Hadapi Resesi dan Pandemi Covid-19, Startup dan Usaha Konvensional Harus Bersatu
https://www.naviri.org/2020/09/hadapi-resesi-dan-pandemi-covid-19.html
Naviri Magazine - Kolaborasi antara perusahaan konvensional dengan perusahaan rintisan (startup) dianggap merupakan sebuah fenomena yang didorong oleh pandemi virus corona Covid-19.
President Director Binar Academy Alamanda Shantika Santoso menganggap kolaborasi, sinergi dan transformasi antara perusahaan konvensional dan digital dinilai adalah suatu keniscayaan. Perusahaan yang semula enggan membuat aplikasi guna mendukung lini bisnis utamanya, kini justru tengah mengembangkan platform digital.
"Saat perusahaan konvensional tengah melakukan transformasi besar-besaran menuju digital. Contohnya saja rumah sakit dan groceries yang tengah mengembangkan platform digital. Perusahaan rintisan digital dan konvensional saat ini memang lagi seru melakukan kolaborasi dan sinergi," kata Alamanda dalam keterangan yang diterima media.
Beberapa perusahaan swasta nasional yang sudah melakukan investasi langsung di perusahaan rintisan diantaranya adalah BCA melalui Central Capital Ventura (SYNRGY Accelerator), Astra Internasional, Bank OCBC NISP melalui OCBC NISP Ventura dan Bank CIMB Niaga bersama Genesis Alternatives Ventures.
Sedangkan perusahaan BUMN yang telah melakukan investasi untuk bersinergi dengan perusahaan rintisan diantaranya adalah BRI melalui BRI Ventura Investama, Bank Mandiri melalui Mandiri Capital Indonesia dan Telkom melalui MDI Venture.
"Bahkan saat ini banyak perusahaan besar baik itu swasta nasional maupun BUMN melakukan investasi langsung ke perusahaan rintisan digital untuk mencari sinergi atau berkolaborasi," terang Alamanda.
Alamanda yang juga menjadi advisor di Mandiri Capital Indonesia mengatakan, salah satu keuntungan Mandiri masuk ke startup adalah mempercepat transformasi digital di bank BUMN tersebut. Keuntungan lainnya adalah untuk mendukung lini bisnis utama Mandiri.
"Mungkin bisnis konvensional sudah mulai sadar tidak seharusnya berkompetisi dengan perusahaan rintisan digital. Justru saat ini perusahaan rintisan harus bersinergi dan berkolaborasi dengan startup digital," terang Alamanda.
Alamanda mengatakan perusahaan konvensional yang sudah terlalu besar memiliki kecenderungan sulit untuk melakukan transformasi digital. Perusahaan ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat transformasi ke digital.
Dengan berinvestasi dan berkolaborasi di perusahaan digital startup dipercaya Alamanda akan mempermudah serta mempercepat digital transformasi di perusahaan tersebut.
"Antara perusahaan konvensional dan digital mempunyai value masing-masing. Transformasi digital tak hanya sekadar membuat aplikasi. Mereka harus mengubah bisnis modelnya, kapabilitas serta kapasitas SDM yang dimilikinya," kata Alamanda.
Alamanda menilai industri startup sudah jauh lebih sehat pasca pandemi Covid-19. Jika dahulu perusahaan rintisan terkenal dengan 'bakar uang', kini tidak lagi.
Lebih lanjut, Amanda menjelaskan dahulu investor dan pemilik startup hanya memikirkan valuasi semata. Namun, kini mereka sudah memikirkan rencana bisnis dan profitabilitas dari perusahaan rintisan.
"Memang itu yang saya inginkan di industri startup. Selain kolaborasi dan sinergi, diharapkan tidak ada lagi bakar uang. Sehingga membuat perusahaan startup digital menjadi lebih sehat dan menjanjikan keuntungan," papar Alamanda.