Meski Cuma Diam, Tumbuhan ternyata Punya Inteligensi atau Kecerdasan


Naviri Magazine - Ralph Waldo Emerson menulis syair dalam Nature, “Pohon maple dan pohon fern masih suci, namun kalau nanti mereka terbangun, mereka pun akan memaki dan mengutuk.” 

Sementara George Washington Carver, ilmuwan Amerika, menyatakan, “Kalau saya menyentuh sekuntum bunga, saya menyentuh Ketakterbatasan. Bunga-bunga sudah ada lama sebelum manusia ada di Bumi, dan bunga-bunga akan terus ada berjuta-juta tahun setelah itu. Melalui bunga, saya berbicara dengan Ketakterbatasan.”

Washington Carver menyatakan hal itu, karena ia menyatukan dirinya dengan tanaman, dan tanaman-tanaman memberinya ratusan produk yang sebelumnya tak terbayangkan. Melalui kacang tanah saja, ia bisa menghasilkan lebih dari seratus macam produk, termasuk pewarna kain dan pewarna kayu. 

Orang pertama yang diketahui meyakini tumbuhan memiliki intelegensia adalah Charles Darwin. Keyakinan itu kemudian ditindaklanjuti oleh Luther Burbank lebih jauh, dengan cara “berkomunikasi” dengan tanaman. Ia percaya bahwa tanaman bereaksi terhadap suatu nada atau suara. Luther Burbank menggunakan sebuah mesin poligraf untuk membuktikan hal itu. Ia menempelkan elektroda ke sebuah tanaman, dan menguji bagaimana reaksi tanaman ketika mendengarkan suara.

Semula, jarum pada skala poligraf tidak bergerak. Ketika dia berkata pada tanaman itu, “Kau cantik sekali,” jarum pada skala poligraf bergerak perlahan. Tetapi, ketika tanaman itu dimaki, “Kau jelek! Kau akan layu, dan mati!” jarum pada skala poligraf bergerak dengan tajam ke atas.

Pada pertengahan 1970, sekelompok peneliti di Temple Buell College, di Denver, melakukan eksperimen dengan meletakkan bunga-bunga yang sehat ke dalam tiga kotak kaca. Musik rock yang keras diarahkan ke kotak kaca pertama, musik klasik yang lembut diarahkan ke kotak kaca kedua, sementara kotak kaca ketiga tidak dialiri musik. 

Setelah dua minggu, bunga-bunga yang tidak mendapatkan musik tumbuh normal, yang diekspos musik rock layu dan mati, sementara yang dialiri musik klasik tumbuh mekar dengan indah, dan kuncup-kuncupnya mengarah atau menggapai ke arah sumber suara.

Monica Gagliano dari Western Australia University, bersama Daniel Robert dari Bristol University dan Stefano Mancuso dari Florence University, juga menemukan tanaman mampu bereaksi terhadap suara dengan frekuensi tertentu, ketika mereka menguji pohon jagung yang didapati bergerak condong ke arah sumber suara yang terus-menerus dipancarkan pada frekuensi 220 Hz.

Jika penelitian di atas belum cukup membuat kagum, ada eksperimen lain yang lebih mencengangkan. Dua buah tanaman yang terhubung dengan poligraf diletakkan di sebuah ruangan. Kemudian, enam orang siswa diminta masuk ke ruangan tersebut, dan salah satunya—tanpa sepengetahuan yang lain—diminta merusak salah satu tanaman yang ada di sana.

Enam siswa itu pun masuk, dan tepat seperti yang diintruksikan, salah satu dari mereka merusak satu tanaman yang ada di sana. Setelah itu, satu per satu, siswa-siswa tersebut diminta masuk kembali ke ruangan. Ketika siswa-siswa yang tak bersalah melewati tanaman di sana, jarum poligraf tidak bergerak. Tetapi, ketika siswa yang bersalah itu muncul, jarum pada poligraf langsung melompat ke atas.

Karena kenyataan-kenyataan itu, sebagian besar ilmuwan pun percaya tumbuhan memiliki inteligensi. Penelitian terbaru bahkan mengungkapkan tumbuhan-tumbuhan itu saling berkomunikasi satu sama lain.

Tumbuhan tomat dan tembakau juga memiliki kemampuan yang hebat dalam menangkal hama yang menyerang mereka. Ketika ulat mulai memakan tomat, tumbuhan itu akan mengeluarkan asap sinyal kimia yang memanggil pasukan lebah parasit untuk datang melawan ulat-ulat tersebut. 

Tumbuhan tembakau juga melakukan panggilan serupa untuk minta bantuan predator terdekat untuk menangkis ulat, serangga daun, dan hama lain, yang menyerangnya.

Yang lebih menakjubkan, tumbuhan-tumbuhan itu tidak sembarang memanggil bala bantuan. Mereka memanggil pasukan yang benar-benar sesuai untuk tipe hama yang sedang menyerang mereka. Sekilas, kenyataan itu nyaris tak masuk akal. Bagaimana mungkin tanaman bisa memiliki pengetahuan tentang apa atau siapa yang sedang menyerangnya, apalagi membedakan siapa yang sedang memakannya?

Berdasarkan penelitian, para ilmuwan percaya bahwa tanaman dapat merasakan zat pencernaan suatu spesies serangga yang sedang menyerang mereka. Karena itulah, mereka pun dapat memanggil bala bantuan yang paling tepat untuk melawan hama yang sedang menyerang. Mekanisme semacam itu juga digunakan tanaman untuk tujuan lain, semisal penyerbukan.

Anggrek, misalnya, selama 85 juta tahun yang lalu telah diketahui dapat menguraikan sinyal kimia yang mempekerjakan serangga untuk berkomunikasi, dan mereka menggunakan trik aroma yang pada dasarnya menjadikan serangga sebagai kurir untuk pabrik sperma mereka. 

Di musim panas, banyak anggrek yang menghasilkan aroma serangga betina, dengan tujuan untuk memikat serangga jantan membantu melakukan penyerbukan. Beberapa jenis anggrek lain, semisal anggrek lidah Australia, mampu menciptakan aroma yang nyaris sama sehingga serangga jantan akan hinggap lama di bunga anggrek tersebut sampai proses penyerbukan selesai.

Fakta:

Tumbuhan tertinggi di dunia terletak di pegunungan Alpen, dengan tinggi 4.505 meter. 

Nama kaktus berasal dari kata Yunani, kaktos, yang artinya tumbuhan berduri.

Di hutan hujan tropis Amerika Selatan ada tumbuhan sejenis pohon palem bernama Walking palm (Socratea exorrhiza) yang dapat berpindah-pindah tempat dengan sendirinya.

Related

Science 678987819003319373

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item