula makhluk keturunan berikutnya, yaitu manusia. Pemahaman ini keliru. Riset-riset ilmiah modern menegaskan bahwa teori evolusi adalah teori yang salah dan tak memiliki dasar yang sah.
Dua orang pakar dari Pusat Riset Ilmiah Prancis, Petit dan Prevost, mengatakan bahwa manusia telah berpegang pada gagasan evolusi, tetapi pemikiran itu belakangan segera terbantahkan.
Pakar lain, Boule menyatakan tidak ada satu material pun yang bisa mendorong manusia berpikir tentang perubahan bentuk kera menjadi manusia.
Sedangkan menurut Dr. Husain Hamdan, riset-riset terkini di bidang biologi molekuler telah sampai pada penegasan bahwa Siti Hawa adalah nenek moyang manusia modern, yakni manusia berjenis kelamin perempuan pertama yang ada di Bumi.