Panduan Menghitung Hasil Investasi Deposito, Saham, dan Reksadana


Naviri Magazine - Investasi memerlukan pemikiran yang cermat, langkah yang tepat, dan penghitungan yang akurat.

Karena salah satu tujuan berinvestasi adalah memperoleh hasil keuntungan dari investasi tersebut, maka selayaknyalah kalau kita juga mengetahui secara terinci bagaimana cara menghitung hasil dari investasi tersebut dan berapa banyak hasil yang akan kita peroleh dari investasi yang kita lakukan.

Tidak setiap orang memahami berapakah jumlah yang layak untuk setiap investasi yang mereka lakukan, dan juga bagaimana cara menghitungnya, dan di sinilah seringkali yang menjadikan orang menjadi ragu-ragu untuk berinvestasi. 

Karena varian atau bentuk investasi itu bermacam-macam; dari saham, deposito, reksadana dan lain-lain, maka hasil yang diperoleh dari investasi itu pun berbeda-beda, sekaligus pula berbeda dalam cara penghitungannya.

Perolehan hasil investasi atau yield adalah hasil yang diperoleh investor dari sebuah investasi yang dilakukan selama satu periode. Periode dari investasi ini bisa bulanan, dua bulanan, tiga bulanan, enam bulanan, satu tahun, atau lebih dari satu tahun (sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perjanjian). 

Masing-masing dari jenis investasi tersebut memiliki cara tersendiri dalam penghitungan hasilnya. Misalnya, apabila investasi itu termasuk dalam investasi pasar uang, maka perolehan hasilnya akan sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku pada pasar uang.

Di dalam investasi deposito, misalnya, banyak orang yang menyukai memilih deposito dengan jangka waktu tiga bulanan dengan bunga yang dibayarkan setiap bulan. Nah, seumpama bunga yang berlaku pada deposito adalah 10 persen pertahun, maka bunga yang dibayarkan atas deposito tersebut adalah 10 persen dikalikan 12 bulan. 

Jadi, kalau kita memiliki deposito sejumlah Rp. 120.000.000,- dan bunga deposito yang berlaku adalah 10 persen pertahun dan kita memperoleh pembayaran bunganya setiap bulan, maka dalam setiap bulannya kita akan mendapatkan Rp. 1.000.000,-

Berbeda halnya dengan investasi pada obligasi. Perhitungan perolehan dari investasi obligasi berbeda dari metode pasar uang karena investasi pada obligasi memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding investasi pada pasar uang semacam deposito.

Sebagaimana yang telah disinggung di atas, harga obligasi sangat dipengaruhi oleh naik-turunnya tingkat bunga yang berlaku. Apabila bunga di pasar mengalami kenaikan, maka harga obligasi akan turun mulai dari Rp. 100.- 

Begitu pula apabila bunga di pasar mengalami penurunan, maka harga obligasi akan naik mulai dari Rp. 100.- Hal ini akan sangat mempengaruhi dalam pendapatan yang akan diperoleh ketika melakukan jual-beli obligasi.

Karenanya, untuk dapat menghitung hasil dari investasi obligasi secara lebih baik, ada rumus yang bisa digunakan untuk meminimalisir risiko kerugian. Secara sederhana, rumusnya adalah seperti ini; jumlah kupon obligasi ditambah selisih harga, lalu dibagi dengan lamanya obligasi tersebut akan jatuh tempo. 

Misalnya obligasi 5 tahun dari perusahaan A dengan kupon 16 persen dan jatuh tempo tiga tahun mendatang dan dapat dibeli pada harga Rp. 97.- Maka hasil yang akan diperoleh dari obligasi tersebut setiap tahunnya adalah sebesar 17 persen (16 persen + [100-97] / 3).

Lalu bagaimana cara menghitung investasi dalam bentuk bangunan atau properti? 
Ini berlaku untuk investasi dalam bentuk pergudangan, perkantoran ataupun perusahaan. Cara penghitungannya adalah hasil usaha dari properti tersebut ditambah hasil selisih harga properti tersebut. 

Umpamanya, perusahaan B memiliki bangunan perkantoran yang mempunyai nilai investasi sebesar Rp. 500.000.000,- pada akhir tahun ini, dan perkantoran tersebut mampu menghasilkan laba sejumlah Rp. 65.000.000,-

Nah, dengan laba bersih yang dihasilkan tersebut, maka investasi perusahaan B memiliki hasil sebesar 13 persen atau 65/500. Tingkat penghasilan ini tentu saja masih terhitung kecil, namun itu belum memperhitungkan nilai perkantoran tersebut yang akan naik menjadi 535.000.000,- pada tahun mendatang. Karenanya, capital gain yang diperoleh pun menjadi 7 persen. 

Dari kedua perhitungan tersebut, maka penghasilan yang diperoleh oleh perusahaan B untuk perkantoran selama periode dua tahun adalah sebesar 20 persen dengan perhitungan 13 persen ditambah 7 persen.

Untuk investasi dalam bentuk saham, penghitungannya adalah dengan menggunakan rumusan capital gain dan dividen yang diperoleh. 

Seumpamanya, kita memiliki saham di perusahaan A sebanyak 5 juta saham yang dibeli dengan harga Rp. 500,- perlembarnya, dan perusahaan A tidak membagikan dividen pada akhir tahun ini. Nah, pada akhir tahun ini kita mengharapkan harga sahamnya akan meningkat menjadi Rp. 600,- perlembarnya. 

Dengan hal tersebut, maka hasil yang akan diharapkan untuk diperoleh adalah sebesar 20 persen {([600-500]/500) x 100 persen}. Apabila dividen yang diharapkan sebesar Rp. 15,- maka hasil yang diharapkan adalah sebesar 23 persen ({([600-500] + 15)/500} x 100%).

Nah, selanjutnya, apabila pada akhir tahun terjadi kenaikan harga sebesar Rp. 600,- perlembar saham, maka hasil aktualnya adalah sebesar 20 persen. Berdasarkan kedua hitungan ini, maka kita pun bisa melihat bahwa di dalam investasi dalam bentuk saham terdapat realisasi hasil dan hasil yang diharapkan.

Bagaimana dengan reksadana? 

Investasi dalam bentuk reksadana dapat dihitung dengan cara menghitung hasil jumlah dari selisih nilai aktiva bersih ditambah dividen, kemudian dibagi dengan nilai aktiva bersih ketika reksadana tersebut dibeli. 

Umpamanya seperti ini; kita membeli reksadana obligasi dengan nilai aktiva bersih pada angka 1025, dan kemudian menjualnya pada angka bersih 1256, maka hasil yang diperoleh adalah sebesar 22,54 persen {[(1256-1025)/1025] x 100%}.

Nah, dengan mengetahui cara perhitungan masing-masing investasi, kita bisa memiliki gambaran mengenai jenis investasi apa yang sekiranya cocok dengan dana yang kita miliki, hasil yang ingin kita peroleh, dan kecocokannya dengan karakter pribadi kita. 

Perhitungan-perhitungan yang dipaparkan di atas itu sekilas memang cukup ruwet, khususnya bagi orang awam yang memang belum terbiasa dengan hitung-hitungan investasi. Namun sebagaimana segala hal akan menjadi semakin mudah jika kita terus mempelajarinya, begitu pula dengan cara penghitungan investasi ini. 

Namun tidak perlu khawatir, jika kita memang merasa kesulitan dalam melakukan penghitungan tersebut, ada ahli yang bisa melakukannya dan kita bisa berkonsultasi kepada mereka.

Related

Tips 4696359247298741508

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item