Panduan Mengatasi Kecemasan Terkait Uang, Menurut Pakar Keuangan

Panduan Mengatasi Kecemasan Terkait Uang, Menurut Pakar Keuangan

Naviri Magazine - Kamu merasa stabil secara finansial, tapi entah kenapa selalu deg-degan dan berkeringat dingin tiap mikir keuangan. Kamu mendadak panik pas ada email masuk, yang ternyata isinya tagihan kartu kredit. Atau mungkin kamu sengaja menunda mengecek tagihan, karena belum siap mengurusnya. Perasaan buruknya sukar dienyahkan meski kamu sendiri sadar tidak sedang kesulitan ekonomi.

Stres dan kecemasan bisa muncul ketika mengecek saldo di rekening, terlepas kondisi finansialnya seperti apa. Alasannya pun bukan karena angka yang tertera di layar semata.

“Uang memengaruhi berbagai aspek kehidupan, karena kita memproyeksikan sejumlah besar makna pribadi ke dalamnya,” terang terapis keuangan, Amanda Clayman, LCSW.

Dia bekerja sama dengan organisasi The Actors Fund untuk mengembangkan program terapi perilaku kognitif (CBT) yang memprioritaskan kesejahteraan finansial. “Uang bisa merepresentasikan rasa takutmu akan kegagalan, dominasi terhadap saudara kandung, penyesalan atas kebiasaan belanja yang buruk, atau frustrasi dengan kehidupan.”

Menghindarinya takkan mengurangi kecemasan finansialmu, yang ada malah membuatmu semakin gelisah. Pakar menjelaskan, perasaan negatif ini tak melulu muncul dari masalah keuangan pribadi. Menurut mereka, mengurus keuangan takkan lagi menjadi hal menakutkan jika melakukan strategi yang tepat.

Stres karena uang bisa disebabkan oleh masalah atau trauma masa lalu. Psikolog Perpetua Neo sering menangani pasien yang menderita kecemasan finansial. Dia mengatakan, biasanya ada “kisah” yang tertanam kuat seputar stres, berkaitan dengan keuangan.

Pengalaman masa kecil dapat mendorong kondisi tersebut. Misalnya, seorang anak akan mengira orang dewasa selalu memusingkan kesejahteraan finansial, karena orang tuanya sering bilang “Bapak sama Ibu enggak punya uang”, atau tertekan setiap kali tagihan bank datang.

Hidup yang mendadak berubah karena orang tua di-PHK, misalnya, dapat menimbulkan anggapan atau “kisah” uang adalah sesuatu yang langka dan mudah raib. Dalam kasus lain, kecemasan finansial terkadang memiliki faktor yang sama sekali tak berkaitan dengan keuangan. Contohnya, pernah menjadi korban perundungan.

“Kita selalu memikirkan yang terburuk ketika mengalami hal tak mengenakkan,” kata Neo. “Otak cenderung mengingat kejadian buruk dan dipengaruhi kehilangan.”

Pengalaman traumatis, terutama yang terjadi selama masa kanak-kanak, dapat mengubah orang jadi mudah pesimis. Neo melatih kliennya untuk “menulis ulang” kisah mereka. Dia pernah menerima klien yang ayahnya kehilangan pekerjaan saat sang klien masih kecil.

Dia menyaksikan betapa orang tuanya selalu ketakutan tiap melihat tagihan bank, makanya dia berpikir rekening bank dapat menyebabkan kesusahan. Neo mengubah pola pikir kliennya dengan mendorong dia melihat kenyataan hidup secara logis.

Dia tak lagi hidup di masa lalu ayahnya, gajinya kini besar, dan dia bertanggung jawab dengan pengeluarannya. Dengan begini, dia akan menyadari kisah lamanya “sudah berlalu”, dan mengubahnya dengan pemahaman kalau keuangannya stabil sekarang.

Kecemasan finansial terkadang berasal dari perubahan besar dalam kehidupan, seperti pindah kerja, tinggal di tempat baru, atau memiliki anak. Mereka tahu harus mengubah cara mengelola keuangan, tetapi mereka keburu kewalahan saat memikirkannya. Clayman menganjurkan punya rencana cadangan ketika memikirkan perubahan.

“Ketika kita merasa terjebak dan dipaksa berubah, otak akan mengeluarkan respons fight/flight. Akibatnya, kita jadi kesulitan mengelola impuls untuk melawan,” ujar Clayman. Punya banyak pilihan akan memperkuat sense of agency, sehingga kita merasa lebih punya kendali terhadap situasi keuangan.

Pasien Clayman sering terlalu intens memikirkan keuangan, hingga merugikan diri mereka sendiri. Mereka mengecek rekening selama berjam-jam, dan mempelajari transaksi demi transaksi. Pada akhirnya mereka “menyerah karena kelelahan dan menyimpulkan keuangan memang seribet itu. Seharusnya tak usah dicek sekalian.”

Clayman menganjurkan, sebaiknya yang dilakukan pertama kali saat mengecek rekening yaitu mengumpulkan rekening, bukan langsung melakukan perubahan. “Setiap perubahan—tak peduli sebagus apa itu—bisa bikin stres,” jelasnya.

Kalau kamu mengkhawatirkan anggaran, coba pelajari pengeluaranmu selama sebulan. Lihat kapan transaksinya, dan apa yang kamu beli. Apakah kamu belanja saat bosan, kurang pede, atau suasana hati buruk? Semua ini penting untuk diperhatikan.

“Segala bentuk perilaku finansial dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan sosial, emosional, atau fisik,” lanjut Clayman. “Perilaku baru bisa diubah jika kita memiliki cara memenuhi kebutuhan yang lebih sehat. Meluangkan waktu untuk berubah bisa membuatmu berhasil.”

Ada beberapa teknik CBT yang dapat membantu orang mengubah cara berpikir mereka soal uang, membangun kebiasaan baru, dan mengurangi kecemasan. Clayman menyarankan untuk menyediakan waktu mengecek keuangan dalam satu minggu, dan menjadikannya sebuah rutinitas.

Apabila 30 menit seminggu dirasa cukup, kamu bisa memasukkannya ke dalam jadwal. Sesuaikan sendiri waktunya dengan kemampuanmu. “Tak masalah seberapa lama kamu memulainya,” kata Clayman. Yang terpenting di sini, kamu bisa menyingkirkan kecemasan dan berhenti menghindari urusan keuangan.

Rutin mengecek rekening untuk waktu yang singkat juga dapat membantu mengubah pola pikir. “Semakin sering kamu menghadapinya, sistem saraf dan otak akan mempelajari tak ada yang menakutkan dari urusan keuangan,” tutur Neo.

Menurut Clayman, beberapa orang punya cara sendiri untuk membuat urusan finansial lebih menyenangkan. Sepasang kekasih pergi kencan untuk mengecek pengeluaran mingguan. Setelah selesai, mereka akan minum wine sambil ngobrolin kehidupan.

Dia juga pernah punya klien yang menyelesaikan urusan keuangan sebelum nonton Game of Thrones. “Pemberian hadiah adalah cara terbaik untuk berubah dan bersikap konsisten,” terang Clayman. “Hadiahnya tak perlu berlebihan. Melakukan sesuatu yang kamu sukai saja sudah cukup.”

Semua orang dewasa harus siap mengelola keuangan. “Jangan biarkan kecemasan membuatmu tergesa-gesa menyelesaikan sesuatu,” Clayman menyarankan. Lebih baik kamu melakukan rutinitas yang dapat membantumu mengendalikan kehidupan finansial dan berpegang teguh padanya.

Related

Tips 5960205019943225071

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item