Ambruknya Industri Film Hollywood Dihantam Pandemi Corona (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Ambruknya Industri Film Hollywood Dihantam Pandemi Corona - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Film laga itu terlihat mewah. Film yang dibuat di lima negara tersebut, antara lain Inggris, India dan China, diputar di 1.500 layar bioskop, menggantikan film Bond yang tertunda, No Time to Die.

"Baru sekitar delapan minggu lalu kami memperoleh film itu," kata Nolan Gallagher, CEO Gravitas Ventures. "Kami bergerak cepat."

Gallagher yakin, saat bioskop dibuka, keinginan penonton menyaksikan layar lebar membuncah.

"Ada pasar untuk film blockbuster. Ya, yang muncul sekarang memang hanya sebagian kecil dari yang bergulir sebelum pandemi, tapi daya tarik film seperti itu masih tetap ada," katanya.

"Orang-orang mencari kesenangan selama liburan Thanksgiving, terutama jika Anda mencari sesuatu yang memiliki pengalaman aksi mengelilingi dunia."

Bioskop-bioskop yang hiruk-pikuk di Asia juga memberikan harapan kepada Hollywood, kata Mark Gill, Presiden Solstice Studios, yang berbasis di Los Angeles.

Perusahaan film independen yang dipimpin Gill itu baru saja membeli hak untuk film action-thriller The Plane yang dibintangi Gerard Butler. Film itu mulai diproduksi tahun 2021 dan akan dirilis di bioskop setahun setelahnya.

"China, Jepang, dan Korea tahun ini telah menunjukkan kepada kami bahwa kebiasaan menonton film tidak berubah," kata Gill.

"Film Demon Slayer, yang sangat populer di Jepang, belum tentu film tercanggih yang pernah ada, tapi jelas ada tuntutan yang terpendam agar penonton bisa pergi lagi ke bioskop. Menurut saya itu menunjukkan bahwa satu film blockbuster yang bagus bisa jadi titik kritis yang nyata, jika kondisinya tepat."

Solstice adalah perusahaan pertama yang merilis film baru di bioskop AS setelah gelombang pertama pandemi. "Kami memutuskan terjun ke bisnis film untuk memutar film di bioskop," kata dia. "Harus ada seseorang yang memulainya."

Film yang mereka putar pada pandemi ini adalah film thriller psikologi berjudul Unhinged, yang dibintangi Russell Crowe.

"Tentu saja, keuntungan kurang dari biasanya, tapi tetap berdampak positif. Hollywood takjub bahwa kami berhasil. Capaian itu membantu kami mendapatkan lebih banyak film," ujar Gill.

Rencana merilis Wonder Woman 1984 pertama kali di Asia, Eropa dan Afrika ketimbang AS mungkin menunjukkan bahwa Hollywood menyadari pasar blockbuster tumbuh besar di benua ini.

"Ini satu lagi tantangan untuk strategi Hollywood," kata Steven Gaydos, editor eksekutif majalah Variety.

"Asia memiliki industri film yang mandiri, yang membuat film sendiri dan untuk penontonnya sendiri. Hollywood secara historis mengandalkan bioskop di seluruh dunia untuk mendapatkan 65% keuntungan mereka. Jika Asia memiliki industri film yang mandiri, mereka tidak lagi membutuhkan film Hollywood. Itu pukulan besar untuk Hollywood," kata Gaydos.

Mulan dibuat untuk menarik penonton film di China, tapi mendapat ulasan negatif ketika dirilis di bioskop, September lalu.

Namun Gaydos yakin bahwa film blockbuster dengan anggaran raksasa adalah satu dari sedikit film yang memiliki masa depan di Hollywood, dengan anggaran tidak mungkin dipotong di atas.

"Film blockbuster tidak akan berhasil," ujarnya. "Hollywood hanya membuat film kategori ini. Film jenis ini menyumbang 95% dari seluruh keuntungan. Banyak studio film yang membuat film mahal mempertaruhkan masa depan pada kesuksesan yang berkelanjutan.

"Film-film besar dan mahal ini sebenarnya pertaruhan yang lebih baik daripada film-film yang lebih murah, karena mampu menjual nilai produksi yang spektakuler dan aktor-aktris kawakan. Itulah daya tarik bawaan. Namun semua film independen dan drama, yang berisiko atau tidak menjamin keuntungan, sudah beralih ke layanan streaming," kata Gaydos.

Tampaknya layanan streaming tidak mungkin berhenti di situ, terutama jika merujuk laporan bahwa pembuat film No Time to Die baru-baru ini gagal mencapai kesepakatan untuk menayangkan film mereka di stasiun TV hiburan berbasis kabel.

Netflix baru saja mengumumkan bahwa film Don't Look Up, komedi luar angkasa yang dibintangi Jennifer Lawrence dan Leonardo DiCaprio sedang mereka produksi. Film itu akan tayang perdana di aplikasi mereka.

"Sebelum pandemi Covid-19, ada sebuah ruangan di Hollywood yang terbakar," kata Gaydos. "Dan pandemi ini telah menuangkan bensin ke seluruh 'rumah'. Saya tidak menyangka akan terbangun dan membaca bahwa film yang dibintangi Leo DiCaprio, salah satu nama besar di Hollywood yang bisa meluncurkan karya di bioskop, akan tayang perdana di Netflix."

Jika Wonder Woman 1984 sukses di bioskop dan para akademisi sukses mengembangkan vaksin Covid-19, masa depan film blockbuster layar lebar tradisional bisa terselamatkan.

Tapi Finn Halligan mengingatkan bahwa studio film harus mengambil kebijakan tegas, terutama karena banyak bioskop mengalami kesulitan keuangan.

"Perusahaan film harus ingat, jika ingin meraih keuntungan miliaran dolar itu, mereka membutuhkan banyak layar bioskop untuk menayangkan film mereka."

Film Vanguard saat ini tengah dirilis di bioskop-bioskop di seluruh AS.

Related

Film 8191680087817527455

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item