Pandemi dan Disrupsi Mengubah Pola Kerja Media, Tugas Jurnalis Kini Makin Kompleks

Pandemi dan Disrupsi Mengubah Pola Kerja Media, Tugas Jurnalis Kini Makin Kompleks

Naviri Magazine - Situasi pandemi covid-19 dan disrupsi digital membuat industri media menghadapi tantangan yang semakin berat. Perubahan dan beradaptasi mengikuti zaman mau tidak mau harus dilakukan agar bisa bertahan.
 
Menurut CEO Media Group Mohammad Mirdal Akib, situasi pandemi covid-19 mendorong terjadinya perubahan pada berbagai aspek kehidupan. Mulai dari perubahan cara penyampaian konten, cara berjualan, keuangan, hingga cara berbisnis.
 
"Ada dua isu besar yang dihadapi saat ini. Pandemi covid-19 dan perubahan pola yang dipaksakan. Disruption yang terdisrupsi ini melahirkan wajah baru," ujar Mirdal, pada webinar Kalsul Series #6 SKK Migas-KKS Kalimantan dan Sulawesi, dengan tema Media Digital, Kini, dan Tantangan Masa Depan.

Kondisi ini juga mengubah peran dan tanggung jawab para karyawan di perusahaan media. Mirdal mencontohkan kondisi Metro TV pada divisi teknik/broadcasting memiliki sekitar 116 posisi jenis pekerjaan pada 2015. Saat ini hanya menyisakan 82 jenis pekerjaan.  

"Sisanya digantikan oleh aplikasi, sisanya pindah ke fungsi lain yang baru," ujar Mirdal.
 
Dari sisi penyampaian konten, saat ini redaksi di Media Group tidak hanya memikirkan konten untuk dimuat di koran, online, dan televisi saja. Seluruh redaksi memikirkan penyampaian konten ke seluruh platform. Hal ini memberikan masyarakat pilihan informasi yang akurat untuk memberantasi informasi palsu (hoaks).
 
"Redaksi dan pengelola konten menyalurkan dengan connected TV, social TV, TV terestrial, online TV, media sosial, OTT, dan sebagainya. Hanya dengan satu dapur dan satu redaksi," ujarnya.
 
Cara kerja awak media juga turut berubah mengikuti perkembangan zaman. Jurnalis kini tidak hanya fokus untuk membuat laporan di media cetak saja. Namun harus juga bisa membuat laporan untuk online, TV, bahkan podcast.
 
"Konvergensi itu suatu keniscayaan. Jadi jurnalis hari ini jika disuruh liputan Piala Dunia, dia harus bisa mengambil gambar, membuat tulisan untuk online dan cetak, serta pengambilan gambar untuk dimuat di media sosial," kata Mirdal.
 
Tantangan tersebut tidak hanya terjadi saat ini saja. Dia menilai perubahan cara penyampaian berita masih bisa terjadi pada beberapa tahun ke depan. Apalagi, saat ini pemerintah sedang memproyeksikan akan mengembangkan jaringan 5G pada 2022.
 
Artinya, infrastruktur jaringan internet akan semakin maju. Hal ini mendorong perusahaan media untuk bisa melakukan penyiaran dengan lebih efektif dan efisien. Bisa saja peran manusia akan semakin minimal karena sudah tergantikan mesin.
 
Melihat tantangan tersebut wartawan senior Wahyu Muryadi mengajak seluruh jurnalis untuk tidak menyerah pada situasi ini. Menurutnya, selama media, khususnya media cetak masih bisa menyajikan suatu berita berkualitas dan berpegang teguh pada independensinya, kepercayaan masyarakat akan terjaga dan tentunya bisa mendatangkan iklan.
 
"Harus direnungkan juga apakah saya bisa menjadi wartawan yang benar dan proper (layak), dan apakah betul-betul tidak bisa dibeli. Jika bisa menjawab seluruh pertanyaan mendasar ini tentunya bisa meningkatkan kepercayaan diri untuk menjawab tantangan tersebut," kata Wahyu.
 
Terkait penyelenggaraan webinar Kalsul Series #6 SKK Migas-KKS Kalimantan dan Sulawesi, Kepala Perwakilan SKK Kalimantan dan Sulawesi (Kalsul) Syaifudin mengatakan, webinar merupakan bentuk dukungan SKK Migas terhadap awak media, khususnya di wilayah Kalimantan dan Sulawesi.
 
"Diharapkan dapat memberikan motivasi melalui narasumber yang hebat kepada rekan-rekan media di Kalimantan dan Sulawesi," ucap Syaifudin.

Related

News 8610417754039127624

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item