Kisah Virus-virus Mematikan, dari Zaman Seribu Tahun Lalu sampai Covid-19 (Bagian 3)

Kisah Virus-virus Mematikan, dari Zaman Seribu Tahun Lalu sampai Covid-19

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Virus-virus Mematikan, dari Zaman Seribu Tahun Lalu sampai Covid-19 - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Dari enam spesies Ebola, hanya ada vaksin bagi satu spesies – spesies yang menewaskan 11.000 orang di Afrika Barat antara 2013 dan 2016.

Bahkan dengan upaya yang sangat besar untuk membasmi virus dari populasi manusia, virus itu masih akan tetap beredar di inang aslinya - kelelawar. Ini berarti satu-satunya cara untuk mendorong virus ke ambang kepunahan ialah dengan membasminya di alam liar – tugas yang hampir mustahil.

Demikian pula MERS, yang menjadi berita utama di seluruh dunia pada tahun 2012 ketika pertama kali ditemukan setelah menginfeksi manusia dari unta, diperkirakan telah berpindah ke manusia dalam ratusan kesempatan terpisah sejak waktu itu.

“SARS menghilang karena tidak ada inang lain yang jelas,” kata Perlman. SARS diduga telah melompat ke manusia melalui musang palem, mamalia hutan penghuni pohon yang dianggap sebagai makanan lezat di China.

Perlman menunjukkan bahwa virus tidak bisa begitu saja kembali ke spesies ini, karena mereka juga biasanya tidak terinfeksi – individu hewan yang menularkannya kepada manusia mungkin salah satu dari sedikit yang terinfeksi, dan mungkin telah tertular langsung dari kelelawar.

Hal yang sama tidak dapat dikatakan untuk Covid-19, yang sekali lagi, diperkirakan berasal dari kelelawar, sebelum ditularkan ke hewan lain – mungkin trenggiling – dan akhirnya manusia.

“Dengan Covid-19, reservoarnya sekarang adalah kita,” kata Perlman.

Faktanya, SARS-CoV-2 telah menjadi virus yang begitu khas manusia sehingga para ilmuwan mulai bertanya-tanya apakah ia malah akan menular dari manusia ke satwa liar, dalam semacam "limpahan terbalik”. Ini akan membuatnya lebih sulit untuk dibasmi.

Dugaan ini membawa kita ke skenario lain yang mungkin, yakni virus yang terus menerus ada pada manusia. Meskipun mereka bisa jadi ada bersama spesies kita selamanya, ternyata garis keturunan virus individu menghilang secara teratur.

Misalnya flu, yang terdiri dari dua jenis utama.

Pertama, influenza A, yang menginfeksi banyak hewan lain serta manusia - kebanyakan burung air, dari bebek dan angsa hingga satwa liar Antartika yang langka, seperti Petrel Raksasa - tetapi selalu bersama kita dalam satu bentuk atau lainnya. Jenis ini bertanggung jawab atas sebagian besar kasus flu musiman– dan juga menyebabkan pandemi.

Lalu ada influenza B, yang hanya menginfeksi manusia dan - anehnya - anjing laut, dan tidak pernah menyebabkan pandemi.

Selama bertahun-tahun, diperkirakan bahwa galur influenza A terus berkembang agar lebih mampu menginfeksi manusia. Namun penelitian ilmiah terbaru menunjukkan bukanlah itu yang terjadi.

Ternyata siapapun yang meninggal dunia sebelum tahun 1893 tidak akan pernah tertular oleh salah satu galur influenza A yang ada saat ini. Itu karena setiap virus flu yang pernah ada pada manusia sampai sekitar 120 tahun yang lalu telah punah.

Galur yang menyebabkan pandemi pada 1918 juga telah hilang, begitu pula yang menyebabkan wabah flu burung tahun 1957 yang menewaskan hingga 116.000 orang di AS, serta jenis flu yang beredar pada tahun 2009 sebelum flu babi muncul.

Galur flu yang sudah ada cenderung terus berevolusi di banyak jalur berbeda - kemudian sebagian besar akan punah secara tiba-tiba. Setiap beberapa dekade, jenis flu baru akan berevolusi untuk menggantikannya, biasanya dibuat dari kombinasi virus flu lama dan baru, yang berasal dari hewan.

“Ini sangat menarik karena jika Anda berfokus pada galur tertentu - atau lebih tepatnya, sekuens genetik tertentu yang mereplikasi dirinya sendiri – Anda dapat menemukan tingkat kepunahan yang sangat, sangat tinggi,” kata Cobey.

“Galur-galur mati setiap beberapa tahun. Ini rumit, tetapi kami melihat perputaran yang sangat tinggi. "

Menariknya, alih-alih beradaptasi dengan manusia dari waktu ke waktu, tampaknya H1N1 - jenis yang menyebabkan pandemi flu 1918 dan flu babi, dan kini telah menghilang – diam-diam mengakumulasi mutasi yang tidak berguna atau bahkan secara aktif membahayakan kelangsungan hidupnya sendiri.

Sekarang beberapa ilmuwan berpikir bahwa mempercepat proses ini mungkin akan memungkinkan kita untuk memanfaatkan evolusi cepat virus endemik untuk keuntungan kita. Ide tersebut telah ada sejak lama sebagai cara untuk membasmi flu dan pilek – tapi baru-baru ini juga disarankan sebagai metode untuk memerangi Covid-19.

Baca lanjutannya: Kisah Virus-virus Mematikan, dari Zaman Seribu Tahun Lalu sampai Covid-19 (Bagian 4)

Related

Science 2751752747509656977

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item