Untuk Wanita, Ini Cara Mengatasi Insecure atau Rasa Tidak Percaya Diri

Untuk Wanita, Ini Cara Mengatasi Insecure atau Rasa Tidak Percaya Diri

Naviri Magazine - Mungkin Anda pernah merasa kurang percaya diri terhadap bentuk tubuh. Merasa tidak nyaman dengan bentuk tubuh yang terlalu kecil atau gemuk, terlalu pendek atau tinggi, atau bentuk wajah yang dianggap kurang proporsional.

Krisis kepercayaan diri seringkali didukung oleh lingkungan, ketika mulai banyak orang yang sembarang memberikan komentar terhadap bentuk tubuh orang lain. Ditambah banyak selebriti yang memiliki tubuh dan wajah impian, begitupun para influencer di media sosial.

Padahal tak jarang dari mereka yang mendapatkan bentuk tubuh indah melalui berbagai prosedur kecantikan. Rasa tidak nyaman terhadap tubuh sendiri semakin menjadi. Padahal setiap orang mempunyai sisi keunikan sendiri, lagi pula tidak ada yang sempurna di dunia ini.

Lantas, bagaimana supaya kita bisa mengatasi rasa tidak nyaman atau insecure terhadap diri sendiri? 

Pada dasarnya, banyak orang yang terbawa definisi masyarakat mengenai standar kecantikan. Sehingga masyarakat mengasosiasikan kita terhadap standar cantik yang tubuhnya langsing, kulit putih, hidung mancung, dan apa pun itu. 

Sudut pandang itu kerap kali diperkuat oleh media, bisa juga dampak dari media itu terbawa sejak kita kecil sampai dewasa. Jadi orang sekitar punya sudut pandang dari media sosial, TV, dan lain-lain.

Jika kita ingin mengubah bentuk tubuh karena terinspirasi selebriti atau idola, apakah itu tanda kita tidak nyaman dengan kondisi tubuh sendiri? 

Tergantung. Sejauh ini, penelitian mengungkapkan bahwa banyak orang yang sering menyalahkanartikan pemahaman inspirasi. Karena, terinspirasi itu tidak berharap seperti dia, karena setiap orang berbeda. Kalau ingin seperti dia, pasti jadi lebih membandingkan diri kita ke orang lain. Akhirnya berhubungan sekali dengan insecurity.

Banyak orang yang mudah memberikan komentar terhadap bentuk tubuh orang lain, lantas bagaimana kita menghadapinya dengan bijak? 

Itu memang hal berat dan mengganggu, dan kebanyakan justru terjadi dari orang-orang terdekat kita. Biasanya mereka mengkritik dengan embel-embel ‘demi kebaikan kamu, karena saya sahabatmu’ atau apa pun. Pada dasarnya, memberikan komentar negatif terhadap bentuk tubuh itu salah.

Sebaiknya kita berlatih memilah ruang media sosial atau ruang lingkup dengan bijaksana. Kita harus mempersiapkan lingkungan, pertemanan, dan keluarga juga.

Jadi orang-orang seperti apa yang berpengaruh positif buat kita. Kalau itu datangnya dari keluarga, kita bisa arahkan mereka, misalnya dengan mengatakan, “Ma, saya nggak nyaman dengan kata-kata itu, itu menyakitkan.”

Kita juga bisa mengunci medsos supaya tak semua orang bisa memberikan komentar seenaknya. Karena mau tidak mau kita pasti mendengar, dan kita punya dua pilihan. Mau menjawab dengan tenang dan santun, atau tidak membalas komentar itu sama sekali.

Apakah kita perlu menjauh dari orang-orang atau lingkungan yang membuat kita merasa insecure? 

Di mana pun kita berada, mungkin sekali akan menemukan lingkungan atau orang seperti itu. Jadi menjauh bukan cara yang tepat, kan ada istilah toxic environment atau toxic parent. Karena kita tak bisa seratus persen menjauhkan diri dari orang tua.

Kita bisa melakukannya dengan asertif, menyampaikan tanpa menyakiti. Seperti, “Nggak ada masalah kok dengan tubuh saya, nggak apa pesek malah bawa hoki.” Nah, untuk bisa seperti itu, kita mulai dari menerima dan mencintai diri sendiri, kita tahu kelebihan diri dan tubuh kita. 

Bagaimana kalau kita merasa tidak ada kelebihan dari bentuk tubuh? 

Tidak mungkin kita tidak punya kelebihan. Di teori dan di kenyataan, kita disebut unik, berarti ada pembeda. Kalau ada pembeda, pasti ada yang spesial.

Kita perlu ruang lingkup yang bagus, kita juga tahu kualitas diri, jadi berada di tempat di mana kita bisa mengembangkan diri. Sehingga tidak ada waktu untuk memperhatikan (kekurangan) tubuh.

Selain berkaca setiap hari dengan mencari kelebihan diri, di sisi lain kita punya kelebihan apa yang tidak hanya dari tubuh saja. Misalnya saya ini orangnya ramah, orang mudah percaya dengan saya, dan lainnya. Itu kan juga tidak kalah penting dari bentuk tubuh.

Apa yang perlu kita lakukan agar kita tidak mudah ‘runtuh’ terhadap body shamer, dan tetap bisa menerima diri sendiri? 

Biasanya, cara yang paling standar adalah berlatih untuk berkaca setiap hari. Ketika sedang berkaca, bahkan belum menggunakan pakaian, kita lihat setiap hal dari ujung kepala sampai ujung kaki, untuk mengenali bagian tubuh atau wajah yang di sukai.

Mau tidak mau, kita harus paham makna cantik versi kita. Itu menumbuhkan mindset kita, dan sebaiknya dilakukan setiap hari.

Jadi ini dilakukan untuk menumbuhkan mindset kita, merangsang rasa percaya diri. Minggu ini suka sama hidung, kemudian suka sama mata, akhirnya kita berani mengekspresikan diri.

Karena kalau kita ‘kabur’, di lingkungan lain kita akan bertemu kembali dengan orang seperti itu. Jadi kita harus hadapi dengan cara mencintai diri sendiri terhadap bentuk tubuh yang kita punya.

Apa dampak negatif jangka panjang dan jangka pendek, bila kita terus merasa insecure? 

Kita merasa cemas, dan akan sangat mungkin terjadi kurang percaya diri. Lalu kita sibuk dengan pemikiran negatif yang lebih banyak. “Kalau rambut saya begini, orang akan bilang apa, nanti terlihat dekil.” Jadi penghargaan terhadap diri turun, stres tinggi, mungkin sekali akan mengarah ke gangguan psikologis lainnya.

Bisa gangguan kecemasan atau depresi, dan mengarah ke Body Dysmorphic Disorder, merasa cemas terhadap penampilan fisik dan merasa mengidap kelainan. Baik nyata atau hanya imajinasi. Sehingga indikasinya banyak sekali kalau melihat jangka panjang, dari penurunan kepercayaan diri dan memiliki kecemasan.

Related

Tips 2293241366320219992

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item