Ketakutan Pekerja Bila Indonesia Benar-benar Resesi: Potong Gaji dan PHK

Ketakutan Pekerja Bila Indonesia Benar-benar Resesi: Potong Gaji dan PHK, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Peluang Indonesia untuk masuk ke resesi di kuartal III 2020 makin terbuka lebar. Bahkan Menko Polhukam Mahfud MD sudah memastikan ekonomi RI akan mengalami resesi pada bulan depan.

Kepastian sudah mencapai 99,9 persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menyatakan berdasarkan skenario terburuk yang dimiliki pemerintah saat ini, ekonomi kuartal III akan berada di kisaran 0 persen sampai dengan minus 2 persen.

Lantas bagaimana respons masyarakat terhadap situasi ini?

Salah satu karyawan swasta di Jakarta Barat bernama Assauma mengaku belum terlalu cemas dengan ancaman resesi ekonomi yang mengintai RI pada kuartal III tahun ini. Maklum, ia melihat aktivitas ekonomi sudah mulai berjalan normal meski pemerintah masih memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Ia sendiri mengaku tak begitu memahami indikator perekonomian masuk ke dalam resesi selain mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut.

"Yakin enggaknya akan resesi, masih 50 banding 50 mungkin di 2020. Indonesia masih bisa bertahan. Enggak tahu kalau di 2021 (kalau belum ada vaksin)," ucapnya saat dihubungi.

Jika pun Indonesia masuk ke dalam resesi di tahun ini, ia berharap tidak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal termasuk terhadap dirinya yang kini berstatus pegawai kontrak.

"Yang ditakutkan secara pribadi kehilangan pekerjaan. Secara umum daya beli berkurang, susah cari kerja lagi, masa depan jadi tidak menentu," ucapnya.

Berbeda dengan Assauma, seorang content writer di Jakarta yang biasa dipanggil Mumu mengatakan resesi sebenarnya sudah  terasa sejak awal kuartal ketiga ini. Sebagai orang yang bekerja di agensi, ia merasakan banyak perusahaan yang telah melakukan efisiensi belanja iklan hingga sekarang.

Ujung-ujungnya, perusahaan tempatnya bekerja juga terkena dampak dan harus ikut melakukan efisiensi.

"Kami hidup kan dari content promosi, jadi kalau memang semua perusahaan rugi, tutup, gimana perusahaan mau gaji gue dan teman-teman," ucapnya.

Di sisi lain ia juga menghawatirkan keluarganya yang bekerja sebagai sebagai pedagang. Pasalnya menurunnya aktivitas perkonomian akan sangat berampak pada sisi permintaan.

Otomatis omset yang terjadi di tengah beban harian yang tinggi juga turun.

"Ini yang jadi masalah. Tagihan bulanan kan banyak. Kalau misalnya omset turun, ya otomatis cicilan buat barang modal jualan juga kesendat. Dampaknya ikut kolaps juga," tuturnya.

Galang, seorang pegawai salah satu perusahaan media di Jakarta juga menyampaikan keresahan serupa. Meski terjadi lonjakan audience, bisnis media juga tertekan lantaran iklan yang masuk semakin minim.

Alhasil, sejak April lalu saja, perusahaannya sudah mulai merumahkan pegawai tanpa pesangon. "Akhirnya banyak yang beralih profesi juga ada yang jualan, bahkan ada yang dagang ikan cupang," ucapnya.

Ia sendiri merasa was-was jika resesi terjadi dan berlangsung lama. Terlebih hal ini disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang memaksa orang-orang untuk bekerja dari rumah.

"Jam kerja aja tuh sekarang lebih dikurangi waktunya 5 hari kerja dua hari libur jadi cuma 3 hari kerja. Gaji pokok udah dipotong sampai 25 persen. Kalau nanti resesi mau gimana lagi," tandasnya.

Related

News 5744205894871854404

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item