Ini 5 Pernyataan Kontroversial Hadi Pranoto yang Dipatahkan oleh Pakar

Ini 5 Pernyataan Kontroversial Hadi Pranoto yang Dipatahkan oleh Pakar, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Nama Hadi Pranoto menjadi perbincangan warganet setelah musisi Anji mewawancara dia di kanal Youtube. Dalam video itu, Hadi disebut bergelar profesor dan ahli mikrobiologi.

Hadi mengklaim telah menemukan obat Covid-19 yang dia sebut sebagai herbal antibodi. Dia menyebut obat itu bisa menyembuhkan pasien dalam waktu dua sampai tiga hari saja. “Saya tegaskan ini bukan vaksin, tapi herbal antibodi agar masyarakat terhindar dari penularan Covid,” kata Hadi.

Sejumlah pakar medis dan mikrobiologi meragukan klaim dan gelar yang disandang oleh Hadi. Keraguan itu muncul karena banyak istilah yang digunakan oleh ‘Profesor’ ini, justru tak dikenal di dunia medis. Berikut beberapa di antaranya.

Istilah Antibodi

Pengajar mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Agung Dwi Widodo bingung dengan istilah antibodi yang dipakai sebagai nama obat Hadi. Agung mengatakan antibodi adalah zat yang diproduksi dalam tubuh. Bukan diproduksi di luar, lalu diminun. Dia ragu Hadi paham soal antibodi.

“Dia sebenarnya tahu antibodi itu apa enggak, sih,” kata Agung.

Keraguan Agung menguat karena Hadi menyebut herbal antibodi itu akan membuat bakteri dalam tubuh memakan virus penyebab Covid. “Baru kali ini ada virus dimakan bakteri, selama ini terbalik, bakterinya yang dimakan virus,” ujar Agung.

Virus Covid-19 berkembang jadi 1.153 jenis

Agung mengatakan bidang mikrobiologi tak menggunakan istilah jenis untuk mengklasifikasi virus. Secara ringkas Agung menjelaskan, virus penyebab Covid, digolongkan dalam famili virus Corona, spesiesnya bernama Sars Cov-2. Spesies itu kemudian dibagi lagi menjadi strain. Dasar klasifikasi strain adalah geografi dan genetik virus.

“Kalau berdasarkan daerah ada enam sampai delapan kelompok, berdasarkan genetik jumlahnya sama, jadi tidak sampai seribu,” kata dia.

Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Herawati Sudoyo mengatakan belum pernah mendengar bahwa Sars Cov-2 sudah bermutasi. “Saya justru belum pernah mendengar Sars Cov-2 sudah bermutasi sehingga menyebabkan terbentukya subtipe baru,” kata dia.

Covid-19 baru mati di suhu 350 derajat

Agung dan Herawati sama-sama menyangkal pernyataan Hadi tersebut. Agung mengatakan dari pengalamannya di laboratorium, virus penyebab Covid-19 sudah inaktif di suhu 120 derajat celcius.

“Selama ini kami pakai autoklaf yang 120 derajat, itu virusnya sudah inaktif,” kata Agung saat dihubungi, Ahad, 2 Agustus 2020. Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi benda menggunakan uap panas dan tekanan tinggi.

Herawati Sudoyo mengatakan dibutuhkan pengetahuan mengenai struktur virus untuk mengetahui toleransi mikroorganisme itu terhadap suhu. Dia mengatakan virus memiliki membran pelapis ganda yang terdiri dari lipid dan protein.

Pendiri Eijkman ini mengatakan zat yang menyelubungi virus itu akan larut bila dipanaskan. Dan dalam kasus virus penyebab Covid-19, pendiri LBME Eijkman ini menyebut Hadi keliru. “Hasil studi menyatakan bahwa pada suhu 56 derajat celcius, membran akan rusak,” ujar dia.

Tes digital teknologi murah seharga Rp 10 ribu

Herawati Sudoyo mengaku tak mengetahui ada tes Covid-19 bernama digital teknologi seperti yang dikatakan Hadi hanya bertarif Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu. Dia mengatakan tenaga medis di dunia menggunakan Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction.

“Itu juga yang digunakan di Indonesia,” kata dia.

Senada, Agung yang berprofesi sebagai dokter mikrobiologi klinis juga tak paham dengan maksud digital teknologi yang disebutkan Hadi. Dia menceritakan sejumlah guru besar sempat merasa jengkel dengan klaim tes Covid-19 yang dikatakan Hadi Pranoto.

“Kalau ada tes yang berbasis digital teknologi itu murah, maka semua sampel di Surabaya mau dikirim ke Hadi Pranoto,” canda Agung.

Agung berkata tes Covid-19 tergolong mahal karena sejumlah penyebab. Di antaranya, petugas mesti menggunakan alat pelindung diri saat mengambil sampel; jumlah mesin pengujian terbatas; dan reagen yang masih impor.

Covid-19 bisa terdeteksi lewat keringat

Agung mengatakan belum ada penelitian yang menyebutkan bahwa tes Covid-19 bisa dilakukan melalui keringat. Terbaru, kata dia, banyak ilmuwan menyebut tes Covid-19 bisa menggunakan air liur atau saliva.

Senada dengan Agung, Wakil Ketua Ikatan Dokter Indonesia Adib Khumaidi mengatakan belum ada penelitian yang menyebutkan bahwa tes Covid bisa menggunakan keringat.

“Belum ada penelitian secara ilmiah yang membuktikan itu,” kata Adib.

Related

Science 4737309122558041057

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item