Kisah Bubarnya Uni Soviet, Negara Adidaya di Masa Lalu

Naviri Magazine - Lebih dari 20 tahun lalu, salah satu negara adidaya, Uni Soviet, runtuh dan terpecah belah. Keruntuhan dipicu oleh kebijakan glasnost (keterbukaan politik) dan perestroika (restrukturisasi ekonomi) oleh pemimpin saat itu, Mikhail Gorbachev.

Januari 1987, Gorbachev menyerukan demokratisasi, dimana salah satunya adalah pemilu dilakukan dengan banyak calon. Setahun kemudian Gorbachev, melakukan berbagai pembaruan untuk mengurangi kontrol partai terhadap pemerintah. Terobosan itu dimaksudkan untuk memperbaiki kehidupan ekonomi dan politik.

Cita-cita Gorbachev untuk membangun perekonomian kuat dan menciptakan iklim politik yang kondusif rupanya menjadi boomerang. Keterbukaan menyebabkan partai berkuasa, Komunis, kehilangan kontrol terhadap media. Insan pers lebih leluasa menyingkap berbagai borok pemerintah, termasuk penyalahgunaan wewenang dengan melakukan korupsi.

Kebebasan dan keterbukaan membuat rakyat The Union of Soviet Socialist Republics (Soviet Union/USSR) makin berani menyuarakan ketidakpuasan terhadap buruknya kondisi dalam negeri. Keadaan semakin parah akibat makin maraknya pertikaian antar etnis.

Bagi kaum nasionalis, kebebasan dan keterbukaan telah membawa angin segar, sebaliknya para tokoh komunis bereaksi keras. Tanggal 19 Agustus 1991, Menteri Pertahanan, Marsekal Dimitri Yazow, bersama Menteri Dalam Negeri, Boris Pugo, dan Kepala KGB, Jenderal Vladamir Kruchkov, coba melakukan kudeta. 

Kaum komunis membentuk dewan krisis yang menjadikan Gorbachev sebagai tahanan rumah. Namun percobaan kudeta menemui kegagalan. Presiden Rusia, Boris Yeltsin, menjadi tokoh perlawanan terhadap komunis garis keras.

Selama upaya kudeta berlangsung, beberapa wilayah menyatakan kemerdekaannya, dimulai oleh Estonia, kemudian disusul oleh Ukraina, Latvia, Lithuania, Georgia, dan Maldova. Puncaknya terjadi pada 26 Desember 1991 dimana Uni Soviet akhirnya bubar.