Kisah Siswa SMP Jualan Pempek Keliling agar Bisa Beli Kuota untuk Sekolah Daring

Kisah Siswa SMP Jualan Pempek Keliling agar Bisa Beli Kuota untuk Sekolah Daring, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Jonathan, siswa SMP Negeri 42 Bandar Lampung, berjualan pempek keliling untuk membeli kuota internet demi bisa ikuti sekolah secara daring.

Situasi pandemi COVID-19 menyebabkan segala kegiatan dibatasi dan dialihkan secara dalam jaringan (daring), termasuk juga pendidikan. Namun, nyatanya solusi ini bukan tanpa menimbulkan persoalan baru.

Sekolah daring yang memang hal baru, ternyata menemui beberapa kendala mulai dari biaya beli kuota internet, keterbatasan jaringan (sinyal internet), dan keterbatasan kemampuan mengoperasikan teknologi informasi (gadget).

Hal ini juga didapati di Bandar Lampung, kendala sekolah daring dialami salah satu siswa SMPN 42 Bandar Lampung. Namanya Jonathan, siswa kelas VII ini berjuang mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk menyambung koneksi internet, demi bisa mengikuti sekolah secara daring. 

Saat ditemui Lampung Geh, Jonathan sudah mulai berkeliling kelurahan tempat tinggalnya, di RT 1 Kelurahan Talang, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung.

"Kalau jualan pempek ini inisiatif saya sendiri, sejak bulan puasa saya mulai jualannya. Karena memang butuh biaya untuk beli kuota internet untuk sekolah daring," kata Jonathan.

Sebelum berjualan pempek keliling, Jonathan membeli kuota internet dengan uang pemberian ayahnya. Namun, semenjak pandemi COVID-19 melanda, usaha ayahnya di bidang furniture gulung tikar.

"Buat sekolah daring ini pakai HP ayah, sebelumnya dikasih uang ayah buat beli kuota. Tapi usaha ayah tutup semenjak ada corona ini," tutur Jonathan.

Setiap harinya Jonathan mengambil barang dagangan, yakni pempek dari seseorang di daerah Kota Karang, Bandar Lampung. 

"Kalau ngambil dagangan diantar sama ayah naik motor. Satu pempeknya saya ambil dengan harga Rp 800, dan dijual dengan harga Rp 1000 rupiah perbiji," ucap Jonathan.

Jonathan mulai berjalan kaki keliling menjajakan pempek setiap pukul 13.00 WIB, hingga sore hari pukul 17.00 WIB. "Ngambilnya kadang 150 biji, paling banyak 200 biji. Tapi namanya jualan ya kadang habis kadang enggak," imbuhnya.

Dari berjualan pempek keliling, setiap harinya Jonathan dapat mengumpulkan untung paling sedikit Rp 8.000, dan paling banyak Rp 35.000. "Untuk kuota internet belinya setiap lima hari, beli 1,5 giga byte. Belinya yang murah aja om, seharga Rp 9.000," katanya dengan polos.

Berjualan keliling untuk anak-anak seusianya juga membutuhkan mental yang kuat. Karena tidak jarang Jonathan diejek oleh teman-teman seusianya saat berjualan keliling. "Kalau yang jahil nggak ada sih, paling ya ini, banyak yang ngejekin pas lagi jualan keliling. Tapi saya cuek aja," ucapnya.

Namun, perjuangannya untuk mengikuti sekolah daring belum cukup terkendala biaya kuota internet saja. Pasalnya, persoalan lain masih harus dihadapi Jonathan, yaitu kendala jaringan atau sinyal internet yang sering terputus.

"Kadang-kadang lama untuk buka link absennya, karena jaringan provider itu memang agak susah kadang-kadang. Tapi ya bagaimana lagi, nyari yang harganya murah. Kadang kalau telat absen, sering juga dihitung alpa, walaupun masih bisa absen manual lewat WA," lanjut Jonathan.

Membeli kuota dengan harga murah bagi Jonathan bukan tanpa alasan, karena saat ini dia juga harus mengumpulkan uang untuk bisa membeli gadget sendiri. "Sebagian dari hasil jualan ditabung om, biar bisa beli HP sendiri. Karena ini yang dipakai HP ayah, saya juga nabung buat beli seragam sekolah," ujarnya.

Jonathan baru saja memasuki kelas VII SMP, dimana ini merupakan tahun ajaran baru, sekaligus masa-masa transisi baginya dari pendidikan Sekolah Dasar. Selain itu, kendala lain juga dialami Jonathan saat mengikuti sekolah daring.

"Kalau sekolah tatap muka, ada pelajaran yang nggak paham bisa nanya langsung sama gurunya. Ini daring nggak bisa nanya langsung, bisa nanya di grup WhatsApp, tapi itu juga lama kadang dijawabnya. Terus nggak bisa ketemu sama teman-teman sekolah," katanya. 

Jonathan berharap, pandemi COVID-19 ini segera berakhir, atau setidaknya ada solusi untuk kemudahan baginya dan siswa lain yang senasib dengannya saat mengikuti sejolah secara daring. 

"Semoga cepat selesai corona ini. Biar bisa sekolah tatap muka lagi, dan bisa ketemu teman-teman juga," harapnya.

Related

News 1945785477967743045

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item