Kisah Pekerja Keras Mbah Waluyo, Tukang Tambal Ban yang Anaknya Jadi Dokter

Kisah Pekerja Keras Mbah Waluyo, Tukang Tambal Ban yang Anaknya Jadi Dokter

Naviri Magazine - Jerih payah Waluyo (69) menjadi penambal ban selama 45 tahun berbuah manis. Kakek yang berasal dari Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah itu mampu menyekolahkan anaknya hingga menjadi seorang dokter.

"Saya anak dua, sudah berkeluarga semua. Yang sulung anak saya dokter, dulu tugas di Jakarta sekarang pindah ke Sumatera," cerita Waluyo di lokasi usahanya di simpang empat Pasar Delanggu Jalan Yogya-Solo, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten.

Waluyo yang merupakan warga Desa Gatak, menceritakan dia sudah menggeluti usaha tambal ban mulai sekitar tahun 1975. Sebelumnya dia pernah bekerja di sebuah pabrik di Jakarta. Namun dia kemudian memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya menjadi penambal ban.

"Saya nambal ban dan istri saya jual makanan untuk menabung karena anak-anak sekolahnya pinter. Sejak SMP anak saya yang dokter, Yulianto itu juara satu terus," tutur Waluyo.

Dari usaha tambal ban itu, terang Waluyo, dirinya bertekad menabung untuk membiayai anak sekolah setinggi mungkin. Bahkan anak sulungnya saat masih sekolah kadang ikut membantunya menambal ban.

"Dulu dia (dokter Yulianto) ikut nambal ban. Tapi itu ketika duduk di bangku SMP," kata Waluyo.

Setelah lulus SMPN Delanggu, sambung Waluyo, anak pertamanya itu melanjutkan sekolah di SMAN 3 Yogyakarta. Selepas SMA, anaknya lalu diterima di Fakultas Kedokteran UGM dan lulus tahun 1996/1997.

"Kuliah kedokteran juga dapat beasiswa jadi tidak semua saya yang biayai. Setelah jadi dokter, saya disuruh pensiun nambal ban, tapi saya tidak mau," lanjut Waluyo.

Waluyo mengakui, keluarga besarnya merasa tidak enak karena anaknya sudah jadi orang sukses tapi ayahnya tetap menjadi penambal ban di tepi jalan. Namun baginya ada kenikmatan sendiri saat menambal ban.

"Saya merasa kerasan malah di sini nambal ban. Kalau kangen cucu ya nengok naik pesawat, tapi kalau diminta tinggal sama anak malah kurang kerasan," ujar Waluyo.

Kini selain menambal ban, lanjut Waluyo, dia dan istrinya Ngadinem juga bekerja menjaga parkir sepeda dan motor. Usaha tambal bannya setiap hari buka jam 05.00-19.00 WIB.

"Buka jam 05.00 WIB pagi sampai jam 19.00 WIB dan sudah 45 tahun tidak pindah tempat. Kadang sampai malam kalau masih ada yang nambal, pokoknya hidup harus tahan banting, sabar dan berdoa," pungkas Waluyo.

Saat ditemui, Waluyo sedang menambal ban sepeda motor. Berbekal seperangkat alat tambal, pompa angin dan papan nama, Waluyo biasa menunggu pelanggan di tepi jalan, persis di selatan lampu traffic light.

Selain menambal ban dan jadi tukang parkir, Waluyo juga membuka lapak koran dan majalah. Koran dan majalah dipajang di papan besi di tepi jalan.

Seorang tetangga bernama Lilik mengatakan sosok Waluyo memang orang yang pekerja keras. Sampai anaknya jadi dokter dan putrinya jadi istri pejabat di Yogyakarta, Waluyo tetap tidak mau berhenti bekerja.

"Pernah dibawa anaknya yang dokter (ke Sumatera) tapi pulang lagi (ke Klaten). Pak Waluyo memang pekerja keras meskipun anaknya sudah jadi dokter," kata Lilik.

Lilik mengatakan dua anak Waluyo memang sejak kecil sudah dikenal pandai. "Memang pinter dan masuk kuliah kedokteran lewat PMDK atau tanpa tes. Kadang pulang nengok ayah ibunya tapi setelah punya anak kedua agak jarang," lanjut Lilik.

Related

News 8586512028825535179

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item