Bisnis Properti Lesu Dihantam Corona, tapi Perumahan untuk Kelas Menengah Tetap Laku Keras
https://www.naviri.org/2020/09/bisnis-properti-lesu-dihantam-corona.html
Naviri Magazine - Kebutuhan perumahan di Indonesia setiap tahun terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduknya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), per 30 Juni 2020 jumlah penduduk Indonesia mencapai lebih dari 268 juta jiwa.
Besarnya jumlah penduduk ini, ternyata belum diimbangi dengan penyediaan perumahan, hingga gap antara permintaan dan penawaran terus melebar.
Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR), backlog perumahan per awal 2020 mencapai 7,64 juta unit. Kekurangan terbesar berada di segmen menengah-bawah.
Hal ini menyebabkan pasar perumahan segmen menengah-bawah tidak rentan terhadap krisis ekonomi, sekaligus menjawab tetap eksisnya para pemain perumahan menengah-bawah. Bahkan di masa pandemi seperti saat ini.
Chief Executive Officer PT Mustika Land David Sudjana mengakui pasar perumahan segmen menengah-bawah sangat berkembang. Yang paling menarik selain pasarnya gemuk, segmen ini juga memiliki kemampuan daya beli yang menguat.
"Sebagian besar mereka (kelas menengah) adalah tenaga kerja profesional dan kreatif yang tidak hanya menggantungkan pada pendapatan gaji semata. Mereka bisa menciptakan bisnis sampingan (bisnis online) dan passive income lainnya. Karena itu daya beli mereka relatif lebih baik," katanya dalam keterangan tertulis.
David menyatakan pasar rumah menengah sangat menarik karena antara 2020 hingga 2030 (data BPS) akan terjadi bonus demografi di Indonesia, saat kelas menengah rata-rata usia produktif tumbuh sangat besar.
Faktor ini tentunya akan memicu peningkatan pasar segmen properti menengah, khususnya untuk keluarga muda yang belum memiliki rumah (rumah pertama). Target pasar ini memang membeli rumah untuk dihuni, selain juga menjadi investasi.