Kisah dan Perjalanan Hidup Jimi Hendrix, Dewa Gitar Legendaris Dunia (Bagian 2)

Kisah dan Perjalanan Hidup Jimi Hendrix, Dewa Gitar Legendaris Dunia

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah dan Perjalanan Hidup Jimi Hendrix, Dewa Gitar Legendaris Dunia - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Di kelab Blaises, tempat Hendrix bermain, ia dilihat oleh Johnny Hallyday, yang saat itu merupakan penyanyi top di Perancis. Ia kemudian bernegosiasi dengan Chandler, membicarakan kemungkinan kerja sama. Akhirnya diperoleh kesepakatan, Hendrix akan membuka konser Johnny. Tetapi Hendrix merasa harus memiliki band sendiri.

Di London, Chandler lalu mencarikan Hendrix dua 'pengawal' tangguh untuk posisi drums dan bass. Ia mendengar bahwa penggebuk drum, Mitch Mitchell, keluar dari Georgie Fame's Blue Flames. Maka direkrutlah Mitchell mengisi posisi tersebut.

Tinggal posisi pembetot bass yang masih lowong. Saat itulah, Noel Redding, yang mengikuti audisi untuk jadi gitaris The Animals, ditawari jadi pemain bass bersama Hendrix. Karena posisi gitaris dalam The Animals sudah terisi, dan menyadari persaingan sebagai pemain gitar terlalu ketat, ia setuju untuk jadi pemain bass, dan menerima tawaran tersebut.

Mitchell merupakan aktor cilik untuk iklan TV, sebelum memutuskan menjadi musisi pada saat remaja. Ia sangat menyukai permainan drum Buddy Rich dan Gene Kruppa. Sedangkan Redding jebolan sekolah seni, pernah bermain dengan Modern Jazz Group dan Loving Kind. Pada waktu itu pula, Hendrix mengubah namanya, dari Jimmy menjadi lebih sederhana, Jimi.

Mereka bertiga membuat band Jimi Hendrix Experience, yang kemudian melegenda. Itu terjadi pada Oktober 1966. Saat karir Hendrix yang sesungguhnya baru dimulai. Penampilan pertama mereka adalah ketika menjadi band pembuka untuk penyanyi Perancis, Johnny Hallyday, yang manggung di Paris Olympia.

Tetapi, demi penampilannya di Paris, Hendrix membutuhkan peralatan yang lebih hebat. Ia memerlukan ampli yang lebih besar, dengan daya lebih kuat. Maka Chandler pun menjual dua buah bass-nya, Fender Precision dan Gibson EB, untuk membeli Marshall Supro yang kemudian menjadi trademark Hendrix.

Sebulan kemudian, mereka, untuk pertama kali sejak bertrio, masuk studio. Mereka merekam lagu 'Stone Free' ciptaan Hendrix, dan 'Hey Joe' karya Billy Roberts dan pernah dinyanyikan oleh Tim Rose. Kedua lagu tersebut digarap di De Lane Lea Studio, London.

Sayang, ketika itu mereka masih sepi tawaran manggung. Sedangkan mereka harus membiayai hidup dan sewa studio. Sekali lagi, Chandler harus merelakan koleksi bass-nya. Kali ini sebuah Fender Jazz Bass dan sebuah Fender Precision. Ia pun bertekad, pengorbanan ini harus menghasilkan sesuatu yang hebat di kemudian hari.

Harapan itu sedikit demi sedikit mulai terwujud. Pada November, mereka bermain selama empat hari di Big Apple Club, Munich, Jerman. Mendapat bayaran 300 pounds, mereka mulai bisa membiayai hidup. Dan Chandler terus berusaha agar Jimi Hendrix Experience bisa lebih diliput oleh pers.

Hendrix cs. mendapat kesempatan jumpa pers pertama pada bulan itu juga. Bertempat di kelab Bag O' Nails, London, mereka menampilkan repertoar yang biasa mereka bawakan. Termasuk 'Hey Joe' dan 'Stonefree'. Kalangan pers menanggapi positif penampilan mereka.

Memasuki Desember, Hendrix menandatangani kontrak empat tahun dengan Yameta Company, suatu perusahaan manajemen artis. Akhirnya, single pertama 'Hey Joe' dirilis oleh Polydor, setelah sebelumnya ditolak oleh Decca. Mereka bertiga lalu tampil di acara TV untuk pertama kalinya, di penghujung tahun 1966.

Sayang, pada malam Tahun Baru 1967, mereka tidak mendapat tawaran panggung. Untungnya, Redding mempunyai gagasan bagus. Ia mengajak Hendrix dan Mitchell bermain di kampung halamannya, Folkestone, sebuah kota kecil dekat London. Dan ia, yang memiliki banyak kerabat di kota itu, tanpa banyak kesulitan mendapatkan job.

Mereka berangkat naik kereta dalam cuaca dingin. Tetapi hal itu tidak membekukan semangat mereka tampil di kafe Tofts. Apalagi orang tua Noel juga menyediakan tempat menginap bagi mereka, plus sang manajer. Penampilan mereka di kafe Tofts cukup untuk menghibur diri sendiri.

