Jakarta Diklaim Sudah Keluar dari 10 Besar Kota Termacet di Dunia, Berkat Kerja Keras Anies Baswedan
https://www.naviri.org/2021/01/jakarta-diklaim-sudah-keluar-dari-10.html
Naviri Magazine - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria (Ariza) mengaku sejumlah terobosan yang dilakukan Gubernur Anies Baswedan dalam bidang transportasi di Ibu Kota selama menjadi Gubernur sudah mulai membuahkan hasil.
Buktinya, sekarang DKI Jakarta berhasil keluar dari peringkat 10 besar kota termacet di dunia, setelah sejak 2017 menjadi langganan tetap di daftar 10 besar kota paling macet versi Tom Tom Traffic Index.
Saat ini posisi Jakarta berada di urutan 31 dari 416 kota yang disurvei dengan persentase kemacetan 36 persen.
“Pak Anies melakukan beberapa terobosan dan kebijakan yang alhamdulillah secara perlahan mulai terlihat hasilnya,” kata Ariza di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Percaya diri, Politisi Gerindra ini mengaku satu, dua tahun ke depan, posisi Jakarta bakal semakin jauh dari peringkat kota termacet di dunia, bakal ada terobosan baru yang di lakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
“Mudah-mudahan dua tahun ke depan kita akan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi,” tuturnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo mengatakan, penurunan kemacetan di Ibu Kota pada tahun 2020 itu, tidak terlepas dari jumlah pengaturan mobilitas masyarakat Ibu kota pada masa pandemi ini.
Dimana semua tempat usaha di Jakarta dilakukan pembatasan karyawan yang masuk setiap harinya sehingga mobilitas warga di jalan Ibu Kota juga ikut menurun.
Adapun pementasan yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada masa pandemi ini adalah 50 persen karyawan bekerja dari rumah dan 50 persen lainnya bekerja dari kantor. Pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat ini jumlah pegawai yang bekerja di kantor kembali dipangkas menjadi hanya 25 persen saja.
“Di Hulu pengaturan jam Kerja, ada WFH, di sisi hilir ada Pembatasan jam operasional angkutan, pembatasan kapasitas angkutan, kebijakan berjalan seiring Sekalian sehingga efektif,” kata Syafrin.
Kendati demikian, Syafrin mengklaim pembatasan yang dilakukan pada masa pandemi ini tidak 100 persen berpengaruh pada tingkat kemacetan di Jakarta. Jauh sebelumnya kata dia pihaknya juga telah berupaya mengurai masalah kemacetan di Jakarta lewat berbagi program.
Salah satunya adalah integrasi antar moda transportasi di Jakarta lewat program Jaklingko yang menghubungkan semua angkutan dari Transjakarta, MRT, LRT hingga angkutan kota (angkot) yang berimbas pada melonjaknya pengguna angkutan umum dari mereka yang semula menggunakan kendaraan pribadi.
“Kita juga fokus pada integrasi angkutan umum melalui program JakLingko dan Penataan Kawasan Stasiun serta mengedepankan prinsip kolaborasi dengan masyarakat,” tuturnya.