Jika Kasus Corona Terus Meningkat, Harga Emas Bisa Tembus Rp 2 Juta per Gram

 Jika Kasus Corona Terus Meningkat, Harga Emas Bisa Tembus Rp 2 Juta per Gram

Naviri Magazine - Harga jual emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) kembali melonjak di tengah peningkatan kasus positif baru Covid-19. Ancaman second wave penularan virus corona pun semakin nyata, ketika jumlah kasus positif di Indonesia terus mencetak rekor dalam sepekan terakhir.

Pemulihan ekonomi yang masih terhambat juga membuat investor menumpuk aset safe haven seperti emas. Walaupun harganya sempat melandai di bulan Juni 2020, harga emas Antam kembali merangkak naik di awal Juli 2020 mendekati rekor tertingginya.

Sementara harga emas dunia, dilansir dari Bloomberg, di pasar spot naik tipis 0,01 persen menjadi AS$1.784,84 per ounce. Sedangkan harga emas di bursa Comex naik 0,11 persen menjadi AS$1.795,5 per ounce.

Senior Market Analyst di Broker OANDA, Edward Moya, mengatakan investor ragu pemulihan ekonomi saat ini berlangsung cepat. Pasalnya, kasus baru Covid-19 terus bertambah di seluruh dunia. Amerika Serikat (AS) bahkan mencatat lonjakan kasus baru di 15 negara bagian dalam empat hari pertama bulan ini. Peningkatan pasien positif virus corona juga terjadi di India, Australia, dan Mexico.

"Kita mungkin butuh waktu lebih lama lagi untuk pulih, dan itu seharusnya mendukung harga emas," kata Moya dikutip dari Reuters.

Moya menyebut jika data ekonomi terus menunjukkan hasil yang positif, kebijakan stimulus kemungkinan bakal dikurangi. Hal itu bisa mempengaruhi pergerakan harga emas. Namun hingga kini belum ada yang bisa memprediksi kapan dan berapa lama.

Tren kembali naik

Secara rata-rata, harga emas Antam telah mengalami kenaikan sebesar 19,78 persen sejak awal tahun (year to date). Trennya kemungkinan masih akan naik hingga akhir tahun, bahkan bisa menembus level psikologis Rp1 juta.

Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, bahkan memprediksi dalam jangka panjang harga emas akan berada di harga AS$4.000 per ounce atau setara Rp2 juta per gram.

"Sebab output perekonomian terkontraksi tajam, pengeluaran fiskal melonjak, dan neraca bank sentral berlipat ganda, dan mata uang bisa berada di bawah tekanan," ungkap Ole.

Kondisi ini akan memicu investor untuk beralih ke emas sehingga permintaannya naik dan harga melambung tinggi. Belum lagi jika melihat cadangan emas Antam yang semakin menipis.

Berdasarkan data dari CEIC, besar cadangan tambang emas dalam negeri memang cenderung menurun dalam tiga tahun terakhir. Saat ini cadangan yang tersisa diperkirakan mencapai 2.600 metrik ton.

Sementara laporan tahunan Antam menunjukkan, penjualan emas pada 2017 mencapai Rp7,4 triliun, naik 33 persen dari tahun sebelumnya. Kontribusi penjualan emas terhadap total penjualan perseroan mencapai 59 persen.

Pada 2018, penjualan emas Antam meningkat 126 persen menjadi Rp16,7 triliun, atau menyumbang 66 persen dari total penjualan perseroan. Dan, pada 2019, penjualan emas Antam mencapai puncak Rp22,5 triliun.

Penjualan yang terus menanjak itu, ternyata tak hanya dipasok oleh produksi Antam sendiri. Perusahaan tambang ini memasok sebagian stok emasnya melalui impor. Pada 2019, impor emas Antam mencapai Rp13,2 triliun atau setara dengan 58,7 persen dari nilai penjualannya.

Tahun ini, MIND ID yang merupakan holding industri pertambangan milik negara, dipatok target laba Rp2,1 triliun, yang sebagian besarnya diharapkan datang dari Antam, dengan produk logam mulia.

Related

News 3427675089345230135

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item