Balita Juga Punya Perasaan, dan Ini Cara Menjaga Perasaan Anak


Naviri Magazine - Sebagaimana orang dewasa, anak-anak juga memiliki perasaan. Bahkan emosi anak berbeda-beda sesuai dengan perkembangan usianya. Lalu, bagaimana menjaga perasaan anak?

Menjaga perasaan anak dimulai sejak dini, bahkan ketika si anak masih dalam kandungan. Oleh karenanya, perlu untuk menjaga kondisi emosi ibu saat hamil, agar ibu tidak mengalami stres, yang akhirnya berpengaruh terhadap janin.

Menjaga emosi seperti halnya menghindari hal-hal negatif, seperti kata-kata, kejadian, intervensi negatif dari lingkungan, sehingga emosi ibu hamil lebih stabil.

Setelah anak lahir, menyusui adalah salah satu cara untuk menjaga perasaan anak. Proses menyusui akan membangun kedekatan antara ibu dan anak, yang kemudian memunculkan perasaan tenang dan nyaman bagi anak.

Anak dengan usia di bawah satu bulan belum bisa melihat dengan jelas. Ada yang mengatakan bahwa anak dalam usia ini baru bisa melihat objek di sekitarnya secara vertikal, sehingga dalam fase ini suara-suara yang didengar menjadi suatu hal yang sangat penting.

Bagi orang tua, hindari suara membentak. Setelah anak bisa melihat, perlihatkanlah ekspresi yang menyenangkan bagi anak.

Di masyarakat Perancis, ada istilah “delayed gratification”, yakni orang tua tidak langsung mendekati anaknya ketika menangis. Delayed gratification ini orangtua tidak memberikan respons cepat, sehingga membuat anak menunggu untuk beberapa saat, dengan tujuan melatih kesabaran anak.

Delayed gratification bahkan sudah dimulai sejak masa menyusui. Jika ingin meniru, delayed gratification sebaiknya dilakukan bagi anak di atas usia 2 tahun.

Mengapa? 

Karena anak usia di bawah 2 tahun sedang dalam fase menyusui. Ketika anak menangis perlu direspons dengan segera, untuk membangun kepercayaan (trust vs mistrust) antara anak dengan ibu.

Jika tertunda, dikhawatirkan akan muncul rasa tidak berharga pada diri anak. Delayed gratification sebaiknya dimulai saat anak berusia di atas 2 tahun, dengan pertimbangan di usia ini, anak mulai terlatih kemampuan berjalannya. Anak yang baru bisa jalan, egonya luar biasa keras.

Ketika anak masuk usia balita, orang tua bisa membantu anak mengenal perasaannya. Misalnya ketika si anak menangis, orang tua bisa menanyakan apakah si anak marah atau sedih.

Dengan menyebutkan label emosi (sedih atau marah, dsb), membantu orang tua untuk mengetahui perasaan anaknya, dan anak juga bisa mengekspresikan emosinya dengan baik.

Ketika anak sudah mengerti emosinya, orang tua jadi tahu kapan seharusnya marah atau tidak.

Related

Parenting 3020768693767178826

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item