Kisah Orang-orang yang Putus Cinta dan Mengatasi Hatinya yang Patah


Naviri Magazine - Tiga tahun lalu, Hakim harus merelakan hubungan jarak jauh dengan pasangannya berakhir. Laki-laki berusia 26 tahun ini mengaku belum siap menikah. Padahal, sang kekasih sudah ingin hubungan mereka berlanjut ke pelaminan. Hubungan empat tahun itu pun kandas. 

Mulanya Hakim luar biasa sedih. Namun setelah sadar bahwa hidup terus berjalan, ia lantas menyibukkan diri dengan pekerjaan dan aktivitas di kampus. Saat itu, Hakim masih berstatus mahasiswa aktif di sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta. 

Selain kegiatan kampus dan pekerjaan, makan jadi cara Hakim untuk menghibur diri. Ia menjelaskan bahwa saat membayangkan makanan, ia tak lagi berpikiran akan hal-hal lain, termasuk soal putusnya hubungan dengan sang mantan. 

Setali tiga uang dengan Hakim, Rizqi (26) juga pernah mengalami putus hubungan dengan pasangan yang telah bersamanya selama dua tahun. 

“Sebenarnya sudah putus dengan orang yang sama, tapi karena (alasan) putusnya gara-gara keluarga jadi dulu masih saling suka. Putus itu karena keluarga juga, tapi kali ini benar-benar sudah enggak tertolong, jadi ya sudah, we separated for good dan putusnya baik-baik,” katanya. 

Rizqi mengaku bahwa keluarga sang mantan tak bisa menerima hubungan mereka berdua, lantaran beda agama dan etnis. Saat ia mengetahui hal itu, ia syok dan sedih. Nafsu makannya sempat menghilang selama beberapa hari. 

Usai hubungan dengan sang mantan berakhir, Rizqi pelan-pelan kembali menata hidupnya. Ia mengatakan bahwa pasangannya saat itu adalah cowok tipe posesif dan hal itu menimbulkan kesulitan bagi dirinya. 

“Selama jalan bareng itu aku kemana-mana sama dia. Pagi sampai malam intens chatting dan tiap hari sesibuk apapun harus sempat ketemu minimal mengantar pulang pas malam hari. Kebiasaan yang begitu mengakar itu jadi susah 'kan kalau tiba-tiba hilang,” katanya. 

Di tengah kondisi seperti itu, perasaan Rizqi perlahan mulai membaik saat ia menghabiskan banyak waktu bersama kawan-kawannya. “Aku pelan-pelan kemana-mana sendiri, sering-sering pergi sama teman segala macam. Intinya membiasakan diri dengan keramaian,” ujarnya. 

“Pas sudah lulus, pas banget mulai menyibukkan diri sana-sini cari kerjaan lepas begitu. Akhirnya ya teralih dengan sendirinya sampai akhirnya benar-benar ketemu pacar baru.” 

Patah hati memang menimbulkan berbagai macam reaksi, salah satunya adalah rasa kehilangan. Craig Eric Morris, dkk dalam laporan penelitiannya yang bertajuk “Quantitative Sex Differences in Response to the Dissolution of a Romantic Relationship”, mengatakan bahwa kehilangan adalah hasil dari tarik-ulur antara manfaat (advantage) dan 'ongkos' yang mesti dikeluarkan (cost). 

Dalam hal ini, hubungan romantis memiliki berbagai macam kegunaan bagi seseorang, serta 'ongkos' dalam bentuk perilaku dan emosi yang mesti diungkapkan jika mereka berpisah. 

Eric Morris menjelaskan bahwa reaksi emosional terhadap perpisahan seringkali dipengaruhi oleh kondisi seseorang. Kondisi mental dan fisik yang terwujud dalam bentuk kekhawatiran, adiksi, dan depresi bisa berdampak pada perilaku dan situasi emosional seseorang. Tak heran jika kehilangan kerap berujung pada depresi, kesedihan, atau perasaan bersalah. 

Related

Relationship 6151337702587282227

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item