Mengenal Corona Strain D614G, Virus yang Lebih Menular dari Corona Awal
https://www.naviri.org/2020/09/mengenal-corona-strain-d614g-virus-yang.html
Naviri Magazine - Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang berbasis di Jakarta mengatakan telah menemukan mutasi yang lebih menular dari virus corona baru (Covid-19) di Indonesia. Penemuan itu diumumkan pada Minggu (30/8/2020), di saat kasus corona RI terus bertambah.
"Mutasi virus D614G yang menular tetapi lebih ringan telah ditemukan dalam data sekuensing genom dari sampel yang dikumpulkan oleh institut tersebut," kata wakil direktur Herawati Sudoyo kepada Reuters.
Namun demikian, ia menambahkan bahwa lebih banyak penelitian diperlukan untuk menentukan apakah mutasi tersebut ada kaitannya dengan peningkatan kasus baru-baru ini.
Pada Minggu kemarin, Indonesia melaporkan 2.858 kasus baru Covid-19 sehingga total kasus virus corona di Indonesia menjadi 172.053 orang, menurut BNPB di akun twitternya, @BNPB_Indonesia.
Untuk jumlah pasien yang sembuh bertambah sebanyak 1.383 orang, menjadi 124.185 orang. Sementara pasien meninggal bertambah 82 orang menjadi 7.343 korban jiwa.
Strain D614G sendiri sebelumnya telah ditemukan di negara tetangga Singapura dan Malaysia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengidentifikasi mutasi itu beredar di Eropa dan Amerika pada Februari.
Lalu apa sebenarnya D614G? Menurut Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah, jenis D614G merupakan virus yang sepuluh kali lebih menular daripada jenis asli yang ditemukan di China.
Namun demikian, mutasi itu tampaknya tidak begitu mematikan daripada jenis aslinya, katanya.
Menurut konsultan senior di National University of Singapore dan presiden terpilih dari International Society of Infectious Diseases Paul Tambyah, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa penyebaran cepat mutasi D614G di beberapa bagian dunia bertepatan dengan penurunan angka kematian.
D614G juga dilaporkan memiliki karakter protein yang cukup berbeda dari virus awalnya, sehingga mungkin akan bisa dicegah dengan menggunakan vaksin yang saat ini sedang banyak dikembangkan di seluruh dunia.
"Sementara vaksin yang dikembangkan berfokus pada protein di lonjakan tempat mutasi ditemukan, D614G tidak termasuk dalam bagian protein lonjakan yang mengikat antibodi pelindung. Dengan kata lain, mutasi tidak cukup dominan untuk mengancam rancangan vaksin saat ini." kata Profesor Edward Holmes, seorang ahli virus evolusioner di Universitas Sydney.
Namun, meski diyakini tidak lebih mematikan dari virus aslinya, warga diminta untuk tetap waspada dan menjaga kebersihan, mengingat banyaknya kasus bermunculan saat ini dan fakta bahwa obat bagi virus itu belum ditemukan.
"Perlu ada kesadaran dan upaya bersama, baik dari pemerintah maupun masyarakat, dalam menyikapi kasus yang terus meningkat," kata Dwi Oktavia, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI, mengutip media Australia Body & Soul.