Kisah Persaingan Motor Bebek dan Motor Matik di Indonesia


Naviri Magazine - Pada era 1990-an, motor bebek adalah primadona. Nyaris setiap keluarga memiliki motor bebek, bahkan bisa lebih dari satu, untuk keperluan sehari-hari. 

Pada masa itu, anak-anak sekolah sampai para mahasiswa juga banyak yang mengendarai motor bebek, yang memiliki bentuk dan nama beragam. Honda, misalnya, memiliki beberapa jenis motor bebek. Begitu pula Suzuki, Yamaha, dan lainnya.

Dengan banyaknya pilihan motor bebek di masa itu, orang-orang pun memiliki banyak pilihan yang beragam, dan motor bebek pun menguasai jalan raya, sekaligus menguasai bisnis sepeda motor. 

Namun, kini, kondisinya mulai berubah, bahkan berubah jauh. Motor bebek mulai ditinggalkan, sejak munculnya motor matik. Belakangan, motor matik bahkan menggilas motor bebek.

Persaingan antara motor bebek dan motor matik memang telah dimulai sejak motor matik lahir ke dunia. Pasar sepeda motor bebek sudah mulai mengalami tanda-tanda kemerosotan sejak satu dekade lalu, dan puncaknya di 2017. 

Pada masa kejayaannya di tahun 2004, pangsa pasar motor bebek sempat menembus 90,87 persen. Kala itu, motor sport hanya bisa mengais pasar 8,73 persen, dan skutik saat itu baru menguasai 0,35 persen. 

Kehadiran motor skutik buatan Kymco dan Yamaha Nouvo belum mendapat tempat, dianggap identik dengan pemakai wanita. Periode 2007-2008, ancaman mulai terasa setelah Yamaha merilis Mio. Skutik perdana Yamaha itu sukses mencuri perhatian konsumen dan langsung melejit. 

Tonggak penting terjadi pada 2010, saat pangsa pasar skutik menembus 49,01 persen, hampir menjungkalkan pasar motor bebek yang sudah turun cukup dalam menjadi 50,85 persen. Pada 2017, motor bebek benar-benar sudah tak bisa berkutik oleh motor skutik. 

Catatan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Januari-Juni 2017, dari sekitar 2,8 juta total motor yang terdistribusi dari pabrikan, motor bebek hanya bisa mengambil kue 9,24 persen, atau tertinggal jauh dengan motor sport yang pasarnya mulai gemuk di angka 10,7 persen karena model baru yang dibarengi dengan sentuhan teknologi baru. Sang raja skutik mampu meraih pasar 80,06 persen.

Teknologi dan sebuah produk memang ada masa akhirnya. Prinsip itu tak terkecuali berlaku untuk motor bebek. Keunggulan dengan ground clearance yang tinggi, tak cukup menjawab tuntutan konsumen yang kini menghendaki kenyamanan dan kepraktisan.

Pada masa awal kemunculannya, skutik memang sempat didera persoalan bahan bakar yang lebih boros dari motor bebek yang lebih irit. Namun, semenjak 2010, para pabrikan motor mulai menyematkan teknologi injeksi yang membuat konsumsi bahan bakar skutik jauh lebih irit. Persoalan kenyamanan berkendara memang menjadi penentu kegagalan motor bebek.

Diperkirakan, pangsa pasar motor bebek hanya akan bertahan di kisaran 7-8 persen di masa depan. Pasarnya memang tetap ada, terutama di luar Jawa, dengan medan yang berat seperti perkebunan. 

Karakter motor bebek punya ground clearance yang lebih tinggi daripada skuter—maka motor bebek lebih cocok di daerah jalan yang tak mulus atau medan berbukit karena ditopang oleh transmisi manual yang lebih responsif. 

Persoalan teknologi ini memang tak bisa jadi alasan mutlak untuk nasib motor bebek ke depan. Teknologi matik yang dihadirkan oleh berbagai produsen dengan ragam nama yang berbeda memang semakin memberikan kenyamanan. Sehingga saat skutik makin berkembang, beberapa produsen mencoba mencangkok teknologi matik pada motor bebek, tapi hasilnya malah gagal total.

Contoh nyata adalah kegagalan spesies baru motor bebek yang dipadu dengan transmisi matik seperti Revo AT Techno besutan Honda yang meluncur Juli 2010 dan Lexam keluaran Yamaha yang hadir lebih belakangan di awal 2011. Kedua bebek matik ini tak mendapatkan respons positif konsumen. 

Konsumen di Indonesia nampaknya masih melihat motor bebek adalah bertransmisi manual dan matik adalah skuter. Di sisi lain, produk baru motor bebek juga tak terlalu direspons pasar. Yamaha sempat meluncurkan Vega Force 2015 yang penjualannya tak sukses. 

Di luar persoalan itu, perkembangan model skutik yang makin pesat punya andil menyingkirkan keberadaan motor bebek. Yamaha NMAX misalnya, sukses menarik pengguna motor sport untuk beralih ke segmen skutik gembot yang dianggap modelnya lebih sporty dan nyaman. 

Kenyataan ini tak terbantahkan dengan jumlah line up masing-masing produsen motor terutama Honda dan Yamaha sebagai penguasa pasar. Yamaha sampai saat ini mengeluarkan 9 model skutik yang sudah dirilis ke pasar, dan hanya lima untuk model bebek. Model motor bebek Honda saat ini hanya tiga model yang tersedia di pasar, sedangkan skutik sudah enam model. 

Berakhirnya pamor motor bebek bagi produsen motor bukan sebuah masalah besar. Gagasan memunculkan teknologi baru bagi motor bebek agar bisa bangkit lagi tentu suatu yang sia-sia. Membangun teknologi maka sama saja mengeluarkan biaya. 

Pada intinya produsen tetap akan untung tanpa harus menjual motor bebek, karena sudah bisa ditutupi dengan penggantinya, skutik. Kepunahan motor bebek tentu sebuah keniscayaan di masa depan. 

Related

Automotive 6608787973701015747

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item