Empat Dekade Perjalanan Karier Iwan Fals, di Antara Jerit Kritik dan Lagu Cinta

Empat Dekade Perjalanan Karier Iwan Fals, di Antara Jerit Kritik dan Lagu Cinta, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Empat puluh lima tahun berlalu sudah sejak Virgiawan Listianto alias Iwan Fals memulai langkah kariernya sebagai musisi, meninggalkan jejak kritik dan cinta dalam tiap gita ciptaannya.

Cabik kritik musisi yang merayakan ulang tahun ke-59 tersebut sudah terdengar sejak awal ia memantapkan langkah di industri musik pada 1975.

Lama mengamen di Bandung, Iwan akhirnya dipinang seorang produser untuk menggarap musik. Dibantu grup musik Amburadul, Iwan akhirnya merilis satu album yang kala itu tak laku di pasaran.

Iwan terpaksa kembali ke jalanan hingga akhirnya bergabung dengan Musica Studio dan merilis album Sarjana Muda pada 1981. Berisi sepuluh lagu, album tersebut menjadi salah satu karya legendaris di Indonesia.

Salah satu lagu dalam album tersebut, Umar Bakri, bahkan masuk dalam jajaran "150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa" versi majalah Rolling Stone Indonesia.

Lagu tersebut memuat kritik sosial mengenai upah kecil guru meski sudah mencetak banyak profesor, dokter, bahkan menteri.

Selain Umar Bakri, protes nyaring Iwan juga terdengar dalam lagu Ambulans Zig Zag yang menggambarkan ketimpangan sosial di Indonesia kala itu. Si kaya dan si miskin digambarkan mendapat perlakuan berbeda di rumah sakit.

Akibat kelantangannya menyuarakan kritik, Iwan sempat berurusan dengan aparat dan ditahan selama dua pekan pada April 1984.

Ia ditahan bukan akibat tindakan kriminal, melainkan karena menyanyikan lagu Demokrasi Nasi (1978), Pola Sederhana (1978), serta Mbak Tini (1978) dalam sebuah konser di Pekanbaru.

Namun, perlakuan aparat tidak dapat membungkam kritik Iwan. Pada tahun yang sama, ia merilis album bertajuk Sugali. Dalam album itu, terdapat lagu bertajuk sama yang mengisahkan soal penembak misterius alias petrus.

Ada pula lagu Siang Seberang Istana. Dalam gita tersebut, Iwan menyoroti seorang anak kecil yang tidak berdaya meski hidup di dekat istana.

Alih-alih membantu, penghuni istana justru tidak tahu atau tak mau tahu ada orang yang membutuhkan pertolongan.

Protes keras lainnya juga terdengar nyaring dalam lagu Surat Buat Wakil Rakyat dalam album Wakil Rakyat yang dirilis pada 1987.

Dalam lagu itu, diceritakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat bertindak seenaknya, padahal mereka dipilih rakyat yang banyak berharap.

Tak hanya protes, album tersebut juga menyuguhkan Mata Indah Bola Pingpong, tembang bernapas romantisme yang tak klise.

Meski berkisah tentang pria jatuh hati pada seorang perempuan bermata indah, Iwan tak segan memakai kata-kata yang tidak lazim digunakan dalam gita cinta pada umumnya.

Pria mana yang tak suka
Senyummu juwita
Kalau ada yang tak suka
Mungkin sedang goblok

Pilihan diksi dalam lirik lagu cinta garapan Iwan memang dianggap dapat membuat satu tembang terdengar tak murahan.

Keluwesan Iwan mencipta lirik cinta juga dapat terdengar dalam sederet karya lainnya, seperti Yang Terlupakan (1981), Kumenanti Seorang Kekasih (1984), Sayang Kamu (1986), Buku Ini Aku Pinjam (1988), dan Aku Bukan Pilihan (2003).

Ada pula lagu yang terasa seperti menggabungkan tema cinta, kritik, dan kehidupan sosial, yaitu Pesawat Tempurku. Dalam lagu ini, Iwan menyoroti perang yang memakan banyak biaya. Banyak rakyat akhirnya jatuh miskin.

Salah seorang yang miskin ini lantas tak menarik bagi perempuan idamannya. Pria itu tak percaya diri, sementara sang perempuan juga hanya bisa melempar senyum, lalu pergi bagai pesawat tempur.

Dengan rekam jejak ini, tak heran ketika Rolling Stone Indonesia memasukkan Iwan Fals ke dalam daftar 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa yang diterbitkan melalui majalah edisi khusus pada 2011.

Dalam majalah tersebut, deskripsi mengenai Iwan dipercayakan pada penabuh drum Slank, Bimbim, sebagai salah satu musisi yang terinspirasi dan sang musisi legendaris.

"Musisi yang bertahan panjang itu biasanya musisi yang memberikan sesuatu di dalam musiknya, seperti Bob Marley, Bob Dylan, Sex Pistols. Mereka semua memuat fighting spirit. Di Indonesia, saya lihat itu ada pada Iwan Fals. Kita banyak melupakan itu," tulis Bimbim.

Bimbim menutup pernyataannya dengan menulis, "Anak band yang muda-muda di awal karier pasti punya banyak masalah. Hanya saja karena industri, semua orang menulis cinta, atau antinarkoba. Justru di Iwan Fals, saya jadi berkaca, bahwa tema untuk membuat lagu ternyata luas."

Related

News 9100040596123004150

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item