Biografi Lengkap Soekarno, Presiden Pertama Indonesia (Bagian 3)

Biografi Lengkap Soekarno, Presiden Pertama Indonesia, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Biografi Lengkap Soekarno, Presiden Pertama Indonesia - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum ke-IV MPRS. Pidato tersebut berjudul "Nawaksara", dan dibacakan pada 22 Juni 1966. MPRS meminta Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut. Pidato "Pelengkap Nawaskara" pun disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967, namun kemudian ditolak oleh MPRS pada 16 Februari tahun yang sama.

Hingga akhirnya, pada 20 Februari 1967, Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka. Dengan ditandatanganinya surat tersebut, maka Soeharto de facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia.

Setelah melakukan Sidang Istimewa, MPRS pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar Revolusi, dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan umum berikutnya.

Sakit hingga meninggal

Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak Agustus 1965. Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal, dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria, tahun 1961 dan 1964. Prof. Dr. K. Fellinger, dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina, menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat, tetapi ia menolak dan lebih memilih pengobatan tradisional.

Ia masih bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta, dengan status sebagai tahanan politik.

Jenazah Soekarno dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso, yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi. Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono, yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan. Tidak lama kemudian, dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati.

Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:

   1. Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30, keadaan kesehatan Ir. Soekarno semakin memburuk, dan kesadaran berangsur-angsur menurun.

   2. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Ir. Soekarno dalam keadaan tidak sadar, dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.

   3. Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Ir. Soekarno hingga saat meninggalnya.

Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno. Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970.

Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar, sehari setelah kematiannya, dan dimakamkan keesokan harinya, bersebelahan dengan makam ibunya. Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI, Jenderal M. Panggabean, sebagai inspektur upacara. Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.

Peninggalan

Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, Kantor Filateli Jakarta menerbitkan perangko "100 Tahun Bung Karno". Perangko yang diterbitkan merupakan empat buah perangko berlatar belakang bendera Merah Putih, serta menampilkan gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi Presiden Republik Indonesia.

Perangko pertama memiliki nilai nominal Rp500, dan menampilkan potret Soekarno pada saat sekolah menengah. Yang kedua bernilai Rp800, dan gambar Soekarno ketika masih di perguruan tinggi tahun 1920-an terpampang di atasnya. Sementara itu, perangko yang ketiga memiliki nominal Rp. 900, serta menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI.

Perangko yang terakhir memiliki gambar Soekarno ketika menjadi Presiden, dan bernominal Rp. 1000. Keempat perangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo, dan dicetak sebanyak 2,5 juta set oleh Perum Peruri. Selain perangko, Divisi Filateli PT Pos Indonesia menerbitkan juga lima macam kemasan perangko, album koleksi perangko, empat jenis kartu pos, dua macam poster Bung Karno, serta tiga desain kaus Bung Karno.

Perangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh Pemerintah Kuba pada 19 Juni 2008. Perangko tersebut menampilkan gambar Soekarno dan presiden Kuba, Fidel Castro. Penerbitan itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro, dan peringatan kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba.

Nama Soekarno pernah diabadikan sebagai nama sebuah gelanggang olahraga pada tahun 1958. Bangunan tersebut, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno, didirikan sebagai sarana keperluan penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta.

Pada masa Orde Baru, komplek olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora Senayan. Tapi sesuai keputusan Presiden Abdurrahman Wahid, Gelora Senayan kembali pada nama awalnya, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno. Hal ini dilakukan dalam rangka mengenang jasa Bung Karno.

Setelah kematiannya, beberapa yayasan dibuat atas nama Soekarno. Dua di antaranya adalah Yayasan Pendidikan Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan Pendidikan Soekarno adalah organisasi yang mencetuskan ide untuk membangun universitas, dengan pemahaman yang diajarkan Bung Karno.

Yayasan ini dipimpin oleh Rachmawati Soekarnoputri, anak ketiga Soekarno, dan Fatmawati. Pada 25 Juni 1999, Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie meresmikan Universitas Bung Karno, yang secara resmi meneruskan pemikiran Bung Karno, Nation and Character Building, kepada mahasiswa-mahasiswanya.

Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan mengumpulkan dan melestarikan benda-benda seni maupun non-seni kepunyaan Soekarno, yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Yayasan tersebut didirikan pada 1 Juni 1978 oleh delapan putra-putri Soekarno, yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra, dan Kartika Sari Dewi Soekarno.

Di tahun 2003, Yayasan Bung Karno membuka stan di Arena Pekan Raya Jakarta. Di stan tersebut ditampilkan video pidato Soekarno berjudul "Indonesia Menggugat", yang disampaikan di Gedung Landraad tahun 1930, serta foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden. Selain memperlihatkan video dan foto, berbagai cinderamata Soekarno dijual di stan tersebut. Di antaranya kaus, jam emas, koin emas, CD berisi pidato Soekarno, serta kartu pos Soekarno.

Seseorang bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan Soekarno. Soenuso mengaku merupakan mantan sersan dari Batalyon Artileri Pertahanan Udara Sedang. Ia pernah menunjukkan benda-benda yang dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di rumahnya, di Cileungsi, Bogor.

Benda-benda tersebut antara lain sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam register emas JM London, emas putih dengan cap tapal kuda JM Mathey London, serta plakat logam berwarna kuning dengan tulisan ejaan lama, berupa deposito hibah.

Selain itu terdapat pula uang UBCN (Brasil) dan Yugoslavia, serta sertifikat deposito obligasi garansi di Bank Swiss dan Bank Netherland. Meskipun emas yang ditunjukkan oleh Soenuso bersertifikat, namun belum ada pakar yang memastikan keaslian dari emas tersebut.

Penghargaan

Semasa hidupnya, Soekarno mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri. Perguruan tinggi dalam negeri yang memberikan gelar kehormatan kepada Soekarno antara lain Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanuddin, dan Institut Agama Islam Negeri Jakarta.

Sementara itu, Columbia University (Amerika Serikat), Berlin University (Jerman), Lomonosov University (Rusia), dan Al-Azhar University (Mesir), merupakan beberapa universitas luar negeri yang menganugerahi Soekarno dengan gelar Doktor Honoris Causa.

Pada April 2005, Soekarno yang sudah meninggal selama 104 tahun, mendapatkan penghargaan dari Presiden Afrika Selatan, Thabo Mbeki. Penghargaan tersebut adalah penghargaan bintang kelas satu The Order of the Supreme Companions of OR Tambo, yang diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana, yang semuanya dilapisi emas.

Soekarno mendapat penghargaan tersebut karena dinilai telah mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh negara maju, serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari apartheid.

Acara penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings di Pretoria, dan dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri yang mewakili ayahnya dalam menerima penghargaan.

Related

Indonesia 7392389433863731877

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item