Kisah Pembunuh Legendaris yang Ternyata Menderita Skizofrenia (Bagian 1)

Kisah Pembunuh Legendaris yang Ternyata Menderita Skizofrenia

Naviri Magazine - The Texas Chainsaw Massacre, Psycho, dan Silence of The Lamb, merupakan film yang didasarkan pada kisah pembunuhan nyata, yang terjadi di Wisconsin pada 1957.

Pembunuhan tersebut dilakukan oleh seorang petani bernama Ed Gein. Dan dia dijuluki The Butcher of Plainfield.

Pada 16 November 1957 pagi, pemilik toko perkakas di Plainfield, bernama Bernice Worden, menghilang. Seorang penduduk Plainfield melaporkan bahwa truk toko tersebut dibawa kabur dari belakang toko, sekitar jam 9.30 pagi, dan toko ditutup seharian.

Anak laki-laki Worden, yang merupakan seorang deputy sheriff bernama Frank, memasuki toko pada jam 5 sore, dan mendapati mesin kasir terbuka, dan ada noda darah di lantai.

Selain itu, Frank juga sempat mengatakan pada pihak penyidik bahwa Gein berada di toko pada malam sebelum ibunya menghilang, dan kembali keesokan paginya untuk membeli segalon bahan kimia. Dan slip terakhir pembayaran berasal dari pembelian bahan kimia tersebut.

Pada malam harinya, Gein ditangkap di sebuah supermarket di Plainfield. Deputy sheriff Waushara County sempat melakukan penggeledahan di tanah pertanian milik Gein.

Di gudang, mereka menemukan sesosok mayat tanpa kepala yang digantung terbalik, dan bagian tengah tubuhnya dibelah. Mayat tersebut ditembak dengan senjata kaliber 22, dimutilasi setelah dia tewas, dan semua organ dalamnya dikeluarkan.

Selain itu, dirumah Gein juga ditemukan barang-barang yang berasal dari bagian tubuh manusia, di antaranya:

- Potongan tulang belulang manusia.
- Tempat sampah dari kulit manusia.
- Beberapa kursi yang dibungkus dengan kulit manusia.
- Beberapa tengkorak yang diletakkan di rangka ranjang milik Gein.
- Beberapa tengkorak korban perempuan yang sebagian di antaranya digergaji di bagian atas kepala.
- Mangkok-mangkok yang dibuat dari tengkorak manusia.
- Korset yang dibuat dari bagian torso tubuh perempuan, yang dikuliti dari bahu sampai ke pinggang.
- Legging yang dibuat dari kulit tubuh bagian kaki manusia.
- Topeng yang dibuat dari kulit kepala korban perempuan.
- Kulit wajah milik salah satu korban bernama Mary Hogan, yang ditemukan di dalam kantong kertas.
- Potongan kepala milik Mary Hogan, yang di temukan disebuah kotak.
- Potongan kepala milik Worden, yang ditemukan di sebuah karung.
- Organ dalam berupa hati, milik Worden, yang ditemukan dalam sebuah kantong plastik yang diletakkan di depan kompor milik Gein.
- Sembilan buah genital yang ditemukan di sebuah kotak sepatu.
- Sebuah gaun milik seorang anak kecil, dan dua buah genital dari dua orang perempuan yang diperkirakan umurnya sekitar 15 tahun.
- Ikat pinggang yang dibuat dari kulit bagian payudara perempuan.
- Empat buah hidung.
- Sepasang bibir yang ditemukan menempel pada tirai jendela.
- Jari-jari yang berasal dari tangan perempuan.
- Penutup lampu yang dibuat dari kulit manusia.

Ketika diinterogasi, Gein mengaku melakukan 40 kali kunjungan ke tiga area pemakaman yang berbeda, pada malam hari, antara tahun 1947-1952. Saat itu, dia selalu berada dalam keadaan berdelusi. Dari semua kunjungannya tersebut, pada 30 di antaranya, Gein mengaku sempat tersadar dari delusinya, dan langsung meninggalkan area pemakaman yang dia datangi.

Sedangkan pada kesempatan lain, Gein sempat menggali beberapa kuburan yang berisi mayat perempuan paruh baya, yang baru saja dikubur. Kemudian dia membawa pulang mayat tersebut untuk dikuliti, dan dijadikan hiasan di rumahnya.

Namun, Gein menyangkal bahwa dia juga berhubungan seks dengan mayat-mayat yang dia curi. Karena menurut Gein, mayat-mayat tersebut terlalu bau.

Ternyata, selain menggali kuburan dan mencuri mayat, Gein juga membunuh Bernice Worden, dan Mary Hogan yang dianggap sebagai korban pertamanya. Hogan merupakan pemilik sebuah kedai, yang dilaporkan menghilang pada 8 Desember 1954. Gein mengaku menembaknya, membawa mayatnya ke rumah, dan memutilasinya.

Gein sengaja memilih korban yang semuanya perempuan, dan kebanyakan adalah perempuan paruh baya. Selain itu, korban yang dipilih dianggap mempunyai kemiripan dengan mendiang ibunya.

Namun, ada hal yang membedakan antara korban-korban itu dengan ibunya, yaitu karakter tiap korban. Misalnya, Mary Hogan dalam keseharian selalu berkata kasar. Menurut pandangan mendiang ibu Gein, perempuan tidak seharusnya berkata seperti itu.

Baca lanjutannya: Kisah Pembunuh Legendaris yang Ternyata Menderita Skizofrenia (Bagian 2)

Related

World's Fact 8354098960575852113

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item