Lembaga-lembaga Internasional Memprediksi Ekonomi RI Akan Minus Tahun Ini
https://www.naviri.org/2020/09/lembaga-lembaga-internasional.html
Naviri Magazine - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap proyeksi terbaru dari sejumlah lembaga ekonomi dan keuangan internasional terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Mayoritas para lembaga merevisi proyeksi ekonomi Tanah Air yang sebelumnya masih positif menjadi minus pada tahun ini.
Proyeksi pertama datang dari Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB). Semula, ADB memperkirakan ekonomi nasional akan tumbuh positif 2,5 persen pada 2020.
"Dalam revisi proyeksi mereka terakhir, perekonomian Indonesia diperkirakan akan tumbuh negatif 1 persen," ujar Ani, sapaan akrabnya, saat rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR.
Kedua, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi domestik yang semula dipatok di kisaran 0,5 persen akan turun menjadi minus 0,03 persen pada tahun ini.
Ketiga, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Mulanya, OECD memperkirakan ekonomi Indonesia positif 4,8 persen.
"Revisi proyeksi mereka terhadap ekonomi Indonesia dikoreksi sangat tajam menjadi minus 3,9 hingga minus 2,8 persen," ungkapnya.
Sementara hanya proyeksi Bank Dunia yang masih positif, yaitu nol persen. Sebelumnya perkiraan Bank Dunia berada di kisaran minus 3,5 persen sampai positif 2,1 persen pada 2020.
"Keseluruhan proyeksi ekonomi dari semua lembaga dan forecast-nya sangat-sangat belum stabil karena tergantung asumsi skenario mengenai pandemi dan normalisasi kegiatan ekonomi di semua negara," terangnya.
Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi dari pemerintah masih berada di kisaran positif 0,2 persen sampai minus 1,1 persen untuk tahun ini. "Jadi hanya mendekati nol persen," katanya.
Secara rinci, mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya akan berada di kisaran 0 persen sampai minus 1,3 persen. Lalu, konsumsi pemerintah di kisaran 2 persen sampai 4 persen.
Investasi di kisaran minus 2,6 persen sampai 4,2 persen, ekspor minus 4,4 persen sampai minus 5,6 persen, dan impor minus 5,5 persen sampai minus 8,4 persen. Untuk tahun depan, ekonomi diperkirakan pulih ke kisaran 4,5 persen sampai 5,5 persen.
"Ini bergantung skenario penanganan covid apakah berhasil dan apakah tersedia vaksin 2021 yang bisa didistribusikan ke seluruh porsi populasi kita secara signifikan," katanya.
Selain itu juga bergantung pada akselerasi reformasi bidang struktural untuk tingkatkan produktivitas, daya saing dan iklim investasi, serta kemampuan fiskal dalam mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Forecast juga tergantung faktor pemulihan ekonomi global, terutama bagaimana negara maju di AS, Eropa, Jepang, China untuk bisa mempengaruhi dan kembali ke teritori pemulihan ekonomi global," jelasnya.
Untuk tahun depan, IMF memperkirakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 6,1 persen, Bank Dunia 4,8 persen, dan ADB 5,3 persen.