Kisah Virus-virus Mematikan, dari Zaman Seribu Tahun Lalu sampai Covid-19 (Bagian 2)

Kisah Virus-virus Mematikan, dari Zaman Seribu Tahun Lalu sampai Covid-19

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Virus-virus Mematikan, dari Zaman Seribu Tahun Lalu sampai Covid-19 - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Ketika pasien yang terinfeksi SARS sakit, sakitnya sangat parah. Tingkat kematian akibat virus tersebut sangatlah tinggi – hampir satu dari lima pasien meninggal – tapi ini berarti relatif mudah untuk mengidentifikasi siapa yang terinfeksi dan mengarantina mereka.

Tidak ada penyebaran ekstra dari orang-orang tanpa gejala, dan sebagai bonus, masa inkubasi SARS relatif lama sebelum ia bisa menular, yang memberi tim penelusuran kontak lebih banyak waktu untuk menemukan siapapun yang mungkin terinfeksi sebelum mereka menularkannya kepada orang lain.

“Tapi pemerintah dan institusi juga bertindak cepat,” kata Cobey.

Kasus Liu Jianlun, yang tertular virus tersebut sebelum ia diidentifikasi dengan baik, menunjukkan betapa pandemi SARS bisa jadi berakhir berbeda. Dokter spesialis paru itu terinfeksi setelah merawat seorang pasien di rumah sakit tempatnya bekerja di Provinsi Guangdong.

Pada 21 Februari 2003, Jianlun pergi ke Hong Kong untuk menghadiri acara pernikahan, dan menyewa kamar di lantai sembilan Metropole Hotel. Meskipun ia telah menderita sedikit demam dan gejala pernapasan ringan selama lima hari, ia cukup sehat untuk berjalan-jalan bersama seorang kerabat.

Tapi keesokan harinya gejalanya semakin parah, jadi ia berjalan kaki ke rumah sakit terdekat dan meminta agar ditempatkan dalam isolasi.

Pada titik itu, tanpa sepengetahuannya ia telah menginfeksi 23 orang, termasuk tamu dari Kanada, Singapura, dan Vietnam, yang kemudian membawa virus tersebut ke negara mereka, tempat mereka memicu wabah yang lebih luas.

Pada akhirnya, WHO memperkirakan bahwa sekitar 4.000 kasus bisa dilacak ke Jianlun, yang sendirinya meninggal karena infeksi virus.

Tanpa upaya global untuk mengeliminasi SARS, dan sifat bawaan virus tersebut yang membuat ini lebih mudah, hampir dipastikan pandemi itu akan memburuk tak terkendali.

Sayang sekali, situasi ini sangat tidak biasa. Selain SARS, hanya ada dua virus lain yang didorong ke ambang kepunahan dengan sengaja – cacar dan rinderpest, yang menginfeksi hewan ternak.

“Tidak mudah, sangat sulit ketika Anda mendapat virus yang telah beradaptasi dengan baik,” kata Stanley Perlman, pakar mikrobiologi di Universitas Iowa.

Perang melawan dua virus ini dimenangkan dengan vaksin, yang juga dipastikan akan mengeliminasi polio – kasus telah menurun 99% sejak tahun 1980-an – dan mungkin akhirnya campak, meski baru-baru ini upayanya terhambat oleh perang, gerakan antivaksin, dan Covid-19.

Lantas, bagaimana dengan virus-virus lain yang telah menjangkiti umat manusia dalam beberapa tahun terakhir? Akankah Ebola menghilang? Dan ke mana perginya flu babi?

Sayangnya, beberapa virus kemungkinan tidak akan punah, karena manusia bukan satu-satunya inang mereka.

Pada manusia, wabah Ebola telah berakhir beberapa kali. Setidaknya ada 26 wabah di Afrika sejak virus tersebut ditemukan pada tahun 1976, dan ini wabah yang menyebabkan cukup banyak kasus untuk dicatat oleh otoritas kesehatan.

Wabah cenderung terjadi ketika virus melompat dari hewan - biasanya kelelawar - ke manusia, yang kemudian menginfeksi manusia lain.

Selama ada kelelawar, virus itu mungkin akan selalu ada, terlepas dari apakah ada satu orang pun yang terinfeksi di seluruh planet ini.

Di Guinea, Afrika Barat, analisis oleh Emma Glennon dan koleganya di Universitas Cambridge menemukan bahwa berbagai jenis Ebola yang perbedaannya tipis kemungkinan telah berpindah dari satu hewan ke manusia kira-kira 118 kali secara terpisah, seringkali tanpa ada yang menyadarinya.

Memang, variasi genetik antara galur virus yang berada di balik berbagai wabah menunjukkan bahwa peristiwa "limpahan" ini sangat umum.

Meskipun wabah Ebola ke-10 yang telah melanda Republik Demokratik Kongo secara resmi diumumkan berakhir pada 25 Juni tahun ini – dan tidak ada bukti bahwa galur virus yang menyebabkannya masih ada pada manusia – pada saat itu wabah lain telah dimulai.

Wabah ke-11 saat ini terbatas di barat laut negara itu dan diduga disebabkan oleh jenis baru Ebola, ditularkan dari hewan yang sama sekali berbeda.

Otoritas kesehatan setempat dan WHO menghadapi beberapa tantangan lain dalam memerangi Ebola. Kurangnya dana membuat pengawasan kasus Ebola menjadi sulit, sementara kehadiran kelompok bersenjata di daerah yang terkena dampak membahayakan bagi petugas kesehatan.

Ada juga keengganan di antara beberapa orang yang terkena Ebola untuk pergi ke dokter, dan lebih memilih untuk tinggal di komunitas mereka.

Baca lanjutannya: Kisah Virus-virus Mematikan, dari Zaman Seribu Tahun Lalu sampai Covid-19 (Bagian 3)

Related

Science 7739382415358459285

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item