Indonesia Perlu Berkaca Pada India dan Brasil yang Gagal Atasi Pandemi Corona (Bagian 2)
https://www.naviri.org/2020/09/indonesia-perlu-berkaca-pada-india-page-2.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Indonesia Perlu Berkaca Pada India dan Brasil yang Gagal Atasi Pandemi Corona - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Warga sebuah desa di Andhra Pradesh, misalnya, kedapatan menyelenggarakan hajatan pernikahan dan pertandingan kriket yang semestinya dilarang. Kelalaian pengawasan itu kemudian harus dibayar dengan kenaikan kasus positif COVID-19.
Meski begitu, negara bagian Kerala adalah kekecualian. Berbeda dengan Pemerintah India yang gagap, Pemerintah Kerala justru lebih sigap menanggulangi pandemi. Laporan The Print menyebut Pemerintah Kerala sudah siap dengan protokol pengujian, penelusuran, isolasi, dan lainnya sejak 20 Januari 2020.
Brasil Keok Tanpa Lockdown
Sementara itu, Brasil yang berada di posisi ketiga dunia tak pernah tercatat melakukan lockdown total. Hasilnya tidak lebih baik dari India. Hingga delapan bulan setelah kasus COVID-19 pertama dikonfirmasi di negara itu, tercatat lebih dari 4,3 juta warganya positif dan lebih dari 131 ribu jiwa di antaranya meninggal.
Dari segi angka kematian, Brasil adalah yang tertinggi nomor dua di dunia. The New York Times melaporkan, pada awal Juni, negeri samba mulai mengalami rata-rata 1.000 kasus kematian per hari akibat COVID-19. Bahkan, Amerika Latin secara keseluruhan telah menjadi episentrum pandemi yang baru sejak sebulan sebelumnya.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro memang sejak awal tak menunjukkan keseriusan dalam menangani pandemi di negerinya. Sama dengan Modi, dia bertindak semaunya sendiri dengan mengabaikan saran dari para saintis. Dia bahkan menganggap COVID-19 sekadar flu biasa dan hanya fantasi.
Tak hanya itu, media Brasil yang menyoroti krisis COVID-19 justru dituduh ingin melengserkannya. Menteri Kesehatan yang vokal menganjurkan warga untuk tinggal di rumah justru dipecat. Bolsonaro pun bergabung dengan massa penolak lockdown.
Profesor Alfredo Saad Filho, ahli ekonomi politik dan pembangunan internasional dari King's College London, dalam artikelnya untuk The Conversation tak ragu menyebut Brasil sebagai negara dengan respons pandemi terburuk di dunia.
Penyebabnya adalah ketimpangan sosial—PDB Brasil adalah yang terbesar kesembilan di dunia, tetapi seperempat populasinya hidup dalam kemiskinan—dan kepemimpinan nasional yang kacau.
“COVID-19 mencapai negara ini melalui turis kaya yang kembali dari liburannya di Italia, tapi orang pertama yang meninggal adalah salah satu pekerja rumah tangganya.” tulis Filho.
Virus Corona dengan cepat merembet ke wilayah utara dan timur laut yang miskin dan fasilitas kesehatannya tak sebagus kota besar macam Sao Paulo dan Rio de Janeiro. Sudah begitu, Bolsonaro juga tidak membuat aturan yang jelas terkait penanganan COVID-19. Dia malah melempar tanggung jawab ke tingkat gubernur dan walikota.
Karenanya, tiap kota punya respons pandemi yang tak padu. Tidak semua kota menerapkan aturan penutupan pusat perbelanjaan atau pemakaian masker di transportasi umum. Peraturan ala kadarnya itu jadi semakin tak efektif karena bisa berubah sesuai tekanan lokal.
Ekses dari karut marut penanganan pandemi di India dan Brasil itu seharusnya bisa menjadi cermin bagi Pemerintah Indonesia. Pasalnya, kini Indonesia menduduki posisi teratas statistik jumlah kematian akibat COVID-19 di Asia Tenggara.
Kasus positif di Indonesia kini sudah tembus lebih dari 218 ribu orang dengan jumlah kematian mencapai lebih dari 8,7 ribu jiwa. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga mencatat 115 dokter meninggal dunia akibat terpapar COVID-19 saat bertugas.
Karenanya, jangan kaget jika awal pekan lalu 59 negara menutup pintu bagi warga negara Indonesia. Tingkat pengujian yang rendah sudah lama dikeluhkan para ahli kesehatan. Pun demikian, terjadi lonjakan kasus positif nasional—dengan Jakarta sebagai penyumbang kasus terbanyak—beberapa pekan terakhir.
Ini jelas situasi genting dan Pemerintah semestinya segera membuat langkah penanganan pandemi yang lebih efektif. Jangan sampai Indonesia terjerumus seperti India dan Brasil.