Mengapa Kucing Mengeong? Ternyata Penjelasannya Rumit dan Panjang


Naviri Magazine - Kalau menggonggong, itu anjing! Tapi jawabannya tentu tidak sesederhana itu. Kucing menghasilkan suara “meong” dengan cara memeras udara dari paru-paru melalui pangkal tenggorokan, ketika ia mengeluarkan napas. “Meong” adalah satu-satunya bunyi yang bisa dihasilkan kucing, meski variasi nada dan intensitasnya bisa bermacam-macam.

Pangkal tenggorokan dan seluruh moncong kucing tidak dimungkinkan untuk menguasai aneka ragam bunyi. Hal itu kemungkinan berkaitan dengan fakta bahwa nenek moyang mereka hidup sebagai hewan soliter. Karena hidup sendirian, kucing pun tidak perlu mengatakan banyak hal karena tidak perlu bercakap-cakap dengan sesamanya.

Kucing memang telah berhubungan dan hidup berdampingan dengan manusia setidaknya sejak 3.500 tahun yang lalu. Pada waktu itu orang Mesir kuno telah menggunakan kucing untuk mengusir hama tikus dan hewan pengerat lainnya, dari hasil panen mereka. 

Untuk berkomunikasi dengan manusia (pemeliharanya), kucing tidak membutuhkan suara macam-macam, karena ia dapat menunjukkannya dalam bentuk sikap, semisal berguling di pangkuan orang jika ia menyukainya.

Meski suara yang dihasilkannya hanya “meong”—dan karena itu ia disebut “mengeong”—banyak pakar percaya bahwa sebenarnya kucing juga mengeluarkan suara lain, yang tidak terdengar oleh manusia. Kucing memiliki 32 otot pada setiap telinganya, dan hewan itu juga memiliki pendengaran yang lebih sensitif dibanding manusia dan anjing. Batas pendengaran kucing mencapai 65 khz, sedangkan manusia hanya 20 khz.

Berdasarkan kenyataan itu, para pakar memperkirakan bahwa kucing juga mengeluarkan suara-suara lain selain “meong” ketika berkomunikasi dengan sesamanya, namun dalam tingkat suara supersonik, sehingga manusia tidak mendengarnya. Atau, “meong” dalam bahasa kucing kemungkinan memiliki banyak maksud yang hanya dapat dipahami sesama kucing, karena mereka memiliki indra pendengaran yang sangat tajam. 

Selain hebat dalam indra pendengaran, kucing juga memiliki kelebihan dalam indra penciuman, mencapai 20 sampai 80 juta sel olfactory. Sebagai perbandingan, manusia hanya memiliki 5 sampai 20 juta sel olfactory. 

Kemudian, kucing memiliki 30 ruas tulang belakang—jumlah itu 5 kali lebih banyak dari yang dimiliki manusia. Kucing juga memiliki 230 tulang—jumlah itu 24 kali lebih banyak dari yang dimiliki manusia. Yang paling unik, kucing tidak memiliki collarbone atau tulang leher, yang memungkinkannya masuk melewati celah selebar kepalanya. 

Kembali ke suara kucing yang mengeong, banyak orang beranggapan suara itu kadang mirip suara bayi yang menangis. Ditambah tatapannya yang kadang memelas, kucing sering mampu mendapatkan keinginannya dari manusia, karena suara serta tatapan mereka membuat pemiliknya sangat sulit untuk menolak permintaannya. Faktanya, kucing memang hewan yang senang diperhatikan.

Karena kesenangannya diperhatikan itu pula, kucing tahu bagaimana “mendramatisir” suaranya, sehingga orang atau pemiliknya segera memberikan respon yang diinginkannya. 

Para peneliti dari University of Sussex membenarkan kenyataan itu, dan menyatakan bahwa kucing memang menggunakan suara “meong”-nya untuk mendapatkan perhatian serta makanan dari pemiliknya. Untuk mendapatkan perhatian tersebut, kucing pintar memanipulasi suaranya tidak seperti “meong” kucing pada umumnya, tapi lebih mirip suara tangisan bayi manusia.

Dengan memperdengarkan suara mirip tangisan bayi, majikannya sulit menolak permintaannya, dan biasanya memilih segera memberikan apa yang diinginkan si kucing. Dr. Karen McComb, yang memimpin penelitian tersebut, menyatakan, “Kucing dapat menghasilkan frekuensi meong yang rendah, dengan mengaktifkan otot lipatan suara mereka yang bisa menstimulasi getaran.”

Dr. Karen McComb juga memiliki kucing peliharaan di rumahnya, dan setiap pagi si kucing selalu membangunkannya dengan suara yang khas, namun tidak mengganggu. Itu cara si kucing untuk mendapatkan makanan serta belaian dari pemiliknya. 

Kenyataan itu kemudian menginspirasinya untuk mencari tahu apakah kucing-kucing peliharaan lain juga melakukan hal sama, dan ternyata tak jauh beda. “Setelah melakukan sedikit investigasi, saya menemukan beberapa pemilik kucing lain yang mengalami apa yang saya alami setiap pagi,” ujarnya.

Dalam riset itu, tim peneliti menanyakan kepada para sukarelawan (yang tentunya memiliki kucing peliharaan) mengenai perbedaan “meong” dari kucingnya. Para sukarelawan memberikan masukan tentang desakan suara yang dikeluarkan kucing agar kemauannya dituruti. 

Kesimpulannya, kucing akan memberikan suara “meong” yang spesifik terhadap kondisi yang berbeda-beda. Yang menjadi andalan kucing adalah membuat “meong” yang lebih tidak menyenangkan dan sulit ditolak, atau relatif lebih tinggi dan mirip frekuensi suara.

“Tentunya kita tidak tahu apa yang terjadi dalam pikiran mereka,” ujar Dr. Karen McComb. “Yang jelas, mereka mempelajari bagaimana cara melakukannya, kemudian mereka melakukannya dengan cukup sengaja.”

Fakta:

Dari “meong”-nya saja, kucing bisa membuat lebih dari 100 bunyi vokal, sementara anjing hanya bisa membuat 10 bunyi suara. 

Di Indonesia, suara kucing sering ditulis dengan kata “meong”. Dalam bahasa Inggris yang digunakan di Amerika, suara kucing ditulis “meow”. Di negara Inggris sendiri, suara kucing ditulis “miaow”. Sedangkan bahasa Jepang menuliskan suara kucing dengan kata “nya”.

Related

Science 4884844761037142089

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item