Tips Menghilangkan Perasaan Dendam, agar Hidup Lebih Tenang dan Bahagia

Tips Menghilangkan Perasaan Dendam, agar Hidup Lebih Tenang dan Bahagia

Naviri Magazine - Memendam dendam bisa berubah menjadi kemarahan yang tak sehat dan dampaknya berpengaruh pada kesehatan psikologis dan mental kita. Memendam dendam bisa mengakibatkan peningkatan kadar cortisol atau lebih umum dikenal sebagai hormon stres.

Jika kandungan hormon ini melonjak dalam tubuh, tekanan darah dan detak jantung bakal ikut meningkat, sementara kadar oxytocin—sederhananya disebut hormon cinta—menurun. Beberapa penelitian mengungkapkan, terlalu lama menyimpan dendam bisa mengganggu kesehatan. Sebaliknya, memaafkan orang justru membuat kita lebih bugar.

Kalau pernah memelihara dendam kepada seseorang atau sesuatu dalam jangka panjang, kamu bakal paham kenapa rasa marah tampak menggiurkan untuk dijaga. Dendam bisa bikin kita nyaman, dendam memberi kita tujuan hidup (penderitaanku itu penting!) dan menabalkan mentalitas korban (aku sudah diperlakukan tak adil).

Emosi-emosi kuat lainnya semacam cemburu, marah, benci, dan sedih, turut mendukung tumbuhnya dendam, sehingga susah dihilangkan. Inilah alasan kenapa seseorang bisa menyimpan dendam hingga bertahun-tahun lamanya.

Harus diakui, memaafkan orang yang pernah menyakiti kita, apalagi melupakan dendam kita pada mereka, tak segampang membalik telapak tangan. Tapi, apakah kita bakal menghabiskan hidup dengan terus memendam dendam?

Buang sasaran dendam dari pikiran

Orang yang menyakitimu secara psikologis masih hidup dalam pikirannmu. Indikasinya adalah kamu masih memikirkan orang itu, memimpikan dia. Kalau terus terjadi, semua itu bisa bikin hidupmu kacau balau.

Begitu kamu memutuskan memaafkan orang brengsek tersebut dan siap melakukannya, hal pertama yang wajib kamu lakukan adalah menghapus obsesimu terhadap orang itu. Kenapa juga kamu harus membiarkan orang itu tinggal lebih lama dalam kepala?

Dendam menahun bakal bikin kamu rugi, sebab kamu bakal tersakiti dua kali: pertama ketika kamu dilukai, dan kedua ketika kamu masih terobsesi dengan dendam terhadap pelakunya. Intinya, jangan biarkan orang itu memang dua kali!

Pikirkan apa yang terjadi saat ini

Buat daftar pro kontra menyimpan dendam, agar kamu bisa menyimpulkan sendiri: apakah dendam membantu atau merugikanmu? Tiap kali kamu punya pikiran yang ada kaitannya dengan dendam, akui saja kalau kamu punya pikiran seperti itu, tapi camkan kalau itu cuma pikiran semata, bukan posisi dalam kehidupan nyata yang ingin kamu ambil.

Sibukkan dirimu dengan pikiran atau kegiatan lain. Pikirkan apa yang terjadi saat ini dan lupakan dendam, karena dendam datang dari masa lalu. Selalu ingat bahwa berkubang dalam dendam hanya membuang-buang waktu semata.

Pusatkan isi kepala memikirkan cara memanfaatkan waktu dan energi mentalmu secara maksimal. Ingat, membebaskan diri dari dendam bukan proses yang terjadi dalam sekejap. Jadi, wajar kalau kamu kadang masih kembali terpikir dendam yang pernah kamu rasakan. Memang seharusnya begitu, meski proses ini kadang sebetulnya merugikan juga.

Jadi, tiap kali kamu “mendendam,” akui dulu pikiran itu, lalu alihkan perhatianmu ke dirimu sendiri—entah pengalaman-pengalamanmu, kedaanmu saat ini, dan apa yang kamu ingin raih di masa depan.

Beri ruang empati untuk musuhmu

Seringkali kita harus mencoba melihat sesuatu dari sudut pndang orang lain, agar kita bisa paham motivasi dan tindakan mereka. Cobalah tempatkan dirimu di posisi orang lain, dan carilah altenatif penjelasan tindakan mereka sebanyak mungkin.

Tujuannya bukan memaafkan perbuatan mereka, tapi justru buat membantumu merasionalisasi alasan mereka melakukan tindakan kejam atau menyakitkan di masa lalu. Dari semua alternatif jawaban yang kamu dapatkan, mana yang paling membuatmu paling merasa lega?

Begitu kamu memilih penjelasan yang bikin kamu lega, pilihan tersebut pasti membantumu sedikit lepas dari dendam dan energi negatif yang muncul d sekitarnya.

Cari teman curhat yang tepat

Kalau kamu menyimpan dendam karena merasa kurang didengar, dipahami, dan dipercaya, carilah orang yang mau mendengarkanmu. Tapi ada syaratnya: kamu harus mencari orang yang mau mendengar keluh kesahmu, sembari tetap bisa objektif.

Curhat pada orang yang cuma bisa mengiyakan ceritamu saja tidak membantu sama sekali. Teman dan keluargamu umumnya punya bias, karena mereka sayang sekali padamu.

Nah, bila kamu butuh orang yang bisa mendengarkanmu, menunjukkan kepedulian dan memvalidasi pengalamanmu, sambil tetap bisa memberikan saran yang tulus dan jujur, mungkin saatnya kamu ketemu psikolog profesional.

Jangan lupa, kamu berhak hidup tenang dan bahagia. Tinggalkan dendam dan ambil jalan yang membawamu menuju kebebasan dan kebahagiaan diri.

Related

Tips 848835669874974639

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item