Kelebihan dan Kekurangan Serta Masalah Dunia Kerja di Era Gig Economy
https://www.naviri.org/2021/02/kelebihan-dan-kekurangan-serta-masalah.html

Naviri Magazine - Kerja-kerja temporer dengan kontrak tidak permanen adalah fondasi dari gig economy. Selain Gojek, Grab, dan Uber, gig economy juga mencakup kerja-kerja lepas seperti desainer web, copywriter, hingga konsultan yang direkrut untuk proyek tertentu yang berlangsung dalam waktu tertentu (sementara).
Laporan KellyOCG tahun 2018 menunjukkan 65% perekrut kerja mengatakan gig economy jadi norma baru dalam dunia bisnis, dengan 84% perekrut kerja di Asia Pasifik seringkali melakukan outsourcing atau mencari pekerja lepas untuk menyelesaikan sebuah proyek pekerjaan.
Sebanyak 43% perusahaan merasa merekrut pekerja lepas lebih hemat dari merekrut pekerja penuh waktu, sebab mereka bisa berhemat biaya labour setidaknya 20%.
Asia Tenggara jadi salah satu kawasan di dunia dengan jumlah pekerja lepas terbanyak. Menurut laporan “The Global Gig-Economy Index” (2019), Filipina menempati ranking 6 di dunia, dengan pertumbuhan jumlah pekerja lepas mencapai 35% di tahun 2018. Begitu pula dengan Malaysia yang perkembangannya mencapai 31% di 2017.
Belum diketahui pasti angka pertumbuhan pekerja lepas di Indonesia. Namun, platform-platform daring yang menghubungkan pekerja lepas dan kliennya ramai digunakan orang Indonesia.
Walaupun menjadi pekerja di gig economy terdengar membebaskan: bebas mengatur waktu, bebas memilih pekerjaan, bebas bekerja di lebih dari satu perusahaan, kenyataannya tidak selalu seindah itu. Pekerja paruh waktu punya posisi yang lebih rentan dibanding pekerja purna waktu. Perusahaan tidak punya tanggung jawab untuk memberikan jaminan kesehatan dan sosial.
Pekerja lepas juga rentan menerima upah tak layak dan bekerja lebih lama. Work-life-balance pun tidak terpenuhi. Menurut hasil survei “The Risk and Rewards of Online Work At the Global Margins” oleh Universitas Oxford, hanya 15% responden yang merasa tidak dikejar deadline yang ketat.
“Kamu cenderung untuk overwork. Kamu kesulitan untuk memisahkan kehidupan personal dari pekerjaan. Walaupun kamu sedang beristirahat, telepon dan komputermu tetap menyala. Kamu pun tetap mengecek pekerjaan,” kata salah satu responden.
Hasil studi di Asia Tenggara juga tidak begitu berbeda. Pada 2018, PayPal melakukan studi tentang pekerja freelance di Singapura, Filipina, Indonesia, dan Vietnam. Hasilnya, 58% pekerja mengaku pernah tidak dibayar. Lebih dari 40% pekerja juga mengeluhkan masalah penghasilan yang fluktuatif.