Apa yang Akan Terjadi jika Bumi Kehilangan Pohon? Ini Jawabannya


Naviri Magazine - Bayangkanlah suatu hari yang gersang, ketika Bumi yang kita kenal dan tinggali ini kehilangan semua pohon, besar maupun kecil. Tidak ada lagi tumbuhan apalagi bunga dan buah-buahan, sementara burung-burung yang biasa bernyanyi di antara ranting pohon meninggalkan kehampaan. 

Hutan punah, dan hewan-hewan liar di sana berlarian di antara sesaknya perkotaan. Hewan-hewan ternak tak bisa lagi merumput, karena rumput telah punah, dan mereka hidup hari demi hari sambil menunggu ajal dengan sekarat. Manusia tak bisa lagi makan dari hasil alam, karena ladang dan persawahan telah punah, dan sebagai gantinya mereka memangsa hewan-hewan.

Bayangan mengerikan semacam itu mungkin tak akan terjadi, tapi siapa yang bisa menjamin jika pembakaran dan pembalakan hutan terus dilakukan, alam liar terus dirusak, sementara sawah dan ladang terus diubah menjadi pabrik dan tempat pemukiman?

Apa yang akan terjadi jika semua pohon di Bumi tak ada lagi? Jawabannya adalah horor!

Bagi Bumi, pohon berfungsi menyerap air. Hutan mampu menyerap air hingga 60 sampai 80 persen ke dalam tanah. Itu menjadikan pohon memiliki cadangan air tanah. Akar pohon juga berfungsi menahan erosi. Ketika hujan turun, tanah yang terkikis akan masuk ke aliran sungai, dan menyebabkan terjadinya endapan. 

Keberadaan pohon akan menahan hal tersebut, sekaligus mempertahankan kesuburan tanah. Karena adanya dahan-dahan pohon, butir-butir air tidak langsung terjatuh ke permukaan tanah ketika turun hujan, sehingga efeknya tidak sampai menggerus lapisan tanah bagian atas yang umumnya subur.

Akar pohon menyerap air hujan ke tanah, sehingga tidak mengalir sia-sia. Kemudian, pohon mengikat air di pori tanah, dan menjadikannya sebagai cadangan air di musim kemarau, sehingga ketersediaan air tanah secara berkesinambungan tetap terjaga. Karena keteraturan itu, Bumi mampu bertahan dari kekeringan di musim kemarau, dan musim penghujan tidak sampai menimbulkan ancaman banjir.

Kemudian, akar pohon juga mengikat butir-butir tanah, sehingga dapat mencegah terjadinya erosi dan tanah longsor. Pohon-pohon di hutan mendaur ulang hujan dan membangun iklim mikro, menguapkan 3/4 air hujan ke atmosfer, sehingga iklim mikro terjaga, kelembapan terkendali, dan curah hujan turun. 

Jika tidak ada lagi pohon di Bumi, maka hal di atas tidak akan terjadi. Air di tanah akan menguap. Ketika turun hujan, daya gerus airnya akan membawa endapan lumpur ke sungai, dan mencemari air. Bumi akan kering kerontang ketika kemarau datang, dan longsor serta banjir akan terjadi ketika musim penghujan. Ketika itu terjadi, manusia tetap akan bertahan hidup, tapi kisahnya belum selesai.

Selain menyerap air dan menjaga kesuburan tanah, pohon juga berfungsi dalam mata rantai makanan. Di alam, terjadi proses hubungan timbal balik, dan ketergantungan antarkomponen selalu melibatkan tanaman—langsung maupun tak langsung. Karenanya, jika pohon yang memiliki fungsi penting dalam rantai makanan sampai punah, maka bisa dipastikan kehidupan semua makhluk hidup akan terpengaruh. 

Pohon menyediakan habitat bagi ratusan spesies. Kepunahannya akan menyebabkan kepunahan sama pada spesies yang bergantung padanya. Tapi itu bukan hal terburuk yang akan terjadi. Seperti yang disebutkan di atas, punahnya pohon juga akan menghancurkan rantai makanan di planet ini. 

Jika kepunahan pohon dimulai hari ini, diperkirakan hewan-hewan herbivora akan punah dalam waktu satu tahun mendatang, sementara hewan-hewan karnivora akan punah dalam 4 sampai 5 tahun kemudian. 

Manusia yang biasa mengkonsumsi hasil tanaman mungkin dapat menggunakan hewan sebagai pengganti, tapi persediaan hewan hanya mungkin dapat memenuhi kebutuhan manusia selama 50 tahun.

