Heboh, Palm Oil Monitor Tuding Norwegia Diam-diam Danai Kampanye Tolak Omnibus Law di Indonesia (Bagian 2)

Heboh, Palm Oil Monitor Tuding Norwegia Diam-diam Danai Kampanye Tolak Omnibus Law di Indonesia

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Heboh, Palm Oil Monitor Tuding Norwegia Diam-diam Danai Kampanye Tolak Omnibus Law di Indonesia - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Menurut artikel tersebut, surat itu dan kampanye tolak Omnibus Law yang gencar dilakukan oleh Mighty Earth (yang diduga didanai oleh pemerintah Norwegia – menurut Palm Oil Monitor), tampak bertolak belakang.

Dengan kata lain, Norwegia dengan tidak percaya menyatakan bahwa mereka tidak mendukung pesan tersebut, tetapi siap untuk mendukungnya secara finansial. Hal ini menimbulkan pertanyaan yang lebih besar.

Setidaknya ada tiga pertanyaan yang diungkapkan dalam artikel tersebut.

Pertama: Mengapa Norwegia terus membayar mantan anggota Kongres Amerika Serikat yang menjadi pelobi jutaan dolar untuk mengganggu urusan politik domestik Indonesia dan reformasi kebijakan selama krisis ekonomi dan kesehatan terbesar dalam ingatan baru-baru ini?

Kedua: Omnibus Law tampaknya tidak akan memengaruhi aturan yang ada seputar moratorium dan merupakan reformasi besar yang didukung secara pribadi oleh Presiden (Joko Widodo). Akankah Norwegia menolak serangan lebih lanjut terhadap reformasi kebijakan Presiden?

Ketiga: Apakah Norwegia serius dalam memelihara kemitraan kerjasama dengan Indonesia?

“Terserah Norwegia untuk memutuskan, tetapi ‘serangan’ yang sedang berlangsung dari Mighty Earth mempertanyakan komitmen Norwegia,” begitu kutipan dari artikel tersebut.

Meski begitu, artikel Palm Oil Monitor tersebut agaknya tidak bisa ditelan mentah-mentah. Pasalnya, artikel tersebut tidak menyertakan keterangan resmi dari pihak terkait, ataupun menyajikan bukti valid.

Redaksi berusaha mencari tahu lebih jauh mengenai Palm Oil Monitor. Tidak banyak yang bisa digali mengenai asal-muasal Palm Oil Monitor. Situs palmoilmonitor.org sendiri lebih menyerupai blog dengan sejumlah rekam jejak artikel terkait isu kelapa sawit di sejumlah negara yang dibuat sejak setidaknya tahun 2018 lalu.

Dijelaskan dalam situs tersebut bahwa ada dua penulis Palm Oil Monitor, yakni Pierre Bois d’Enghien. Dia disebut sebagai ahli agronomi dan lingkungan yang telah bekerja dengan banyak pemain terkemuka di Eropa dalam pengembangan perkebunan dan pertanian seperti Socfin, Siat, Feronia, dan Unilever.

Pierre, dalam keterangan di situs tersebut, memiliki gelar Magister Manajemen Lingkungan dan juga menjabat sebagai auditor utama RSPO. Dia adalah seorang penulis dan komentator di Eropa tentang masalah lingkungan, termasuk untuk surat kabar utama. Dia bepergian secara luas dalam perannya sebagai ahli agronomi dan konsultan, termasuk di Afrika dan Asia Tenggara.

Penulis kedua adalah Khalil Hegarty. Dalam keterangannya dijelaskan bahwa dia merupakan konsultan perdagangan dan keberlanjutan yang berbasis di Melbourne, Australia. 

Dia telah bekerja dengan sektor minyak sawit di Indonesia, Malaysia dan Nigeria, dan berkonsultasi dengan kelompok industri di Australia mengenai kebijakan perdagangan dan dengan pemerintah Australia, Jerman dan ASEAN dalam proyek perdagangan.

Dia disebut telah bekerja dengan sektor kehutanan di seluruh Amerika Serikat, Italia, Indonesia, Papua Nugini dan Republik Korea. Saat ini dia menjabat sebagai Associate Director di ITS Global, sebuah konsultan yang berbasis di Melbourne.

Sementara itu, di jagat Twitter, rekam jejak Palm Oil Monitor juga tidak banyak bisa digali. Palm Oil Monitor terlihat memiliki 309 pengikut (followers) di Twitter. Jumlah itu tergolong kecil jika dibandingkan dengan sejumlah organisasi internasional lainnya, termasuk dengan Mighty Earth yang namanya disebut dalam artikel tersebut. Organisasi itu memiliki 3.507 pengikut di Twitter.

Keakuratan dari tuduhan yang dimuat dalam artikel Palm Oil Monitor agaknya perlu jadi tanda tanya sendiri. Pasalnya, rekam jejak lain dari Palm Oil Monitor yang ditelurusi juga mengarah pada bantahan dari Environmental Investigation Agency (EIA) bulan Agustus 2020 soal tuduhan yang juga dilayangkan oleh Palm Oil Monitor.

Untuk diketahui, EIA adalah LSM internasional yang berbasis di London dan Washington D.C. dan telah didirikan sejak tahun 1984. Dibandingkan dengan Palm Oil Monitor, EIA lebih memiliki rekam jejak yang jelas dan terpercaya.

Dalam artikel berjudul “EIA response to Palm Oil Monitor article ‘Indonesia picks up allies in WTO palm fight’” disebutkan bahwa Palm Oil Monitor telah membuat tuduhan palsu terhadap EIA, juga terkait dengan sawit.

“Sebuah artikel di Palm Oil Monitor minggu lalu (Agustus 2020) membuat tuduhan palsu terhadap EIA, mengklaim bahwa kami didanai oleh UK AID untuk membantu lebih jauh kebijakan fiktif Uni Eropa yang berusaha melemahkan petani Indonesia dengan menghentikan mereka mengekspor minyak sawit ke Eni Eropa,” begitu bunyi keterangan di artikel EIA tersebut.

“Ia (Palm Oil Monitor) juga menyatakan bahwa kami menganjurkan sistem sertifikasi sukarela Barat seperti Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Kedua tuduhan itu salah dan kami meminta Pengawas Minyak Sawit untuk mempublikasikan pernyataan sanggahan ini secara lengkap,” tegas keterangan yang sama.

Related

News 7935544229343618569

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item