Politikus Demokrat: Kalau Habib Rizieq Jadi Menteri Agama Bagaimana?
https://www.naviri.org/2020/11/politikus-demokrat-kalau-habib-rizieq.html
Naviri Magazine - Politikus Partai Demokrat Panca Cipta Laksana memancing reaksi warganet untuk menanggapi candaannya apabila Imam Besar Pembela Islam Habib Rizieq Shihab (HRS) dipercaya mengemban jabatan sebagai Menteri Agama RI.
Pernyataan itu disampaikan Panca lewat akun Twitter @panca66. Kicauan itu dibuat untuk mengetahui pro kontra dari warganet.
"Kalau plot twistnya (alur cerita yang sengaja dipelintir sehingga memberi efek kejutan), tiba-tiba HRS diangkat jadi Menteri Agama gimana ya? Haters dan loversnya bingung kali ya?" tulis Panca Cipta.
Benar saja, kicauan Panca mendapat reaksi beragam dari warganet. Namun, kebanyakan warganet meyakini Rizieq Shihab akan menolak bila ditawarkan posisi Menteri Agama.
"Yang pasti IBHRS ngak bakal terima," kata pengguna akun @Zarniwati74.
"Sudah pasti beliau menolak," ujar pengguna akun @Bakwan_.
"Ini gw suka sih hahahaha... " tulis pengguna @mgreantara.
"Yang bingung pejabat lainya, jadi kikuk," kata @lerailaralukaku.
"Ya gak akan mau da, pasti ditolak, beliau berjuang diluar pemerintahan, dan selama ini alhamdulillah istiqomah da. Gak kaya jendral kardoes.. Hhaahaha," ucap pengguna akun @Vadlanisme.
Nama HRS menjadi perbincangan setelah dirinya kembali ke Tanah Air. Bahkan kepulangannya HRS mengundang perhatian media internasional. Salah satu yang memberitakannya adalah media internasional Associated Press.
Dalam artikel yang tayang pada Selasa (10/11), media asal internasional ini memberikan judul 'Ulama Penghasut Indonesia Pulang usai 3 Tahun Pengasingan di Arab Saudi'.
"Ribuan jemaah seorang ulama penghasut menyambutnya dengan gembira di bandara Indonesia pada Selasa pagi ketika ia pulang dari pengasingan selama 3 tahun di Arab Saudi setelah tuntutan pidana, termasuk kasus pornografi, dibatalkan," tulis Associated Press.
Para pendukungnya dilaporkan melambai-lambaikan spanduk dan pelakat dengan sukacita saat melihat pemimpin Front Pembela Islam (FPI) dan keluarganya keluar dari imigrasi di bandara menuju kediaman mereka di Jakarta Pusat.
Siaran televisi menunjukkan ribuan, pria, wanita, dan anak-anak, yang kebanyakan mengenakan baju putih, meneriakkan takbir saat mereka berbaris dan memenuhi jalan utama menuju gerbang kedatangan bandara. mereka bahkan menyebabkan kemacetan di sepanjang jalan menuju bandara.