Inilah Orang-orang Terbaik di Dunia, Menurut Rasulullah SAW


Naviri Magazine - Jika seseorang bertanya kepada kita, tentang siapa orang-orang terbaik, kita bisa menjawab pertanyan itu berdasarkan petunjuk Rasulullah SAW. Beliau telah menyebutkan kelompok orang-orang terbaik sebagaimana dijelaskan dalam beberapa hadits, sebagai berikut:  

Pertama, orang terbaik adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari:  “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
 
Rasulullah SAW tidak saja mengajurkan kita belajar Al-Qur’an, tetapi juga mendorong  supaya mau mengajarkannya kepada orang lain. Artinya, seseorang sesungguhnya tidak cukup hanya berhenti pada belajar Al-Qur’an. Ia sebaiknya juga mengajarkannya kepada orang lain setelah cukup menguasainya. 

Oleh karena itu, dalam belajar Al-Qur’an sebaiknya hingga sampai tingkat mahir, yang tidak saja mahir membacanya, tetapi juga mahir memahami kandungannya, dan bahkan mahir mengamalkan isinya. Karena al-Quran bukan sekadar bacaan, tetapi sekaligus harus diamalkan karena merupakan kitab suci sebagai petunjuk dari Allah SWT bagi seluruh kaum Muslimin.    

Kedua, orang terbaik adalalah orang yang paling baik sikapnya terhadap keluarga. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”  

Rasulullah SAW memberikan suri tauladan bagaimana sebaiknya seorang suami bersikap kepada keluarganya. Beliau mengatakan bahwa beliau adalah orang yang paling baik sikapnya terhadap keluarga. Ini artinya, untuk menjadi suami yang baik, kita bisa mengikuti beliau. 

Sayyidah Aisyah RA menuturkan bahwa Rasulullah SAW, sebagai seorang suami, banyak melayani keluarga seperti menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Beliau bahkan menjahit pakaian sendiri, membetulkan sandal sendiri, memerah susu kambing sendiri, hingga berbelanja ke pasar untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan sebagainya. 

Oleh karena itu, sebagaimana sabda beliau di atas, orang terbaik adalah orang yang paling baik sikapnya terhadap keluarganya.     

Ketiga, orang terbaik adalah orang yang paling bisa diharapkan kebaikannya, dan paling sedikit keburukannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi: “Sebaik-sebaik kalian adalah orang yang (paling bisa) diharapkan kebaikannya, dan (paling sedikit) keburukannya, hingga orang lain merasa aman.” 

Setiap orang memiliki sisi baik dan sisi buruk. Orang terbaik adalah orang yang sisi kebaikannya jauh lebih besar daripada sisi keburukannya, hingga orang lain merasa aman di sampingnya. Dengan kata lain, orang terbaik adalah mereka yang, di satu sisi dapat memberikan manfaat besar kepada orang lain, di sisi lainnya dapat mengendalikan potensi buruknya hingga banyak orang merasa aman dan tenang di dekatnya karena terhindar dari perilaku buruknya.   

Keempat, orang terbaik adalah orang yang  memberikan makanan kepada orang lain. Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad: “Sebaik-baik kalian adalah yang memberikan makanan.”  

Makanan sesungguhnya dibagi menjadi dua, yakni makanan jasmani dan makanan ruhani. Makanan jasmani seperti nasi, roti, buah, dan sebagainya, yang berguna untuk pengembangan diri yang bersifat fisik atau material. Sedangkan makanan ruhani seperti ilmu, nasihat, dan sebagainya, yang berguna untuk pengembangan diri yang bersifat mental spiritual.  

Maka orang terbaik berdasarkan hadits ini adalah mereka yang bersedia memberikan makanan, baik jasmani maupun ruhani, kepada orang-orang yang membutuhkan, demi menjaga keberlangsungan hidup dan kesehatan mereka, baik jasmani maupun ruhani. 

Kelima, orang terbaik adalah orang yang paling baik dalam membayar hutang. Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik dalam membayar hutang.” 

Fakta membuktikan bahwa tidak setiap orang bisa menepati janji-janjinya terkait dengan hutang-hutangnya kepada orang lain. Ada dua macam pembayar hutang, yakni pembayar yang baik dan pembayar yang tidak baik. Pembayar yang baik adalah mereka yang bisa menyelesaikan kewajiban hutangnya sesuai waktu yang telah disepakati, atau bahkan lebih awal dari itu. 

Pembayar hutang yang tidak baik adalah mereka yang tidak disiplin, seperti para pengemplang dan sebagainya, hingga sering membuat marah orang yang telah berbaik hati memberikan pinjaman.  

Mungkin kita bertanya, apakah orang-orang terbaik itu hanya sebatas mereka yang telah disebutkan di atas? Jawabannya tentu saja tidak, sebab masih ada kelompok orang lain yang juga termasuk orang-orang terbaik, sebagaimana pertanyaan seorang Arab Badui kepada Rasulullah SAW sebagai berikut: “Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia?” 

Beliau menjawab: “Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.”(HR: Tirmidzi)  

Jadi, orang-orang terbaik sesungguhnya tidak dimonopoli oleh kelompok orang tertentu, tetapi terbuka lebar bagi siapa saja tanpa memandang latar belakang ataupun bidang-bidang tertentu, sebab substansi dari hal ini adalah tentang seberapa besar kebermanfaatan seseorang kepada orang lain secara nyata, sebagaimana ditegaskan Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).”  

Mudah-mudahan uraian ini dapat bermanfaat. Apapun profesi, asal usul dan status sosial kita, semoga kita semua dapat memberikan manfaat sebesar-sebesarnya kepada orang sebanyak-banyaknya. Amin ya rabbal alamin.   

Related

Moslem World 4467681230292950795

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item