Indonesia Perlu Berkaca Pada India dan Brasil yang Gagal Atasi Pandemi Corona (Bagian 1)

Indonesia Perlu Berkaca Pada India dan Brasil yang Gagal Atasi Pandemi Corona

Naviri Magazine - Lockdown India kacau karena lemahnya persiapan. Brasil terpuruk karena respons pandemi yang buruk. Jangan sampai Indonesia jatuh seperti kedua negara itu.

Lupakan Amerika Serikat yang masih kokoh di puncak dalam statistik pasien positif COVID-19 di dunia. India kini ada di peringkat dua menggeser Brasil. Saat ini, jumlah kasus positif COVID-19 di India tembus 5 juta dengan angka kematian lebih dari 78 ribu jiwa. Melesatnya India mengungguli Brasil dimulai, saat terjadi lonjakan kasus sebanyak 90.802 hanya dalam waktu 24 jam.

Negara berpenduduk lebih dari 1,3 milyar itu juga mencatatkan angka peningkatan kasus positif COVID-19 harian terbesar di dunia selama hampir sebulan terakhir. Kini, virus telah menyebar ke kota-kota kecil dan pedalaman India.

“Sekarang, ini menjadi beban ganda,” ujar Profesor Rajib Dasgupta, ahli kesehatan masyarakat dari Universitas Jawaharlal Nehru, Delhi, seperti dikutip Reuters. "[Penambahan kasus positif] di daerah perkotaan tidak melambat, sementara di daerah perdesaan meningkat.”

Asosiasi Dokter India (IMA) mencatat, hingga 7 Agustus 2020 jumlah dokter yang meninggal akibat Covid-19 mencapai 196 orang dengan 170 di antaranya berusia di atas 50 tahun.

Padahal India adalah negara yang dinilai paling keras menerapkan lockdown dibanding negara lain dengan kebijakan yang sama. Tujuan lockdown adalah meratakan kurva pertambahan kasus positif agar kapasitas layanan kesehatan tidak kolaps dan tingkat kematian bisa ditekan.

Perdana Menteri Narendra Modi memberlakukan lockdown mulai 24 Maret 2020 hingga 21 hari berikutnya. Dia mengibaratkan ini seperti 18 hari Bharatayuda.

Namun, setelah lockdown diperpanjang hingga 58 hari, jumlah kasus positif justru meroket. Penerapan lockdown berdurasi panjang juga membuat perekonomian India kian terseok-seok. Modi yang kehabisan opsi akhirnya melonggarkan lockdown pada 21 Mei. Transportasi umum dan tempat-tempat usaha diizinkan buka kembali, meski terjadi lonjakan penularan.

“Corona akan tetap menjadi bagian kehidupan kita untuk waktu yang lama. Tapi kita tidak bisa membiarkan kehidupan kita terkurung hanya di sekitar corona.” ujarnya dalam pidato di televisi nasional India.

Lockdown dengan Persiapan Minimum

Cara pemerintahan Modi menangani pandemi pun dikritik oleh Mantan Menteri Keuangan yang kini menjadi Ketua Kongres India, P. Chidambaram. India, menurut Chidambaram, adalah satu-satunya negara di dunia yang tak dapat manfaat apapun dari kebijakan lockdown.

Namun, itu bukan berarti lockdown tidak berguna. Kegagalan lockdown India lebih disebabkan karena kebijakan itu diputuskan sepihak oleh Modi, tanpa peringatan, perencanaan, dan mengabaikan saran ilmiah.

Warga mendadak dilarang keluar rumah dan aparat tak segan memukul mereka yang melanggar agar kembali pulang. Hampir semua aktivitas ekonomi berhenti total—termasuk logistik, manufaktur, transportasi umum, dan sebagian besar perawatan kesehatan. Akibatnya, pendapatan sekitar 140 juta pekerja pun ikut merosot.

Para buruh urban pun seketika terlantar tanpa uang dan pekerjaan. Imbasnya, mereka terpaksa pulang kampung dengan resiko membawa virus ke kampung halaman. Tak sedikit pula yang tewas di perjalanan karena kecelakaan.

Pemberitaan Financial Times menyebut pengujian dan pelacakan kontak pasien positif COVID-19 sangat rendah. Pun demikian, banyak orang yang terinfeksi enggan melaporkan diri karena takut dibawa ke rumah sakit umum atau pusat karantina yang kumuh.

Pemerintah India sebenarnya telah menerapkan sistem pelacakan dengan aplikasi ponsel. Namun, cara itu tidak efektif karena hampir 75 persen populasi India tidak menggenggam ponsel.

Kekecewaan atas kebijakan Modi juga dilontarkan ahli bedah syaraf Sujoy Sanyal. Menurutnya, Pemerintah India menerapkan lockdown dengan persiapan minimum. Dia lebih kecewa lagi ketika lockdown justru semakin longgar penerapannya kala kasus positif justru sedang melonjak.

“Padahal, semua pemodelan ilmiah menyarankan pembukaan karantina hanya jika Anda melihat penurunan kasus positif harian dalam jangka waktu tertentu," ujarnya kepada The Wire.

Celah lain yang membuat kebijakan lockdown gagal adalah karena Pemerintah India luput mengawasi kelompok masyarakat di pemukiman padat dan perdesaan.

Baca lanjutannya: Indonesia Perlu Berkaca Pada India dan Brasil yang Gagal Atasi Pandemi Corona (Bagian 2)

Related

International 915884547449310283

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item