Hampir Dilupakan Dunia, Inilah Tokoh Penemu Tusuk Gigi


Naviri Magazine - Tusuk gigi telah ada sejak zaman prasejarah. Benda kecil yang tampak tak penting itu telah menjadi bagian gaya hidup kakek-nenek moyang kita. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia zaman prasejarah menggunakan ranting pohon untuk membersihkan gigi. 

Tengkorak gigi manusia Neanderthal dan Homo Sapiens telah menunjukkan bukti-bukti penggunaan alat untuk menusuk gigi. Pasa Zaman Perunggu, tusuk gigi mulai dibuat dari logam, namun proses pembuatannya masih manual. 

Kenyataan itu diketahui berdasarkan keberadaan tusuk gigi yang ditemukan di antara barang-barang yang dikuburkan dalam makam-makam prasejarah di Italia Utara dan Alpen Timur. 

Di Mesopotamia, tusuk gigi logam juga digunakan secara luas sejak zaman kuno. Konon, sang tiran, Agatokles, dibunuh pada 289 SM melalui racun yang bekerja lambat, yang ditaruh pada sebatang tusuk gigi oleh seorang budak kesayangannya. 

Memasuki abad ke-17, tusuk gigi mulai dibuat dengan halus dari perak, dan kadang dihias bebatuan berharga, sehingga tusuk gigi pada zaman itu setara dengan perhiasan mewah layaknya permata.

Meski tusuk gigi telah ada jauh sebelum manusia modern mengenalnya, namun orang yang dianggap paling berjasa dalam memperkenalkan tusuk gigi ke zaman kita adalah Charles Forster. 

Charles Forster lahir di Charlestown, Massachusetts, pada 1826. Ia tumbuh di keluarga aristokrat Inggris. Pada masa remaja, ia bekerja dengan pamannya menjalankan bisnis ekspor/impor di Brazil. Saat tinggal di Brazil itulah dia pertama kali menyaksikan gigi para penduduk Brazil yang tampak rapi dan bersih. 

Karena penasaran, Forster mencari tahu apa yang menyebabkan gigi para penduduk di sana bisa serapi dan sebersih itu. Jawabannya ternyata ada pada tusuk gigi. Penduduk Brazil menggunakan tusuk gigi kayu yang dibuat secara manual. Sementara di tempat lain, waktu itu, rata-rata orang masih menggunakan tusuk gigi logam warisan zaman Perunggu.

Tusuk gigi kayu yang digunakan penduduk Brazil kemudian mencetuskan ide cemerlang dalam benak Forster. Ia melihat peluang bisnis menjanjikan dari tusuk gigi. Ia membayangkan memproduksi tusuk gigi kayu dalam jumlah banyak, sekaligus dalam waktu singkat. Untuk itu, tentu saja, dia membutuhkan mesin khusus yang dapat membuatnya.

Forster bukan insinyur mesin, dan dia tidak tahu bagaimana cara membuat mesin yang diimpikannya. Maka ia pun menghubungi Benjamin Franklin Sturtevant, ahli mesin asal Boston, yang sebelumnya telah membuat mesin pembuat sepatu dengan alas berbahan kayu. 

Melalui mesin yang dibuat Sturtevant, Charles Forster berhasil memproduksi tusuk gigi kayu dalam jumlah banyak. Pada tahun 1879, dia mampu memproduksi jutaan tusuk gigi kayu dalam satu hari.

Masalahnya kemudian, waktu itu penggunaan tusuk gigi kayu belum lazim, khususnya di Boston. Mengatasi masalah itu, Forster menitipkan tusuk gigi buatannya di toko-toko eceran. Pemilik toko hanya membayar tusuk gigi yang laku terjual. 

Cara itu memang cukup bagus untuk menghasilkan penjualan, tapi masih belum bisa dibilang banyak. Forster juga mencoba menghubungi pemilik warung makan atau restoran, dan meyakinkan mereka untuk menyediakan tusuk gigi sebagai bagian layanan konsumen, tapi hanya sedikit yang tertarik.

Yang menjadi masalah, simpul Forster, orang belum terbiasa dengan tusuk gigi kayu, khususnya tusuk gigi kayu buatannya. Karena itu, Forster pun lalu mencari cara untuk “membudayakan” tusuk gigi, agar orang terbiasa dengan hal itu.

Akhirnya, setelah lama berpikir, Forster menemukan ide cemerlang. Ia menyewa beberapa orang untuk makan di restoran-restoran, dan meminta mereka untuk menanyakan tusuk gigi pada pemilik restoran. 

Upaya itu berjalan cukup baik, dan orang-orang itu pun keluar masuk restoran di mana-mana sambil tak lupa menanyakan tusuk gigi seusai makan. Seiring dengan itu, Forster memasuki restoran demi restoran, menawarkan tusuk gigi buatannya.

Para pemilik restoran pun percaya bahwa tusuk gigi adalah layanan yang harus disediakan untuk konsumen, dan mereka menerima tawaran tusuk gigi buatan Forster. Sejak itu, pelan namun pasti, tusuk gigi mulai menjadi “gaya hidup” konsumen restoran. Penggunaan tusuk gigi pun lalu sangat populer, dan dalam waktu tak terlalu lama pasar tusuk gigi produksi Forster meluas ke berbagai negara.

Charles Forster bukan penemu tusuk gigi. Tapi dialah yang menyebabkan kita sekarang sibuk mencari benda itu seusai makan, untuk membereskan sisa-sisa makanan yang terselip di sela gigi. 

Di masa sekarang, negara bagian Maine, Amerika Serikat, adalah produsen utama tusuk gigi dunia. Seiring kemajuan ilmu kedokteran gigi modern, penggunaan tusuk gigi mulai bersaing dengan sikat gigi dan benang gigi. Namun eksistensi tusuk gigi tampaknya sulit digantikan. 

Bahkan, dengan tujuan agar lebih ramah lingkungan, perusahaan tusuk gigi di Korea Selatan mulai menciptakan tusuk gigi yang dapat dimakan. Tusuk gigi itu dibuat dari ubi jalar, tampak jernih, dan melunak atau meleleh perlahan jika terkena air panas.

Fakta:

Bangsa Romawi kuno menggunakan duri landak sebagai tusuk gigi.

Sebelum Charles Forster memproduksi tusuk gigi hasil olahan mesin karya Benjamin Sturtevant, mesin serupa telah dibuat pada 1869 oleh Alessandro Franco, lalu dikembangkan oleh Silas Noble dan J.P. Cooley pada 1872, yang kemudian mereka patenkan atas nama mereka. Namun, Charles Forster tetap menjadi orang paling berjasa dalam mengenalkan tusuk gigi pada peradaban dunia.

Stan Munro adalah seniman spesialis tusuk gigi. Ia membuat berbagai miniatur dengan menggunakan tusuk gigi. Karyanya yang keseratus, dan paling terkenal, adalah miniatur kota Barcelona. Dibutuhkan waktu hingga 9 bulan dan puluhan ribu tusuk gigi untuk mewujudkan karya itu.

Related

Science 8525126497188987905

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item