Memasuki Januari 1967, keadaan mulai membaik. Walaupun sempat 'terpaksa' bermain di kelab-kelab kecil seperti Ram Jam dan Ricky Tick, mereka masih sering mendapat kesempatan tampil di Scotch of St. Thomas dan 7 ½ Club. Bahkan kadang di kelab yang terletak di White Horse Street, Mayfair, London, penampilan mereka ditonton oleh musisi terkenal seperti Paul McCartney, Pete Townsend, dan Mick Jagger.

Bintang-bintang top itu ternyata menyukai. Mereka sering bilang pada pers, bahwa mereka kagum pada penampilan Hendrix. Dan hal itu tentunya keuntungan publikasi yang besar bagi Hendrix dan dua sohibnya. Karena kala itu, penyataan dari para personel The Beatles, The Who, dan Rolling Stones, merupakan 'santapan wajib' yang harus diyakini oleh para pencinta musik di seluruh dunia.

Akhir bulan itu, Jimi Hendrix Experience tampil di Saville Theater, London, sebagai grup pembuka The Who. Kesempatan ini diperoleh atas permintaan Townsend. Tentu saja hal ini tidak disia-siakan. Dan Hendrix pun membuktikan bahwa mereka memang patut diperhitungkan.

Pete Townsend, yang kala itu merupakan gitaris dengan aksi panggung hebat, malam itu mendapat 'saingan berat'. Tahu bahwa Townsend akan melakukan atraksi khasnya seperti memutar gitar di udara, Hendrix melakukan atraksi yang lebih hebat. Tetap dengan cirinya seperti memetik senar pakai gigi, menggesekkan senar ke punggung, atau menendang-nendang gitar. Tapi kali ini dengan gaya lebih agresif.

Pada bulan Februari, single 'Hey Joe' mendaki di nomor enam pada chart Inggris. Hendrix pun semakin terkenal dengan gayanya yang liar. Pers juga sering mengekspos hal tersebut.

Sementara itu, mereka bertiga masuk studio lagi untuk menyelesaikan penggarapan album penuh. Album itu dikerjakan di Olympic Studios, Barnes, London. Sepanjang Maret tahun itu, mereka mengadakan pertunjukan keliling Eropa. Dimulai di Twenty Club di Mouscron, Belgia, dan 20 Club, Lille, Perancis, lalu dilanjutkan ke kelab legendaris yang juga melahirkan Beatles, Star Club di Hamburg, Jerman.

Balik ke Inggris, Jimi Hendrix Experience tampil pada acara “Top Of The Pops” di BBC1-TV. Saat tour kelling Inggris, mereka sempat sepanggung dengan Cat Steven, Walker Brothers, dan Engelbert Humperdinck. Gaya agresif Jimi sempat membuatnya celaka. Waktu ia membakar gitarnya, tangannya ikut terbakar. Ia pun dilarikan ke rumah sakit.

Kejadian lain yang tidak mengenakkan adalah ketika mereka usai bermain di New Century Hall, Manchester. Mereka menjadi korban salah sasaran dari oknum polisi setempat yang sedang razia anak di bawah umur.

Ketika mau masuk ke dalam sebuah kelab, mereka ditolak. Noel dan Mitch sempat ditarik polisi, mereka melawan, dan mendapat beberapa pukulan. Jimi terhindar dari perlakuan tersebut, karena memperlihatkan paspor Amerika. Untunglah, keadaan bisa diatasi karena turun tangan sang manajer.

Tidak berapa lama, Hendrix sembuh dari luka bakarnya pada bulan Mei, sementara single 'Purple Haze' dilepas ke pasar. Sempat menduduki tangga ketiga pada chart, single tersebut segera disusul album pertamanya, Are You Experienced? Album ini segera menyita perhatian pencinta musik dunia, dan nangkring di posisi kedua pada chart selama 33 minggu.

Jimi Hendrix Experience mengadakan tour Eropa, dimulai di Neue Welt, Berlin, Jerman. Walaupun sempat kaget terhadap respons penonton Jerman yang kalem, mereka terkesan dengan pengetahuan publik Jerman tentang mereka. Dan tour pun berlanjut ke Denmark, Belanda, Perancis, dan negara-negara Skandinavia.

Setelah masa awal dengan irama blues yang kental—seperti Satisfaction karya Stones yang pada prinsipnya blues, kata Keith Richard—berkembanglah musik rock yang memadukan musik dan seni pertunjukan.

Aliran diawali dengan seniman pop dunia, Andy Warhol, yang berkolaborasi dengan The Velvet Underground. Dan yang sering disebut puncak dalam masa ini—yang juga dikenal sebagai art rock—adalah The Wall karya Pink Floyd, berupa pertunjukan teater rock.

Jimi Hendrix meninggal di London, Inggris, 18 September 1970, pada umur 27 tahun.

Related

Figures 3440018724474146459

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item