Tetapi, sekali lagi, masalahnya tidak cuma sebatas itu. Seperti kita tahu, manusia punya ketergantungan penting dengan pohon dalam hal pernapasan. Untuk bertahan hidup, manusia butuh bernapas—menghirup oksigen dan melepaskan karbondioksida. Karbondioksida yang kita lepaskan diserap oleh pohon, dan—setelah melalui proses fotosintesis—diubah menjadi oksigen yang kemudian dihirup manusia. 

Jika pohon tidak ada, maka proses fotosintesis akan berhenti, dan itu artinya karbondioksida yang kita lepaskan tidak bisa didaur ulang. Artinya pula, cadangan oksigen di Bumi akan menjadi terbatas, dan semakin menyusut hari demi hari. 

Bumi yang kita tinggali perlahan-lahan akan kehabisan oksigen, dan manusia—demi mempertahankan hidup—pasti akan berebutan mendapatkannya. Apa yang bisa dilakukan untuk dapat memperoleh oksigen yang terbatas? Tentu saja mengurangi jumlah manusia, agar cadangan oksigen tidak cepat habis. Itu terlalu mengerikan untuk dibayangkan. 

Jika kepunahan pohon dimulai hari ini, diperkirakan umat manusia yang sekarang berjumlah sekitar 7 miliar masih memiliki waktu hingga 200 tahun sampai semua oksigen di atmosfer benar-benar lenyap. 

Tetapi estimasi itu dengan catatan jika semua pabrik penghasil limbah asap dan semua kendaraan bermotor yang menghasilkan CO2 juga dihilangkan. Jika pohon benar-benar punah tetapi pabrik dan kendaraan bermotor masih beroperasi, maka cadangan oksigen di Bumi akan lebih cepat habis dari perkiraan semula. 

Berdasarkan estimasi di atas, punahnya pohon dapat mengakibatkan kepunahan manusia dalam 200 tahun.

Karena keberadaan pohon, abu pabrik, asap kendaraan, dan debu jalanan, dapat menempel pada dedaunan, yang akan terbawa air ketika hujan turun. Artinya, keberadaan pohon mengurangi kotoran di Bumi, serta mengurangi zat pencemar udara. 

Selain itu, asap tebal yang berasal dari pembakaran pabrik yang menggunakan bahan bakar minyak juga mengandung sulfurdioksida (SO2), selain karbondioksida. Di udara, SO2 akan bereaksi dengan uap air, membentuk asam sulfat (H2SO4). 

Jika bercampur air hujan, zat itu akan menghasilkan hujan asam yang membahayakan kesehatan kulit, serta menimbulkan korosi. Namun keberadaan pohon mencegah kemungkinan itu, karena pohon mampu menetralkan kandungan asamnya. Artinya, tanpa pohon, manusia akan menghadapi ancaman lain selain ketersediaan makanan dan oksigen.

Kehancuran yang ditimbulkan dari punahnya pohon tidak berhenti sampai di situ. Karena pelepasan karbon yang begitu banyak—akibat tak bisa diserap pohon—maka perubahan iklim akan terjadi, dan permukaan laut akan naik. Hal itu akan mengakibatkan hilangnya terumbu karang dan ikan, musnahnya mata pencaharian banyak orang, meningkatnya penyakit tropis, dan bertumbuhkembangnya aneka macam bakteri. 

Berdasarkan penelitian, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa satu batang pohon dapat menghasilkan 1,2 kg oksigen per hari. Setiap hari, satu orang membutuhkan sekitar 0,5 kg oksigen. Artinya, satu batang pohon menunjang kehidupan dua orang. Jika kita menebang satu batang pohon, sama artinya kita sedang mencekik dua orang sampai mati. 

Apa yang akan terjadi jika Bumi kehilangan pohon? Seperti yang telah digambarkan di atas, jawabannya adalah horor.

Fakta:

Pohon bisa tumbuh di mana saja, dan kumpulan pohon yang tumbuh secara alami disebut hutan. 

Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki hutan cukup luas di dunia. Sekitar separuh hutan dunia berada di Indonesia, sehingga negeri kita pun dianggap sebagai paru-paru dunia. Tetapi jika perusakan dan pembalakan hutan terus dilakukan, maka jumlahnya akan terus menyusut, dan kekayaan alam itu kelak akan tinggal nostalgia.

Related

Science 3548586953053452574

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item