Tak Terduga, Pedagang Burung ternyata Bisa Hasilkan Untung Rp 40 Juta per Bulan

Tak Terduga, Pedagang Burung ternyata Bisa Hasilkan Untung Rp 40 Juta per Bulan, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Memelihara burung menjadi salah satu cara mengisi waktu yang lebih panjang di rumah, selama work from home (WFH) akibat pandemi virus corona. Kegiatan merawat hewan peliharaan seperti burung, menjadi salah satu cara mengatasi kebosanan.

Tak mengherankan jika Pasar Burung Pramuka di Jakarta Timur, tak pernah sepi termasuk di masa pandemi seperti saat ini. Beragam burung mulai dari yang harganya puluhan ribu hingga jutaan rupiah, ditawarkan di Pasar Burung Pramuka. Baik burung lokal, maupun impor.

Hampir sekitar 300 kios burung hias berjejer rapi di atas gedung yang memiliki dua lantai itu. Lokasinya sendiri berada di belakang gedung PD Pasar Jaya Pramuka. 

Pedagang di Pasar Burung Pramuka menjual berbagai jenis burung hias. Sebut saja burung kenari, burung murai batu, burung love bird, burung cucak hijau, burung pleci, burung dara, burung jalak, hingga unggas lainnya seperti ayam hias. 

"Banyak jenisnya burung yang dijual di sini ada burung jalak, murai batu, love bird, kenari, cucak hijau, dara, ada ayam hias dan lain-lain, berbagai jenis lah," ujar Nur, salah satu pedagang burung hias di Pasar Burung Pramuka, Matraman, Jakarta Timur.

Menurut Nur, burung yang dijual di Pasar Burung Pramuka adalah burung peliharaan alias burung hias bukan burung yang dilindungi oleh negara. 

"Kalau burung yang dilindungi saya terus terang enggak berani jual," imbuh Nur.

Nur menjelaskan, harga burung hias di Pasar Burung Pramuka bervariatif, tergantung jenisnya. Seperti harga burung cucak hijau jantan dibanderol dengan harga Rp 500.000 per ekor dan yang betina Rp 300.000 per ekor. 

Ada lagi burung jalak putih Rp 2,5 juta per pasang, burung kenari lokal bakalan Rp 100.000 per ekor, kenari Taiwan Rp 500.000 per ekor, burung love bird antara harga Rp 250.000 hingga Rp 850.000 per ekor, burung murai batu Rp 4 juta per ekor, sedangkan anakannya Rp 1 juta per ekor. 

"Harganya itu tergantung jenisnya, per jenisnya itu kan banyak juga yang menentukan kenapa harga bisa mahal, salah satunya warna bulu itu juga berpengaruh. Misal love bird itu paling murah Rp 250.000 untuk warna hijau kepala merah, paling mahal Rp 850.000 untuk jenis lutino mata merah," cerita Nur. 

Mengenai hasil usaha per bulannya, Nur menjelaskan, pedagang burung di Pasar Burung Pramuka, termasuk dirinya mampu mendapatkan keuntungan bersih antara Rp 20 juta hingga Rp 40 juta, tergantung permintaan burung hias. Sedangkan omzet per harinya mencapai Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta. 

"Kalau dihitung bersih kalau lagi sepi ya Rp 20 juta, ramai bisa Rp 40 juta per bulan, kadang lebih kadang kurang, ya segituan lah. Kalau per harinya juga pas kayak gini bisa Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta," terang Nur. 

Menurut Nur, masa liburan seperti akhir pekan, tanggal merah adalah masa di mana pengunjung ramai berbondong-bondong membeli burung. Bahkan omzet per harinya bisa mencapai Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per hari. 

"Saat hari libur akhir pekan Sabtu-Minggu. Per hari bisa dapat omzet Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. Beli enggak beli mereka pas libur mencari hiburan dengan melihat burung," pungkas Nur.

Related

News 5839870136682052547

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item